Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Ada Kasih Diantara Kita

Kamis, 26 Maret 2020 - 13:34 | 4.31m
Abdul wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis Sejumlah Buku.
Abdul wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis Sejumlah Buku.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebelum virus Corona menjadi ”ujian” bangsa ini, warna merah darah rentan membasahi bumi pertiwi. Saat itu, ada saja peristiwa memilukan yang bertemakan ”bellum omnium contra omnes”  (kelompok satu melawan atau berperang dengan kelompok lain). Penghilangan nyawa orang lain, yang bukan hanya mengakibatkan rasa pilu dan duka mendalam, mudah terjadi.

Diantara kita saat itu masih belum sukses mewujudkan makna persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), karena  kita masih gampang memperlakukan orang lain sebagai sasaran untuk dikorbankan. Kita belum sukses menghadirkan iklim damai bagi sesama, dan sebaliknya kita masih sering terlibat dalam anarki masif atau tindakan kekerasan yang mengakibatkan orang lain menjadi korban dan tumbalnya. Akibat ini, kita tampak belum menjiwai makna persaudaraan.

Kalangan pembelajar agama tentu paham dengan pertanyaan, kenapa di sejumlah ayat maupun hadis disebutkan bahwa orang muslim yang satu dengan lainnya itu bersadura? Salah satu alasannya, karena di dalam diri manusia (muslim) ini juga punya kecondongan untuk berselisih jalan dan paham dengan sesamanya, tapi di sini lain juga ada potensi untuk menyatukan kepentingannya dalam  hubungan persaudaraan, sehingga ketika terjadi pertikaian atau friksi, maka mereka berkeinginan pula untuk melakukan ishlah atau rekonsiliasi.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Saat itu, persoalan rekonsiliasi di antara orang dan kelompok yang berbeda ini bukan pekerjaaan yang  gampang, mengingat ada juga orang-orang atau kelompok orang yang punya kepentingan besar, ada interes tertentu, yang kemudian menghambat atau mengganjal terjadinya dan terwujudnya rekonsliasi.

Di era itu, hasrat untuk hidup damai dikalahkan oleh praktik-praktik pemaksaan kehendak, kebencian yang disalurkan, dendam yang diwujudkan, dan fitnah-fitnah yang dikobarkan. Akibatnya, tidak sedikit anggota masyarakat yang terus menerus terlibat friksi, pertikaian, dan bentrok fisik yang mengakibatkan darah tumpah. Kemarahan bahkan dibiarkan menjadi bahasa perbuatan yang menelan korban dimana-mana. Ikatan persaudaraan direlakan terputus dan lepas akibat kepentingan eksklusif atau ego-kelompok yang dimenangkan.

Untuk membaca realitas itu marilah kita perhatikan firman Allah yang terdapat dalam surat Al Hujuraat ayat 10 : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka ciptakanlah kerukunan dan jalinlah rasa persaudaraan diantara kalian dan bertaqwalah kepada Allah, niscaya kalian akan mendapat limpahan rahmatNya.

Berdasarkan ayat tersebut kita mendapatkan pelajaran  bahwa rahmat Allah itu akan diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa kepadaNya, dan orang yang suka menjalin tali persaudaraan, saling mengasihi, serta suka menciptakan kerukunan diantara sesama manusia.  Sebaliknya orang yang suka menebarkan kebencian dan permusuhan akan terputus dari rahmat Allah. 

Makna terputus dari rahmat Allah berarti jauh dari kedamaian. Jauh dari kedamaian berarti hidup dalam kebencian, permusuhan, atau setidak-tidaknya gagal menikmati atmosfir keharmonisan dan kedamaian. Sebaliknya siapa yang sibuk menabur kasih diantara kita, berarti akan menuai banyak kerahmatan dalam hidupnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Logis jika ajaran agama menuntut kita supaya kita berusaha maksimal mengerahkan kemampuan untuk menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki rasa kasih sayang kepada sesama, selalu mengupayakan kedamaian di tengah-tengah masyarakat, serta mengedepankan rasa persaudaraan dalam berbagai aktivitas kehidupan.  Bukan perdamaian yang direkayasa, atau sikap persaudaraan yang pura-pura, namun rasa bersaudara yang benar-benar keluar dari ketulusan atau kebeningan hati nurani, karena hal itulah yang dapat mendatangkan limpahan rahmat Allah SWT. 

Rasa kebencian, rasa dendam dan permusuhan serta segala tindakan yang berakibat kerusakan di muka bumi, tidak akan mendatangkan kedamaian. Suasana damai hanya bisa dibangun oleh manusia yang hatinya bersih dan suka menabur kasih di antara sesama manusia. Jika kasih ini ditabur dan ”disuburkan” sekarang, apalagi saat negeri sedang diuji oleh Corona, makna istimewa akan besar pengaruhnya terhadap konstruksi persaudaraan.

Berkaitan dengan rasa kasih di tengah ujian Corona itu, menarik kita cermati sabda Rasulullah saw.  dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Hakim mengingatkan kita ”kasihilah siapa dan apa saja yang ada di bumi, niscaya (Allah dan MalaikatNya) yang ada di langit akan mengasihi kalian”.

Hadis tersebut memberi pelajaran kepada kita, bahwa kita diperintahkan menghidupkan dan memarakkan jiwa kasih, karena dari jiwa kasih ini, bangunan kehidupan kemasyarakatan akan diwarnai oleh keberkahan (kesejahteraan, kedamaian, kesehatan, dan keselamatan).

Sekarang, idealnya setiap pelaku sosial, politik, agama, dan segenap segmen bangsa  yang berseberangan jalan dan kepentingan untuk menyatukan dan mensucikan serta menguatkan bangunan kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan ini, sehingga mereka bisa menyatukan langkah guna memakmurkan republik ini di segala aspeknya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis Sejumlah Buku.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES