Pendidikan

Prof Mas'ud Said: KH Asep Syaifuddin Chalim Runtuhkan Menara Gading

Senin, 02 Maret 2020 - 17:33 | 57.41k
Guru Besar Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Mas'ud Said, Minggu (1/3/2020). (FOTO: Istimewa)
Guru Besar Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Mas'ud Said, Minggu (1/3/2020). (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Guru Besar Universitas Islam Malang (Unisma) Prof Mas'ud Said memberikan apresiasi tinggi atas pengukuhan gelar guru besar yang diterima oleh Prof Dr KH Asep Syaifuddin Chalim. Agenda pengukuhan tersebut dihadiri oleh Presiden RI Jokowi. 

Kehadiran presiden bagi dunia akademik dan masyarakat Jawa Timur dinilai Prof Mas'ud sebagai fenomena yang menarik.

"Tentu ini diawali oleh penelitian beliau, seperti pidato beliau tentang kiprah Kiai Asep," kata Prof Mas'ud, Minggu (1/3/2020) kemarin. 

Kehadiran presiden secara khusus untuk mengukuhkan gelar guru besar Kiai Asep juga menjadi momen bersejarah. Presiden RI Jokowi secara khusus terbang dari Jakarta hanya untuk perhelatan tunggal tersebut.

"Saya kira jarang terjadi. Jadi ini sangat istimewa," ungkap Prof Mas'ud menambahkan. 

Memang, tidak jarang presiden terlihat berada di kampus bersama rektor, para cendekiawan, pengusaha, birokrat, ilmuwan, budayawan, bahkan orang-orang biasa di istana. Termasuk wartawan dan profesi lainnya.

"Tetapi terbang khusus dari istana kemudian ke tempat ini dengan tujuan tertentu, saya kira ini sebuah hadiah yang besar bagi Jawa Timur," kata Prof Mas'ud. 

Kiprah Kiai Asep dalam dunia pendidikan memang patut diakui. Dia telah melakukan eksperimen lebih dari 30 tahun lalu. Sebuah eksperimen yang jarang berani diimplementasikan oleh guru besar lainnya. Ibarat kata, menara gading sudah diruntuhkan oleh Kiai Asep. 

"Jadi sekarang sudah menara air yang bisa memberikan aliran-aliran kedamaian, aliran kesuburan bagi dunia akademik dan bagi kemasyarakatan," tandasnya. 

Menara gading itu selayaknya citra ilmuwan, citra cendekiawan di ketinggian menara tanpa menyentuh masyarakat. Berada di wilayah tersendiri yang menyendiri. 

"Dia tidak sampai landing ke masyarakat. Itu menara gading, olok-olok bagi dunia praktisi yang menunggu manfaat langsung dari cendekiawan," jelas Prof Mas'ud. 

Sebaliknya, Kiai Asep mengalirkan kesejukan melalui ilmu. Menara air yang di dalamnya terangkai pipa, bisa menyuburkan dan bisa melegakan dahaga bagi orang-orang yang membutuhkan. 

"Ya! Kiai Asep yang meruntuhkan menara gading," ungkap Prof Mas'ud penuh keyakinan. 

Bahwa memang sudah selayaknya dalam dunia pendidikan, akademisi dan cendekiawan mampu meruntuhkan menara gading dalam dirinya. 

Kiprah Kiai Asep dalam bidang keilmuan sudah tidak diragukan lagi. Kiai Asep remaja ditinggal oleh orang tuanya saat kelas 2 SMA. Selain pekerja keras, Kiai Asep adalah orang yang bercita-cita tinggi dan tidak takut gagal.

Bahkan Prof Mas'ud menilai jika Kiai Asep mempunyai konsepsi pendidikan karakter yang paripurna. Menempuh pendidikan Islam di pesantren yang sangat modern di dalam pedesaan luas.

Kehadiran Kiai Asep dalam dunia pendidikan Jatim layak mendapatkan apresiasi masyarakat. Karena bisa menata sistem pendidikan pesantren modern yang bisa menembus batas dunia. 

"Masyarakat Jatim harus bersyukur memiliki beliau. Dan kehadiran Presiden Jokowi adalah hadiah bagi kami di dunia pendidikan, karena presiden menghargai kiprah cendekiawan yang beliau harapkan bisa menunjang program-program pengembangan sumber daya manusia sebagaimana diinginkan negara, seperti pidato beliau," terang  Prof Mas'ud Said ketika memberikan apresiasi tinggi atas pengukuhan gelar guru besar yang diterima oleh Prof Dr KH Asep Syaifuddin Chalim. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES