Kopi TIMES

Wallace, Rorano dan Corona

Kamis, 26 Maret 2020 - 01:36 | 1.36m
Rinto Taib bersama Mr. George Beccaloni (Wallace Fund, Inggris) saat berkunjung ke Museum Rempah-Rempah Kota Ternate.
Rinto Taib bersama Mr. George Beccaloni (Wallace Fund, Inggris) saat berkunjung ke Museum Rempah-Rempah Kota Ternate.

TIMESINDONESIA, TERNATE – Nama besar Ternate sebagai negeri yang dicari dunia pada masa lalu, tak lepas dari kata rempah.  Dan rempah pernah memopulerkan Ternate sebelum Naturalis berkebangsaan Inggris yaitu Alfred Russel Wallace datang ke Ternate.

Dapat dikatakan, nama Ternate kemudian jadi lebih dikenal lagi di mancanegara lewat surat Wallace yang dikirim kepada seorang sahabatnya, Charles Darwin pada Februari 1858. Surat ini popular dikenal dengan The Letter From Ternate atau Ternate Paper.

Kehadiran Wallace selama di Ternate dalam kurun waktu yang jauh lebih lama dibanding masa tinggalnya di daerah lain di Nusantara, seolah menegaskan kepada dunia bahwa negeri ini memiliki kesan tersendiri untuk melahirkan gagasan dan pemikiran Wallace dalam ekspedisi keilmuannya di kepulaun Nusantara.

Hal demikian dibuktikan dengan berbagai catatan harian serta hasil penulisan berbagai makalahnya yang kemudian melahirkan berbagai referensi (buku) menarik di masa kini, selain The Malay Archipelago maupun lainnya.

Realitas ini pula melegitimasi Ternate sebagai pusat lahirnya teori biologi modern, tempat menulis berbagai sudut pandang etnografi, geografi hingga eceanografi serta telah memicu berkembangnya berbagai perkembangan ilmu pengetahuan lain termasuk kesehatan dan farmasi masa kini.

Di tengah ekspedisi ilmiahnya, Wallace pun harus terpapar sakit. Penderitaan yang dia alami tersebut mendorong dirinya untuk menulis sebuah makalah yang kemudian menginspirasi seorang Charles Darwin hingga melahirkan sebuah maha karyanya teori besar yang kita kenal dengan Teori Evolusi.

Pada konteks ini, Ternate bukan semata dikenal dunia sebagai kepulauan rempah (spices island) semata, melainkan juga dikenal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Ternate pada konteks ini pula adalah sebagai sebuah kota kecil yang memiliki keragaman cerita tentang berbagai hal dengan segala potensi maupun dinamikanya dari masa ke masa.

Di antara sekian banyak cerita tersebut, tak bisa dipungkiri dan tidak berlebihan jika Ternate disebut sebagai episentrum dunia ilmu pengetahuan biologi modern terlebih ketika menyediakan berbagai hal yang diperlukan Wallace bagi penyembuhan Malaria yang dideritanya.

Meskipun tidak penulis temukan tentang hal tersebut di dalam bukunya Wallace “The Malay Archipelago”. Namun menurut dugaan penulis, penyembuhan Wallace diduga berasal dari obat ramuan tanaman herbal alami seperti tanaman-tanaman rempah negeri ini.

Nature & Culture

Jauh sebelum Wallace tiba di Ternate, para leluhur negeri ini telah mengenal berbagai jenis flora dan fauna yang menjadi bagian terpenting ekosistem kehidupan di alam sekitar (semesta).

Tradisi lisan masyarakat tempatan diketahui telah mengenal pandangan ekologis dan filosofis tersendiri tentang flora dan fauna dengan segala potensi keanekaragaman hayatinya maupun manfaat serta mudharatnya bagi kehidupan manusia.

Rorano adalah salah satu sebutan atau istilah lokal terhadap berbagai jenis tanaman dan tumbuhan juga hewan sebagai ramuan obat tradisional yang dikonsumsi masyarakat bagi penyembuhan berbagai penyakit maupun penambah stamina atau upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Metode penyembuhan dengan mengonsumsi Rorano telah lama dikenal jauh sebelum dikenalnya berbagai produk obat-obatan herbal kemasan modern yang beredar saat ini. Dan Rorano ini, diduga menyelamatkan Wallace tatkala terjangkit Malaria di masa itu.

Keanekaragaman hayati yang menjadi potensi sumber daya alam tersebut adalah sebagai obat penyembuh dan sekaligus penyelamat hidup Wallace setelah terpapar di pembaringan karena sakit yang dideritanya.

Meski demikian, jejak warisan Wallace tak hanya soal biodiversity (keanekaragaman hayati) semata melainkan juga tentang culture diversity (keanekaragaman budaya) masyarakat lokal termasuk dalam budaya hidup sehat dengan mengonsumsi Rorano tersebut.

Pada segi yang lain juga Warisan Wallace di Ternate juga berkait dengan konsekuensi imajinasi arsitektural era kolonial, hingga efek visual dari dunia literasi.

Literature and Lecture

Secara akademis, mewabahnya pandemic Corona Virus 19 ini jika dikaji secara lebih mendalam, maka akan memunculkan sejumlah pertanyaan.

Perkembangan dunia kedokteran dan kesehatan, pertahanan dan keamanan hingga militer di negera-negara maju ikut berspekulasi dan saling tuding diantara mereka sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas penyebaran virus mematikan ini dan yang disebut-sebut sebagai senjata biologis yang dikembangkan.

Pada segi yang lain, kepentingan kaum kapitalis memanfaatkan ini sebagai pasar empuk guna memasarkan produk kesehatan seperti obat-obatan dan sebagainya. Seraya berdalih untuk meningkatkan imun dari sekumpulan sel, jaringan, jamur maupun parasit yang menginfeksi tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem kekebalan tubuhnya melemah, menjadi jalan masuk bagi kuman-kuman dan penyakit menular yang menimbulkan infeksi hingga kematian.

Di tengah kontroversi dan kepentingan di tengah merebaknya penularan virus global ini, kita sesungguhnya telah terlambat bahkan abai dan tidak pandai mensyukuri karunia Tuhan yang telah memberikan kekayaan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang begitu berlimpah. Termasuk diantaranya adalah tanaman rempah-rempah yang pernah berjaya di masa lalu.

Dibalik itu semua, apresiasi patut kita berikan kepada perguruan tinggi lokal Universitas Khairun Ternate yang telah berhasil melalui risetnya dengan menciptakan produk hand sanitizer berbahan dasar cengkeh di tengah kelangkaan dan meningkatnya kebutuhan akan produk antiseptic saat mewabahnya virus global Covid-19 saat ini.

Pelajaran dari Wallace yang disembuhkan dari malaria hingga kepanikan global akibat penularan virus Corona saat ini, seolah mengisyaratkan kepada kita untuk memanfaatkan berbagai kekayaan alam sekitar seperti tanaman rempah yang terbukti ampuh melawan berbagai jenis virus mematikan.

Tanaman Cengkeh misalnya adalah salah satu tanaman rempah di negeri ini yang dengan mudah kita temukan di sekitar kita dari tepi jalan raya hingga kebun warga, tentu dapat kita gunakan sebagai penawar virus Corona karena memiliki khasiat anti bakteri, mikroba dan parasit.

Pada konteks ini pemerintah daerah dan perguruan tinggi lokal diharapkan lebih bersinergi memaksimalkan ketersediaan dan kekayaan rempah-rempah di sekitar kita dalam penanganan berbagai virus mematikan khususnya virus Corona.

Bagi masyarakat luas agar dapat memanfaatkan tanaman rempah-rempah tersebut termasuk buah dan sayuran yang berkhasiat untuk mencegah  virus Corona serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita. Seperti Jahe, Bawang Putih dan Bawang Merah, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Jeruk, Pepaya, Jambu Biji, Tomat, Semangka, Mangga, Delima, Cabai, Mengkudu, dan lain sebagainya.Semua yang telah disebutkan tersebut dengan mudah dapat diolah untuk dikonsumsi seperti minuman jus untuk dan sebagainya. Semoga bermanfaat. (*)

 

*) Penulis: Oleh: Rinto Taib,  Kepala Museum Rempah - Rempah Kota Ternate.

*) Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

_________
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Adhitya Hendra

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES