Kopi TIMES

Kuliah Daring di Masa Pandemi Corona, Tidak Sekadar bagi Materi dan Kumpul Tugas

Sabtu, 28 Maret 2020 - 08:44 | 2.40m
Dr Fajar Junaedi, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dr Fajar Junaedi, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wabah pandemi akibat penyebaran virus Corona (Covid-19) telah menyebabkan beragam kepanikan, salah satunya di ranah pendidikan tinggi. Kampus harus merumahkan dosen, tendik, dan mahasiswa. Kuliah yang normalnya lebih banyak dilakukan dengan tatap muka di kelas harus berubah format menjadi perkuliahan daring (online).

Bagi dosen, mahasiswa dan institusi kampus yang terbiasa dengan perkuliahan daring, format perkuliahan dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet ini tidak menjadi persoalan. Mereka cukup menambah porsi pertemuan daringnya, atau mengganti sesi tatap muka di kelas menjadi pertemuan daring di internet.

Sebaliknya bagi kampus yang secara institusi maupun individu dosen dan mahasiswanya tidak terbiasa dengan  perkuliahan daring mengalami kegagapan. Mereka harus melakukan adaptasi dengan cepat guna menjalankan perkuliahan daring. Sayangnya, kegagapan ini berujung metode perkuliahan yang tidak efektif, bahkan tidak manusiawi.

Dosen memberikan beragam tugas yang bertumpuk lalu minta mahasiswa mengumpulkan, tanpa memberikan umpan balik kepada mahasiswa. Tanpa memberi umpan balik kepada mahasiswa menandai perkuliahan hanya berlangsung satu arah, bukan kuliah yang dialogis. Ujung-ujungnya, mahasiswa sambat (mengeluh) di media sosial.

Esensi kuliah, baik secara tatap muka di kelas maupun dilakukan secara daring, adalah dialog. Apapun metode (methods) dan alat (tools) yang digunakan dalam pembelajaran daring, dialog menjadi esensi yang seharusnya diperhatikan. Kampus yang telah menerapkan Sistem Pembelajaran Daring (SPADA), sebagai implementasi Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi, secara umum, dosen, mahasiswa dan tendiknya sudah terbiasa menggunakan metode dan alat yang beragam dalam perkuliahan daring.

Mereka mempunyai kebijakan dan sarana yang mencukupi untuk menjalankan perkuliahan daring. Sejurus dengan itu, kultur dosen dan mahasiswa untuk berdialog secara daring juga telah tertata dengan baik. Namun faktanya, tidak semua kampus telah menerapkan SPADA.

Ketidaksiapan kampus menerapkan SPADA merupakan ironi dalam pendidikan tinggi kita, karena menunjukan kampus belum menggunakan “berbagai media komunikasi” dalam proses perkuliahan yang bisa diterapkan dalam pendidikan jarak jauh. Pasal 31 (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi  menyebutkan bahwa pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi.

Pada kasus seperti ini, agaknya ada kesenjangan antara kampus dengan mahasiswa. Kampus masih menggunakan paradigma pembelajaran konvensional, sementara mahasiswa adalah generasi yang akrab dengan berbagai media komunikasi digital yang mereka akses secara daring melalui telepon pintar dan komputer tablet.

Ada empat jenis pemanfaatan media komunikasi dalam pembelajaran dilihat dari proporsi daringnya. Pertama, kuliah yang seratus persen tatap muka. Jenis  ini ditandai dengan tatap muka sepenuhnya melalui pembelajaran dengan bahan ajar cetak atau lisan. Kedua, web-enhaced (pembelajaran yang diperkaya dengan akses internet), yaitu jenis kuliah yang 1 sampai 29 persen dilakukan daring. Jenis ini umumnya memakai teknologi internet untuk memfasilitasi pola tatap muka, mungkin menggunakan learning management system (LMS) atau situs internet untuk memposkan bahan ajar dan tugas.

Ketiga, blended/hybrid learning yang mengkombinasikan cara daring dan tatap muka. Ada proporsi pengantaran bahan ajar yang daring, biasanya dilengkapi dengan diskusi daring, dan ada pengurangan frekuensi tatap muka. Jumlah pertemuan daringnya adalah 30 sampai 79 persen. Terakhir, fully learning yang mayoritas atau seluruh bahan ajar diantarkan secara daring, bahkan bisa jadi tanpa porsi tatap muka sama sekali. Lebih dari 80 persen kuliah dilakukan secara daring.

Sebagai dosen, saya telah lama menggunakan fasilitas internet untuk perkuliahan. Tahun 2004, tahun pertama saya menjadi dosen, saya menggunakan blogspot untuk perkuliahan. Bahan-bahan kuliah diunggah di blog, sehingga mahasiswa bisa mengunduhnya. Pengumpulan beberapa tugas mahasiswa juga dilakukan oleh mahasiswa dengan menggunakan blog.

Waktu itu belum ada telepon pintar, dan penggunaan laptop di kalangan mahasiswa juga belum semassif saat ini. Untuk mengunggah dan mengunduh, umumnya mahasiswa pergi ke warung internet yang kala itu bertebaran di berbagai lokasi. Bisa disebut, LMS yang modelnya hanya unduh dan kumpul tugas telah saya praktekan dalam perkuliahan 16 tahun yang lalu.

Kini saya menggunakan SPADA yang difasilitasi oleh tempat saya mengajar, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Beragam fasilitas yang ada di SPADA membuat perkuliahan daring menjadi lebih menarik. Tidak hanya dengan unggah materi dan kumpul tugas, namun memungkinkan dialog secara intens dan konstruktif di berbagai tools yang ada.

Bukan hanya materi teks, seperti power point dan buku digital, melalui SPADA kegiatan pembelajaran juga bisa dilakukan dengan video. Video pembelajaran telah diproduksi di masa liburan semester yang lalu di Laboratorium Ilmu Komunikasi UMY. Mahasiswa, dan tendik yang membantu perkuliahan telah akrab dengan blended/hybrid learning ini.

Sudah tiga tahun SPADA digunakan dalam pembelajaran, sehingga kami kami tinggal mengganti porsi tatap muka di kelas dengan perkuliahan daring, tanpa menanggalkan esensi kuliah, yaitu dialog.

***

*) Penulis adalah Dr Fajar Junaedi, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES