Kopi TIMES

Islam Pondasi Terbaik Keluarga

Sabtu, 28 Maret 2020 - 12:24 | 71.06k
Dicky Mulya, Ketua Umum PK IMM FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dicky Mulya, Ketua Umum PK IMM FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Akhir-akhir ini kita melihat berbagai realitas problematika yang membuat gaduh kondisi bangsa baik itu aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia dan juga menjadi negara dengan penduduk terbesar di kawasan Asia Tenggara. Kondisi Indonesia yang seperti ini tentunya membuat banyak problem yang terjadi, masalah ini berhubungan erat dengan hubungan sosial di masyarakat.

Tujuh Puluh Empat tahun sudah bangsa ini merdeka dari sebuah penjajahan, pergantian kepemimpinan pun sudah terlaksanakan dengan bermacam model gaya kepemimpinannya dalam memimpin sebuah bangsa ini, namun kendatinya problematika bangsa mewarnai dengan berbagai dinamikanya yang terus menerus menghantam tubuh pemerintahan dan masyarakat.

Sehingga masih banyak hal besar yang menjadi polemik di Indonesia dari dulu hingga sekarang. Akan tetapi, polemik atau masalah besar itu nyatanya tak kunjung menemui titik terang, justru terus dipelintir hingga membuatnya tak selesai.jika kita tilik historisnya berikut merupakan sebuah persoalan bangsa yang sedang hangat terjadi mewarnai tubuh dalam negeri diantaranya.

Persoalan rencana kenaikan iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS kesehatan, Revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) baru disahkan dengan skema secepat kilat yang indikasinya melemahkan KPK ataupun Reformasi dikorupsi. Lalu seperti OmnibusLaw yang kian marak diperbincangkan karena sangat menindaskan masyarakat dengan berbagai aspeknya.

Hal itu hanya menguntungkan para elit politik dan para investor. Aksi bela Kemanusiaan seperti Diskriminasi Muslim India yang jelas-jelas kita mampu melihat bahwa kita sebagai mahasiswa muslim harus ikut empati akan persoalan seperti itu, langkah perjuangan sudah perlahan kian surut tak tertampakkan walau memang tak semuanya seperti itu realitasnya.

Perlunya Merefleksikan Peran

Eksistensi mahasiswa dari masa ke masa, selalu dipertanyakan keberedaannya entah dalam ranah kampusnya ataupun konteks Bangsa. Pada satu sisi, Mahasiswa dinilai sebagai agent perubahan (agent of change) Sosial control, mulai kehilangan jati dirinya sebagai kaum revolusioner. Namun kendatinya pada hari ini realitasnya mereka masih dilematis entah itu lebih sibuk mengurusi keuntungan apa bagi pribadinya ketimbang organisasi dan bangsanya.ataupun melainkan memang mulai overdosis terhadap yang bersifat praktis ataupun pragmatis, aksi transaksional-pagmatis yang pada akhirnya hanya melahirkan watak berpikir teknis, bukan etis.

Rentang Panjang perjalanan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kelahirannya pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta merupakan babak baru perjuangan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) dan Muhammadiyah secara khusus untuk menghimpun mahasiswa Muhammadiyah dalam satu wadah yang jauh terorganisir secara baik dan teratur, Kelahiran IMM erat kaitannya dengan adanya PTM sebagai ladang dakwah Muhammadiyah dalam pendidikan.

Tak ayal Muhammadiyah kedepan membutuhkan para kader yang senantiasa memberikan angin segar Muhammadiyah terhadap masyarakat kampus sebagai basis kaum intelektual ataupun untuk mampu berperan menyikapi berbagai persoalan kebangsaan dan membawa pembaharuan yang mencerahkan.

Tepat kemarin tanggal 14 Maret 2020 Di usia setengah abad lebih ini, -56 Tahun IMM harus bisa merefleksikan sejauh mana peran serta gerakan dalam konteks berperan membangun serta merapikan problematika kebangsaan. Sudah dewasakah para kadernya dalam menyikapi apapun itu, sejauh ini perkembangan kader-kader IMM secara struktural tidak lagi mengindahkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai muhammadiyah dalam mengembangkan amanah organisasi.

Hal demikian jelas terlihat dalam kepentingan struktural yang mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan Kader serta kepentingan keumatan. Hal itu jelas sangat terlihat nyata dan jelas, dengan persoalan keumatan dan kebangsaan yang saya paparkan diatas tidak banyak Kader IMM yang turun ke jalan ataupun diskusi terbelenggu dalam dialektika dan retorika tanpa ada aktualisasinya untuk berperan mencari jalan keluarnya seperti apa.

Yang lebih bahaya lagi jika ada kader ikatan yang terkerangkeng dalam kepentingan partai politik hal itu sudah jelas sudah mencederai kode etik dalam organisasi IMM, maka sebagai kader IMM, Jangan Sampai kita tertidur dan berhenti berpikir untuk mengawal Bangsa ini kedepan. Karna Bangsa Ini terbentuk Juga membutuhkan buah pikir kader kader ikatan.

Manifesto IMM yang menunjukkan “kecendekiaan” dapat dilihat ketika IMM mendeklarasikan “enam penegasan” di Kota barat, Solo pada 5 Mei 1965 yang kemudian dikenal “Deklarasi Kota barat” antara lain: 1) IMM, adalah gerakan mahasiswa Islam; 2) Kepribadian Muhammadiyah, adalah landasan perjuangan IMM; 3) Fungsi IMM, adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (stabilisator dan dinamisator); 4) Ilmu adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiyah IMM; 5) IMM, adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku; 6) Amal IMM, dilahirkan dan diabadikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Paling tidak itulah bagian landasan perjuangan gerakan kader IMM dalam Deklarasi kota barat. Hari ini pula IMM tak luput identik sebagai gerakan intelektual Profetik (GIP) yaitu Transendensi, Liberasi, Humanisasi itu merupakan sebuah landasan usaha perjuangan yang harus dilakukan kader ikatan. Dimana sebagai organisasi kemahasiswaan, eksistensi dalam mengadapi tantangan tersendiri. IMM dituntut untuk berperan sebagai gerakan mahasiswa yang memiliki basis anggota kaum terdidik yang harus mampu melakukan transformasi kepada masyarakat. Tentu tidak bisa dinafikkan, bahwa perjalanan IMM telah memberikan warna bagi entitas-entitas yang lain.

Harapan saya melalui Milad IMM yang ke 56 ini, IMM harus senantiasa bercermin dari realitas yang ada, juga IMM harus bersungguh-sungguh malakukan kaderisasi bagi lahirnya kader-kader intelektual strategic yang aktif, kreatif dan inovatif. Serta semoga IMM selalu menjadi Roda Organisasi yang mengutamakan dakwah sosial demi membangun kualitas umat yang mencintai nilai-nilai keislaman serta menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dakwah demi membangun kemajuan umat dan bangsa di jalan kebaikan “Cendekiawan Berpribadi” harus menjadi ikon gerakan (trand mark) IMM yang mencerminkan gerakan mahasiswa Islam berbeda dengan pergerakan lain.

Dengan Gerakan Intelektual Profetik, ataupun cendekiawan berpribadi kader-kader yang lahir melalui Rahim IMM harus siap menjadi penentu negara dan pelukis sejarah bangsa ini. Tugas IMM menjadi gerakan intelektual praksis telah dinanti sebagai komunitas kreatif untuk melakukan inovasi sosial dan perubahan yang mencerahkan.

***

*) Penulis adalah Dicky Mulya, Ketua Umum PK IMM FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES