Kopi TIMES

Virus Corona dan Sinergitas Bangsa

Jumat, 27 Maret 2020 - 00:01 | 107.06k
Wawan Safaat, Guru Sosiologi SMAN 3 Rembang.
Wawan Safaat, Guru Sosiologi SMAN 3 Rembang.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menurut data yang disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk kasus Corona, Achmad Yurianto dalam konferensi pers online yang ditayangkan di YouTube BNPB. Per 23 Maret 2020 jumlah kasus positif virus Corona di Indonesia berjumlah 579 kasus, 49 meninggal, dan 29 sembuh. Berdasarkan data tersebut maka tingkat presentase kematian Corona di Indonesia per 23 Maret adalah 8,4 %. Presentase kematian di Indonesia akibat virus Corona sendiri menduduki posisi yang tertinggi di Asia Tenggara. Sungguh ironis.

Masifnya persebaran virus Corona di Indonesia menurut hemat penulis disebabkan oleh rendahnya kesadaran diri dari warga masyarakat untuk melakukan social distancing sebagaimana himbauan pemerintah. Social distancing sendiri merupakan pembatasan interaksi sosial guna menekan angka persebaran virus Corona.

Secara praksis himbauan social distancing dari pemerintah relatif tidak dipatuhi oleh sebagian warga masyarakat. Anjuran untuk stay at home, study from home, dan work from home justru dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk pergi berlibur, nongkrong di warung kopi, jalan-jalan ke mall, hingga berkunjung ke sanak keluarga. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah kegiatan yang erat dengan kerumunan. Sebuah kondisi yang sangat potensial bagi masifnya persebaran virus Corona.

Di sisi lain, rendahnya kesadaran dari warga masyarakat akan persebaran virus Corona juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia secara umum belum memiliki penghetahuan yang memadai mengenai virus Corona dan segala seluk beluknya.

Di samping itu, maraknya hoax-hoax yang mendegradasi ancaman bahaya Corona membuat masyarakat semakin tidak memiliki rasa kesadaran untuk menjaga dirinya sendiri agar tidak tertular dan juga menulari orang lain. Virus Corona ini berbahaya karena dua hal. Pertama, tingkat persebarannya yang cepat dan masif. Kedua, belum ditemukannya vaksin untuk menetralisir virus Corona.

Sinergitas Bangsa

Di tengah ancaman bahaya Corona yang mengintai, sinergitas kebangsaan hendaknya harus dijadikan alas fundamental dalam rangka perang melawan Corona. Sinergitas kebangsaan bermakna bagaimana berkontribusi secara konstruktif untuk menekan persebaran virus Corona sesuai peran, porsi, tanggung jawab, dan kemampuannya masing-masing.

Semua elemen bangsa baik pemerintah, DPR, NGO (Non Goverment Organization), Pers, hingga warga masyarakat hendaknya membangun sebuah relasi peran untuk menekan persebaran virus Corona. Pemerintah dan DPR tentunya harus mengambil peran strategis sebagai pemangku kebijakan.

Ketersediaan rumah sakit, sarana dan prasarana kesehatan, ketersediaan vaksin dan masker, hingga jaminan dan perlindungan terhadap tenaga medis harus menjadi perhatian utama. Pemerintah harus menyadari bahwa di saat darurat seperti ini keselamatan rakyat adalah yang utama dari aspek apapun. Serta yang tak kalah penting adalah bagaimana pemerintah melakukan sosialisasi, komunikasi, dan informasi mengenai virus Corona kepada masyarakat.

NGO tentunya dapat mengambil peran baik peran advokasi sosial maupun bantuan kemanusiaan untuk turut serta berperan konstruktif dalam rangka menanggulangi persebaran virus Corona. Sedangkan pers hendaknya juga dapat berperan produktif dan komunikatif sebagai sarana literasi masyarakat untuk memahami dan menaggulangi virus Corona. Di tengah derasnya arus hoax, pers harus dapat mengambil peran kunci untuk melaksanakan peran literasi masyarakat dengan informasi yang kredibel dan terpercaya.

Sedangkan untuk masyarakat, peran yang dapat diambil bisa dengan taat melakukan social distancing juga bisa melakukan tindakan-tindakan altruisme misalnya dengan memberikan donasi atau bantuan materil untuk membantu penanganan virus Corona. Pada prinsipnya, virus Corona hanya bisa ditanggulangi dengan sinergitas kebangsaan. Yakni berperannya seluruh elemen bangsa secara konstruktif sebagai sebuah bentuk kesadaran bahwa eksistensi bangsa Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama.

Dalam disiplin sosiologi, sejujurnya sebuah konflik atau bencana bisa mendatangkan manfaat yang positif bagi masyarakat misalnya menguatnya kohesi sosial, rasa kesadaran akan kelemahan, hingga terciptanya sebuah nilai atau tatanan baru. Semoga wabah virus Corona segera berakhir dengan disertai ekses positif seperti menguatnya kohesi sosial (solidaritas), mampu merefleksi kelemahan sebagai sebuah bangsa, dan terciptanya nilau atau tatanan baru khususnya dalam hal ini perihal menjaga kesehatan dan menanggulangi penyakit.

***

*) Penulis adalah Wawan Safaat, Guru Sosiologi SMAN 3 Rembang.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Adhitya Hendra

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES