Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Menghadapi Corona dengan Sewajarnya

Sabtu, 21 Maret 2020 - 23:20 | 71.56k
Muhammad Yunus. Dosen Universitas Islam Malang. Pengurus LP Maarif Jawa Timur
Muhammad Yunus. Dosen Universitas Islam Malang. Pengurus LP Maarif Jawa Timur
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGSEJAK WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemic global, Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerapkan covid-19 ini sebagai bencana non-alam. Sontak saja berbagai kementerian mennindaklanjuti isu tersebut.

Menteri Pendidikan misalnya memutuskan untuk menutup sekolah-sekolah dan mengalihkan proses pembelajaran di rumah. Melalui tagline kerja dari rumah, isu tersebut massif bergerak bahkan sampai ke perguruan tinggi. Hal ini dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus corona ini menyebar luar.

Seperti diketahui virus ini memiliki karakteristik mudah menular. Hanya melalui sentuhan virus ini akan menempel pada benda itu yang kemudian jika benda itu dipegang dan tidak sengaja bersentuhan dengan mata, hidung, dan mulut maka virus tersebut akan berpindah dan akhirnya terpapar.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Berbagai media social bising dengan perbincangan covid-19 ini. Sepertinya tiada hari tanpa bahasan corona. Semua orang meneruskan info tersebut. Group satu dengan lainnya memiliki kemiripan isi. Ya semua tentang corona. Hari berjalan dengan topic corona. Perbincangan semua mengarah pada corona. Tidak ketinggalan salam corona pun menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini.

Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus ini di Indonesia. Sampai detik ini pemerintah belum menetapkan kebijakan untuk lock down daerah tertentu.

Bukan karena Indonesia tidak mau me-lockdown daerah tertentu tapi hemat saya karena masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat sosial yang sangat tinggi. Sehingga jika keputusan lockdown ditetapkan jangan-jangan akan menimbulkan kepanikan yang berlebih. Sehingga saya apresiasi sikap pemerintah yang menetapkan cukup dengan social distancing saja, menjaga jarak interaksi social agar tidak menyebar cepat virus ini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Isu social distancing ini menarik untuk diperbincangkan karena ternyata tidak hanya dirana kehidupan social dan gaya hidup saja, social distancing ternyata sampai juga pada praktik ubudiyah umat islam. Mulai dari fatwa untuk tidak sholat jumat dan membatasi kegiatan-kegiatan keagamaan.

Sampai disini kemudian isu tersebut muncul dua pendapat yang sangat tajam. Pertama, mereka yang menyakini bahwa tempat apapun menjadi mungkin untuk penyebaran virus ini, pun begitu masjid meskipun masjid adalah tempat suci.

Pendapat kedua kekeh berpendapat bahwa mereka yang menjaga wudhunya, sholatnya, dan rajin pergi ke masjid tidak mungkin terpapar dengan virus ini. inilah fenomena nyata yang saat ini terjadi di masyarakat kita saat ini.

Lantas bagaimana semestinya kita menghadapi penyebaran virus ini. Pertama, sebagai manusia biasa tentu was-was dengan itu semua. Tentu hal ini adalah hal yang wajar.

Siapa yang ingin mendapatkan penyakit. Meskipun kita diajarkan bahwa penyakit merupakah risalah untuk pengampunan Allah kepada hamba-Nya. Tapi kita diminta untuk berikhtiar untuk menjaga kesehatan dan tidak memberanikan diri melawan dengan sok sehat dan sebagainya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Maka yang harus dilakukan tentu tetap melakukan aktivitas seperti biasa dan menghormati kebijakan pemerintah agar tidak terjadi gesekan social yang berlebih. Artinya, jika pemerintah menegaskan kita untuk bekerja dari rumah mari hormati kebijakan itu.

Jika yakin dengan kondisi kebersihan masyarakat sekitar dan berani sholat di masjid mari lakukan itu. Jika tidak memungkinkan dan lebih nyaman tinggal di rumah mari lakukan itu.

Kedua, mengimbangi dengan doa. Doa adalah senjata orang mukmin. Virus jika dikatan bencana maka virus tersebut datangnya dari Allah SWT, dan kita sebagai manusia diminta untuk menghadapi yang salah satunya dengan doa.

Berbagai macam doa diajarkan oleh ulama-ulama terdahulu. Membaca shalawat juga merupakan bentuk doa. Setidaknya dengan doa ini membuat hati kita lebih tenang dan tidak panic berlebihan.

Ketiga, mari kita lakukan sedekah kepada sesama. Nabi menyampaikan bahwa sedekah adalah penolak bala. Dengan sedekah orang terselamatkan dari musibah.

Allah sangat menyukai mereka yang senantiasa bersedekah dalam hidupnya. Sedekah akan mendatangkan keberkahan hidup. Bersedekalah dalam keadaan susah ataupun senang. Terlebih dalam kondisi seperti sekarang ini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Akhirnya marilah kita hadapi semua ini dengan sewajarnya saja. Virus maha kecil dan kita memiliki Allah SWT yang maha besar. Sebesar apapun masalah yang dihadapi katakana pada masalah itu kita punya Allah yang maha besar. KepadaNya kita berserah diri. Semoga kita semua senantiasa dalam lindunganNya dan dijauhkan dari virus ini, aamiin yaa rab.

***

* Muhammad Yunus. Dosen Universitas Islam Malang. Pengurus LP Maarif Jawa Timur.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES