Kopi TIMES

Tangani Corona: Sigap dan Lebih Cepat, Sebelum Ada Panik dan Terlambat!

Senin, 30 Maret 2020 - 11:01 | 52.38k
Choirul Amin, Founder Inspirasicendekia.com.
Choirul Amin, Founder Inspirasicendekia.com.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Mewabahnya Corona virus Disease (Covid 19) belum terbendung, bahkan sudah masa darurat dan bisa jadi kejadian luar biasa. Tak sekadar tanggap atas darurat ini, namun perlu tindakan penanganan serba cepat dan terukur.

Covid 19 telah menaikkan tensi kepanikan semua warga beberapa hari terakhir. Ini seiring terus bertambahnya warga terpapar, pasien positif, bahkan meninggalnya pasien juga tenaga kesehatan yang menanganinya.

Jaga jarak sosial, larangan kerumunan dan tatap muka, dan tetap di rumah sudah. Berbagai upaya penyemprotan disinfektan, bahkan secara mandiri oleh warga, pun banyak dilakukan. Nyatanya, Covid 19 kini tak cukup dicegah persebarannya, namun juga harus dimatikan secepat mungkin.

Kalangan profesional, pekerja formal dan informal, mulai mengkhawatirkan kondisi ekonomi keluarga di masa darurat ini. Bahkan tenaga kesehatan mulai panik, memikirkan keselamatan tidak hanya pasien corona, melainkan juga dirinya. Ini sangat wajar!

Kepanikan lainnya, mulai dirasakan warga masyarakat yang memang sehari-harinya menggantungkan ekonominya dengan bekerja di tempat publik. Pedagang pasar, sektor informal, warung/kedai, jasa transportasi, hingga karyawan pusat perbelanjaan, paling merasakan terdampak kebijakan pembatasan akibat terpaan virus corona.

Beredar pernyataan bersama Asosiasi Profesi Tenaga Kesehatan yang ditandatangani Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta, tertanggal 27 Maret 2020. Isinya, meminta pemerintah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai dan sesuai bagi keselamatan petugas kesehatan selama menangani pasien corona. Jika tak dipenuhi, organisasi profesi ini meminta anggotanya tak ikut memberikan perawatanan dan penanganan corona. 

Hari ini, pernyataan ini memang segera diluruskan IDI yang bersurat ke Dewan Pers, yang memastikan tenaga kesehatan tidak mogok seperti yang sempat beredar. Tetapi, tetap tak bisa dipungkiri ada kegundahan dan ketegasan sikap, IDI meminta pemerintah lebih serius dan kerja keras dalam penyediaan APD.

Pemerintah melalui Menteri Keuangan Republik Indonesia memang telah menegaskan, anggaran negara diprioritaskan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat, termasuk tenaga medis. Pada masa darurat pandemi COVID-19, dana APBN difokuskan untuk pemeriksaan (testing) bagi korban; peningkatan kapasitas Rumah Sakit; juga ketersediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan.

Sampai di sini, menjadi masalah karena karena hal yang menyebabkan kelambanan tanggap situasi darurat, tak terkecuali kendala administratif. Pemerintah atau otoritas negara, memang sudah banyak membuat mekanisme regulasi dan prosedural secara resmi. Tetapi, dalam situasi darurat, legal formal di atas kertas butuh penyesuaian lebih arif dan segera.

Yang terjadi, dari perbincangan penulis dengan tenaga kesehatan yang sehari-hari bertugas di wilayah Turen Kabupaten Malang, didapati begitu sulitnya APD didapatkan untuk pelayanan di faskes. Padahal, peralatan utama ini bisa dibutuhkan sewaktu-waktu petugas jika menangani suspect corona.

"Memang sudah ada paket APD untuk tiap puskesmas. Tapi belum ada dropping APD-nya dan kapan kepastian dapatnya. Ya, kami bergerilya ini (cari sendiri di pasaran). Tapi disesuaikan anggaran puskesmas. Kalau ada bantuan CSR juga kami tembusi," katanya, Sabtu (28/3/2020).

Pencegahan dan penanganan epidemi corona juga diakomodir melalui Kementerian Desa-PDT, melalui kegiatan yang bisa dibiayai Dana Desa (DD). Ada alternatif padat karya tunai desa, yang bisa melibatkan warga masyarakat langsung dalam pencegahan covid-19. Selain untuk alat dan fasilitas penangann corona, tenaga padat karya ini dilengkapi APD, seperti halnya tenaga kesehatan.

Lagi-lagi, upaya tanggap darurat corona ini masih terganjal pencairan Dana Desa itu sendiri. Syarat pencairan DD memang diterapkan sangat ketat. Di Kabupaten Malang, dari 478 Desa yang berhak menerima DD tahun ini, masih kurang dari 40 desa yang bisa mengajukan pencairan DD-nya.

Soal pelindung diri dari corona, memang sifatnya masih antisipatif. Tetapi, merebaknya covid-19 yang bisa sangat cepat, apalagi rentan memakan korban, tak lagi bisa disikapi spontan. Bersiap-siap dengan skenario terburuk, akan lebih lebih dipercepat sebelum terlambat dan terjadi kepanikan di sana-sini. (*)

*) Penulis, Choirul Amin, Founder Inspirasicendekia.com

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES