Kopi TIMES

Mengoptimalkan Belajar dari Rumah

Jumat, 27 Maret 2020 - 10:45 | 115.62k
Kurniawan Adi Santoso, S.Pd, Guru SDN Sidorejo, Kabupaten Sidoarjo.
Kurniawan Adi Santoso, S.Pd, Guru SDN Sidorejo, Kabupaten Sidoarjo.

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Pandemi global virus korona (covid-19), terbukti mampu memporak-porandakan masyarakat dunia. Bukan saja masyarakat China sebagai tempat asal penyebaran korona, tetapi masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Sejak diumumkan adanya dua orang yang terinfeksi virus tersebut oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 lalu, dari waktu ke waktu jumlahnya terus bertambah.

Dampak penyebaran korona bukan saja terjadi langsung di bidang kesehatan tetapi juga terjadi di bidang-bidang kehidupan yang lain. Wabah covid-19 juga sangat berdampak bagi bidang pendidikan. Beberapa kepala daerah telah mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan sekolah dan kampus selama 14 hari demi mencegah penularan covid-19. Pembelajaran yang sebelumnya dilakukan dengan tatap muka dan konvensional, terpaksa harus dilakukan dengan sistem daring atau e-learning.

Pembelajaran daring sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi dunia pendidikan Indonesia. Berbagai macam startup pendidikan saat ini juga telah banyak yang muncul. Maka, sebagai guru di era milenial, pembelajaran daring merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai. Oleh karenanya, dalam masa-masa yang rawan ini, saatnya bagi guru untuk meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran e-learning agar anak didik kita tetap belajar sekaligus menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.

Apakah pembelajaran daring dapat dilakukan secara optimal? Ini masalah yang sebenarnya sudah lama didiskusikan. Kini karena serangan korona harus didiskusikan lagi, tepatnya didiskusikan sekaligus dioptimalkan.

Bagaimana pembelajaran daring harus dilakukan? Pertama dengan menggunakan perangkat elektronik yang mendukung pembelajarn secara praktis. Misalnya saja menggunakan internet, mengemail bahan-bahan pembelajaran oleh guru kepada siswa dan guru merespons balik apabila diperlukan. Demikian juga pengiriman email dari dosen kepada mahasiswa atau sebaliknya.

Pembelajaran di rumah juga bisa dilaksanakan dengan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Guru bisa mengajar dari sekolah, bahkan bisa mengajar dari rumah guru bersangkutan, sedangkan siswa belajar di rumahnya masing-masing. Model pembelajaran ini bisa dilakukan dengan reciprocal interaction atau interaksi timbal balik secara langsung. Siswa bisa menanyakan hal-hal yang kurang jelas secara langsung kepada gurunya, sebaliknya guru pun dapat memberi penjelasan secara langsung pada saat itu juga.

Pembelajaran daring juga dapat dilakukan melalui berbagai macam platform seperti Rumah Belajar, Google Classroom, Edmodo, Schoology, Classdojo dan lain sebagainya. Jika kita membutuhkan materi dalam bentuk video kita dapat menggunakan Camtasia, Screencast-O-Matic, Seesaw, Xrecorder. Exercise atau penugasan dalam bentuk soal dapat kita berikan melalui Quizlet, Quiziiz, Kahoot dan lain sebagainya.

Bahkan aplikasi WhatsApp (WA) yang sering kita gunakan dalam berkomunikasi juga dapat kita jadikan sebagai media pembelajaran. Pembelajaran di rumah bisa dilakukan melalui program WA. Guru membuat program tulisan, visual, audio dan/atau audio visual dalam WA kemudian dikirimkan kepada siswa dimanapun berada, dalam hal ini di rumahnya masing-masing. Siswa bisa merespons langsung program WA tersebut baik melalui WA maupun telpon atau yang lain. Model pembelajaran ini relatif sederhana dan tidak menuntut perangkat elektronik yang berat.

Di luar berbagai program tersebut di atas sebenarnya masih banyak perangkat elektronik yang bisa digunakan untuk pembelajaran. Masalahnya sekarang apakah infrastruktur dan suprastruktur masing-masing rumah sudah mendukung? Kalau sudah, tentu bagus. Kalau belum silakan manfaatkan sumber belajar apa saja yang ada di rumah termasuk orangtua dan/atau adik kakak yang tinggal dalam keluarga.

Kalau kita kembali kepada Konsep Tri Sentra Pendidikan yang sangat dianjurkan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, justru di rumah atau di dalam keluarga inilah dasardasar pendidikan seperti budi pekerti, kejujuran, kehangatan keluarga dan sebagainya lebih efektif diberikan. Inilah yang disebut dengan pendidikan keluarga.

Selama ini banyak orangtua yang menyerahkan pendidikan sepenuhnya bagi anak kepada pihak sekolah. Seolah-olah sekolah dapat menyelesaikan semua urusan pendidikan kepada Sang Anak. Apakah benar sekolah dapat menyelesaikan semua masalah pendidikan?

Tidak juga! Buktinya banyak anak yang pintar di sekolah tetapi kelakuannya tidak mencerminkan anak yang baik. Banyak pula anak yang tidak pintar di sekolah sekaligus tidak baik kelakuannya. Boleh juga ini dianggap sebagai kasus, akan tetapi jumlahnya tidak sedikit. Pandemi global virus Corona kita ambil saja hikmahnya bagi dunia pendidikan: yaitu menghidupkan lagi pendidikan keluarga di rumah anak masing-masing.

***

*) Penulis adalah Kurniawan Adi Santoso, S.Pd, Guru SDN Sidorejo, Kabupaten Sidoarjo.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES