Kopi TIMES

OHOP sebagai Partner WFH

Kamis, 26 Maret 2020 - 23:09 | 3.00m
Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc, Dosen Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang.
Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc, Dosen Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Akhir-akhir ini istilah WFH (Work From Home) marak diperbincangkan di berbagai media. Hal ini merupakan dampak dari mewabahnya virus corona (Covid-19). Kondisi lockdown atau physical distancing memaksa orang untuk bekerja dari rumah (WFH). Sehingga perlu mendesain agar WFH tetap relax dan menyenangkan. Salah satu caranya dengan menghadirkan OHOP (One House One Pond) sebagai alternatif partner WFH.

Setelah World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global, maka berdampak pada hampir semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah pekerjaan karyawan, khususnya di perkantoran. Mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya akan berubahnya pola pekerjaan seperti ini. Bekerja di kantor dengan aturan jam yang ketat, berubah menjadi kerja di rumah dengan waktu yang fleksibel.

WFH merupakan konsep kerja di mana karyawan dapat melakukan pekerjaannya di rumah. Tentu jam kerjanya menjadi lebih fleksibel. Konsep kerja ini tidak hanya cocok ketika negara menetapkan status lockdown, namun sudah mulai menjadi tren ke depan. WFH dulu terasa asing mendengarnya, apalagi sampai melakukannya. Tapi sekarang semua pekerja/karyawan harus melakukan itu. Bahkan banyak yang masih bingung tentang pekerjaannya sendiri, apa yang harus dilakukan selama WFH.

Hal ini wajar, karena banyak perkantoran yang memang belum siap dengan SOP (Standard Operating Procedure) WFH nya. Sehingga serba mendadak dan akhirnya cenderung bekerja apa adanya. Dengan prinsip yang penting kelihatan bekerja. Meskipun ada yang menikmati adanya WFH ini, namun tidak sedikit yang merasa bosan, jenuh, dan bingung. Karena terbiasa bekerja di kantor dengan SOP, waktu dan tempat kerja yang jelas. Dan sekarang semua itu berbalik 180 derajat.

Dengan situasi seperti ini, tentunya diperlukan strategi untuk menyikapi kebijakan WFH. Salah satunya adalah menghadirkan OHOP di rumah. OHOP merupakan sebuah konsep satu rumah yang memiliki minimal satu kolam ikan. Bahkan bisa dikombinasikan dengan tanaman sayuran, yang diistilahkan dengan sebutan akuaponik. Dalam sistem akuaponik, ikan dan tanaman sayuran dibudidayakan secara bersamaan dalam satu periode siklus. Sehingga lebih efisien dari segi waktu dan tempat.

Mengapa perlu OHOP ketika WFH. OHOP memberikan beberapa keuntungan bagi rumah tangga. Pertama, memberikan nuansa rekreatif. Memelihara ikan dan bercocok tanam merupakan aktivitas menyenangkan. Anak-anak hingga orang dewasa banyak yang menyukai aktivitas ini. Sehingga bisa menghadirkan nuansa rekreatif sendiri tanpa harus ke luar rumah. Kedua, memiliki nilai edukatif. OHOP bisa dijadikan sebagai salah satu family project di rumah.

Disini anak bisa dilibatkan dalam sebuah aktivitas budidaya ikan dan bercocok tanam secara langsung. Kegiatan memulai, merawat, dan memanen hasil adalah sebuah stimulus kecerdasan otak, keterampilan fisik motorik, serta melatih kreativitas anak agar tumbuh kembang dengan baik. Ketiga, penanaman nilai spiritualitas. Beberapa aktivitas OHOP yang dapat dijadikan sebagai penanaman nilai-nilai dasar keagamaan, antara lain: memulai dengan niat ibadah, memulai aktvititas dengan membaca Basmallah, konsep menyayangi hewan/tanaman peliharaan, serta selalu bersyukur dengan hasil yang didapatkan.

Keempat, berlatih survive. Selain untuk rekreatif, sebenarnya OHOP juga mengajarkan arti tentang mandiri pangan. Dengan tujuan untuk bisa bertahan hidup (survive). Ketika sekolah mengajarkan knowledge dan skill, maka di rumah sebagai tempat membangkitkan semangat, gairah, dan kemampuan untuk berjuang dan bertahan hidup.

Sebenarnya adanya kebijakan WFH tidak perlu dikhawatirkan. Karena trend tempat kerja ke depan akan ke arah sana. Apalagi didukung dengan dominasi pekerja adalah kaum millennial. Hal ini bisa dilihat dalam buku “Millenials Kill Everything” karya Yuswohady, dkk (2019). Mereka mengutip hasil survey Deloitte, sebuah lembaga think thank global, yang menyatakan bahwa “92% of Millennial workers say flexibility is a top priority.”

Lembaga ini juga memperkirakan bahwa saat ini remote worker/flexible worker sudah mencapai 39% dari total pekerja penuh waktu, dimana 15% dari angka tersebut bekerja di rumah (home full-timer). WFH kini sudah menjadi gaya hidup yang melanda millenial di seluruh dunia. Dan trennya semakin naik tiap tahunnya. Bahkan mereka mau digaji lebih rendah asalkan memiliki waktu dan tempat bekerja yang fleksibel.

Kaum millennial menginginkan fleksibilitas dalam bekerja, baik tempat maupun waktunya, yang penting targetnya tercapai. Inilah era baru, perubahan yang cepat dengan digitalisasi. Dan tidak bisa dielakkan munculnya flexi job, flexibility worker, remote worker maupun WFH. Yang perlu dipahami adalah sejauh mana kerja tetap produktif, dimanapun tempat dan kapanpun bekerjanya. WFH bukanlah sebagai ancaman, namun dapat dijadikan peluang untuk mencari talent terbaik dalam mencapai target pekerjaan.

Manajemen WFH bisa menjadi faktor penentu produktivitas pekerjaan. Hal ini agar tidak terlena selama di rumah. Godaan nonton TV maupun bermain medsos pasti sulit dihindari. Sehingga diperlukan strategi manajemen waktu WFH. Setidaknya ada empat kategori dalam manajemen waktu WFH, yaitu: manajemen waktu untuk bekerja, membersamai keluarga, rekreatif dan olah raga, serta waktu untuk beribadah.

Berdasarkan strategi tersebut, maka OHOP bisa dijadikan sebagai partner untuk WFH, khususnya dari aspek rekreatifnya. Meluangkan waktu sejenak bersama keluarga untuk memberi makan ikan, melihat tingkah laku ikan, dan menikmati hijaunya tanaman sayuran, merupakan rangkaian aktivitas yang sangat berharga untuk menenangkan hati dan pikiran. Kehadiran OHOP dapat mensupport sisi estetika dan rekreatifnya. Dan ini dapat merangsang imajinasi dan kreativitas dalam berkerja.

WFH bisa dijadikan momentum untuk mengubah mindset tentang tempat kerja. Meminjam istilah dari Yuswohady, dkk, bahwa sebaiknya tempat kerja tak hanya untuk bekerja (working), tapi juga untuk bermain (playing) dan memaknai kehidupan (living). Sudah saatnya menghapus kata boring dalam bekerja. Mari ciptakan rasa fun dan sarat leisure selama bekerja di rumah, agar lebih produktif.

***

*) Penulis adalah Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc, Dosen Jurusan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES