Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Generasi Mati Suri

Sabtu, 29 Februari 2020 - 22:46 | 55.15k
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA)
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGKEKUATAN media elektronik atau produk teknologi canggih seperti HP yang nyaris di setiap saat menemai kita, adalah  ibarat suatu magnet pemacu emosi dan generator penyita waktu yang tergolong sangat istimewa.

Ketika seseorang atau sekelompok orang duduk manis menikmati HP ini berarti sudah menyerahkan atau menggadaikan sebagian kesadarannya untuk dikuasai, dijinakkan, dan bahkan dijajahnya. Kesadarannya lambat laun rela mengalah dan takluk oleh pesona kekuatan yang dilihat, dibaca, dan digunakannya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Jika yang menjadi pelaku itu itu anak-anak (para generasi), maka mereka ini tidak ubahnya sekedar konsumen pasip yang lebih gampang menyerah kalah, melainkan  apa yang diilikinya ini identik “paedagogis” yang bisa berlaku absolut dan tiranis, yang membuatnya sulit mengatakan “tidak”.  Mereka ini menjadi penikmat yang manis, yang menyukai dan mengadopsi apa yang dianggap menggembirakan, menyenangkan, dan barangkali memuaskannya.

Kalau yang dilihat misalnya lebih banyak menyuguhkan kekerasan,  rasanya sulit mereka (anak-anak) bisa terdidik atau minimal dicondongkan untuk memngkiblatinya ini. Mereka bisa dibuat menjadi  generasi mati suri, yang terkadang masih bisa hidup dengan sedikit sisa-sisa nyawa,  namun di sisi lain tampak hanya berjalan dengan raga dan tatapan mata kosong atau lurus kedepan layer dengan tidak mengenal lingkungannya.

Generasi (anak-anak) seperti itulah yang kehadirannya menciptakan belantara sosial,  yang  bisa menampilkan perilaku individualistic, kasar dan mudah gagap menyikapi perubahan. Apa yang dilihat, dibaca, atau disebar sebagai viral bisa melebihi kekuatan  “wahyu ilahi”, karena diperlakukannya sebagai “ilham”, doktrin, atau bukan tidak mungkin kekuatan pemacu yang meledakkan emosi berkecenderungan destruktif dan malversasi.

Mereka itu, memang akhirnya seperti sajaknya Kahlil Gibran menjadi “generasi anak zamannya”, namun zaman yang dilukisnya ini menampakkan ketertindasan norma agama, kelumpuhan moral, atau mengalami kondisi, meminjam istilah filosof  F. Nietzhe “kematian tuhan” dalam dirinya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Produk teknologi yang menguasai anak-anak itu disebut sejumlah pakar sebagai media bersifat ganda, yang salah satu di wajahnya dieuforiakan menghadirkan informasi beragam tentang perubahan dunia, namun di sisi wajahnya yang lain menawarkan racun yang potensial membunuh karakter, atau mematikan nilai-nilai positif yang tersimpan dalam diri anak. Anak terhambat tumbuh dan berkembang dengan baik akibat kuatnya sisi buruk yang terus menerus merasuki dan meracunnya.

Beberapa kasus kejahatan seksual dan penyalahgunaan zat-zat adiktif yang dilakukan anak dan remaja, diantaranya si pelaku mengaku “terinspirasi” dan “termotivasi” penggunaan HP yang bisa menghadirkan “ragam pesona dunia”, yang di antaranya secara vulgar dan rigit mengupas berbagai model penjahat memproduksi kejahatan atau aneka deviasi seksual.

Kasus pengenalan dan peniruan perilaku seks bebas atau praktik anomaly dan kriminalistik, yang lebih banyak dari media elektronik-teknologis tertentu misalnya menunjukkan, bahwa media demikian dapat mempengaruhi pola salah pilih di kalangan anak jika yang lebih banyak dibaca atau “dikonsumsinya” mengandung rangsangan vulgar, vandal, dan kriminal.

Para ahli psikologi menegaskan bahwa perilaku manusia pada hakekatnya merupakan proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi bahwa ia mahluk hidup. Sikap dan pola perilaku itu menurut pandangan behavioristik dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan lingkungan. Bertolak dari pandangan ini, pembiasan dan pengukuhan lingkungan anak dapat dibentuk melalui produk iptek seperti HP atau televisi yang sesuai dengan nilai, norma, dan kerpribadian bangsa. Karena saat ini produk IPTEK setiap saat bisa ditontonnya.

Itu diperkuat para psikologis anak Hairuman Syah, yang menyebut bahwa rangsangan yang ditimbulkan oleh HP melalui program-programnya jauh lebih tinggi “kedahsyatan” pengaruhnya dibandingkan dengan media cetak. Karena, pada seperti HP, gambar-gambarnya bersifat moving, sedangkan media cetak bersifat statis. Gambar yang moving dapat "tertanam" dalam benaknya dalam tempo lama sekali. Makin besar daya pikatnya atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pula dampak yang ditimbulkannya. Artinya, mereka akan sering teringat dan membayangkannya, serta berkecenderungan mengadopsi dalma peniruan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Seorang anak yang menjadi pengguna produk Iptek itu bisa terkondisikan untuk berlama-lama memperhatikan dan mengingat (menyerap) gaya pelaku yang ditontonnya, yang kemudian dijadikannya sebagai sumber inspirasi. Dari inspirasi ini kemudian meningkat ke tahapan rekayasa dan perwujudan aksi-aksi. Di sinilah masalah yang “meracun” kehidupan anak, sehingga mereka bisa menjadi generasi mati suri.

Kita memang sedang mendapatkan ujian besar dan berat dari produk Iptek, yang ujian ini menempatkan anak-anak sebagai obyek yang dieksploitasi nalar dan psikologisnya. Mereka hendak diseret masuk semakin dalam menjadi robot-robot yang sekedar mengikuti ambisi pemilik modal jagad IPTEK atau produsen “pasar bebas” yang diantaranya membiasakan liberalisasi  anomali  atau “kedursilaan global”.

Mereka tidak boleh kita biarkan diseret atau dikorban oleh pemilik modal itu. Kita harus mencegahnya dengan cara membulatkan tekad untuk melawannya dengan, diantara menyediakan waktu sangat luang untuk menemani dan mengajknya diskusi. Kita tidak boleh terus teringgal dan terlambat membaca setiap bentuk produsen “pasar bebas” yang menipu, menyesatkan, dan menaburkan dampak dan ajaran yang “menghabisi” generasi kita.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

***

 

*) Penulis: Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES