Kopi TIMES

Mahasiswa Unisma: Merindukan Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar

Rabu, 11 Maret 2020 - 15:28 | 125.58k
Ahmad Khairudin Sidik, Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)
Ahmad Khairudin Sidik, Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)

TIMESINDONESIA, MALANG – Berbicara tentang pendidikan memang tidak ada habisnya, kompleksitas permasalahan yang kian hari terus berkembang seiring derasnya perkembangan zaman, namun bagaimanapun rumitnya pendidikan tetap menjadi prioritas utama bagi seluruh elemen masyarakat kita, pasalnya pendidikan merupakan wajah suatu bangsa, suatu bangsa yang maju ataupun berkembang tergantung bagaimana masyarakatnya mendapatkan kelayakan atas pendidikan, lantas pendidikan apa yang diharapkan? Tentu pendidikan yang merdeka atau pendidikan yang membebaskan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pendidikan di Indonesia jika dilihat dari hasil surve yang dirilis oleh Programme for International Student Assessment (PISA), menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara di dunia, itu artinya bahwa  negara kita masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam, pertanyaan nya sekarang adalah mengapa hal demikian bisa terjadi di Indonesia? Banyak sebenarnya faktor yang mempengaruhi mulai dari kualitas tenaga pendidik yang kurang profesional, sarana prasarana yang masih belum merata bahkan juga sistem pendidikan yang masih membelenggu.

Ada dobrakan baru menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Anwar Makarim atau yang akrab dikenal dengan Mas menteri yang patut di apresiasi dan didukung penuh yaitu dengan program merdeka belajar dan kampus merdeka. Menurutnya bahwa saat ini perlu adanya transformasi kultur yang tadinya administrative kultur menjadi learning kultur dan inovasion kultur, kultur dimana banyak tanya, banyak coba dan banyak karya bahwa sisiwa itu bukan hanya pasif konsumtif daripada pendidikan tetapi mereka berpartisipasi dalam pendidikan tersebut, (RI Kemendikbud, 2020).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Jika melihat model pendidikan yang saat ini masih eksis khususnya di UNISMA bahwa model-model klasik masih banyak diterapkan dimana administrative kultur masih membelenggu mahasiswanya maupun dosen sebagai tenaga pendidiknya, sehingga mahasiswa dan dosen masih sulit untuk bebas merdeka, salah satunya  sebut saja ujian komprehensif yang masih menjadi tolak ukur mahasiswanya untuk mengikuti ujian skripsi.

Mengutip kata mas menteri dalam podcast Deddy Corbuzer bahwa sekarang informasi itu bisa didapatkan dimana mana yang terpenting itu bukan lagi peserta didik harus tau semua informasi atau konten yang dibutuhkan namun bagaimana informasi itu bisa diproses sehingga mampu memecahkan masalah yang nyata di kehidupannya, kemampuan bernalar dan berkreasi itulah yang terpenting.

Mana mungkin seekor gajah harus diajarkan untuk memanjat pohon dalam Al-Quran pun disinggung bahwa manamungkin seekor onta mampu memasukkan benang kedalam jarum.

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa jika benar-benar ingin melihat kemampuan peserta didik tidak cukup hanya melihat dari kemampuan untuk mengerjakan soal-soal semata, harus melihat dan menilainya dari berbagai sudut pandang atau kita bisa memastikan bahwa peserta didik itu membuat portafolio dari suatu pekerjaan dan dari berbagai macam hal apakah itu dari esai nya karya seni nya atau apapun itu projek yang ia lakukan. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Hingga pada akhirnya kami sangat merindukan dobrakan baru mas menteri agar dipertimbangkan dalam penerapannya di kampus hijau UNISMA, kampus  yang mempunyai pemikiran out of the box dan mempunyai cita-cita menuju World Class University.(*)

*) Penulis: Ahmad Khairudin Sidik, Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)

*)Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-4 Editor Team
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES