Kopi TIMES

Mahasiswa: Skill dan IPK, Mana yang Lebih Penting?

Jumat, 28 Februari 2020 - 19:37 | 116.84k
Risna Windika Cahyani, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra di Universitas Peradaban Bumiayu
Risna Windika Cahyani, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra di Universitas Peradaban Bumiayu

TIMESINDONESIA, JAKARTABUAT kamu yang merupakan anak kuliahan pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya IPK. IPK merupakan kependekan dari Indeks Prestasi Kumulatif atau bahasa gaulnya GPA (Grade Point Average). IPK diberikan kepada mahasiswa sebagai bentuk hasil dari kemampuan siswa dalam melangsungkan kuliah sesuai dengan SKS (Satuan Kredit Semester) yang telah ditempuhnya biasanya dihitung per semester.

Nah, ngomong-ngomong soal IPK, jadi mahasiswa itu kadang-kadang banyak salahnya sedikit benarnya. Kalau mahasiswa giat mengejar IPK besar, katanya masyarakat butuhnya skill, kerja nyata, keterampilan yang mumpuni, dan lain-lain bukan cuma sekedar kuliah terus dapet ijazah. Untuk sebagain lagi, banyak mahasiswa ikut organisasi buat belajar pengalaman, banyak teman, aktif, dan punya kegiatan, tapi akhirnya ehh dimarahin dosen sama Emak karena nilainya pas-pasan dan IPKnya rendah. Jadi sebenarnya jadi mahasiswa itu harus gimana? Mana yang lebih penting buat masa depan nanti?

Buat kalian yang baru mau atau sudah menjadi mahasiswa, perlu paham dengan pembahasan yang satu ini. Lebih penting mana antara IPK atau skill dan segala macam pengalaman-pengalamannya itu. Sudah dijelaskan sebelumnya apa itu IPK, kita pasti sudah paham.

Selanjutnya skill, yang dimaksud skill dalam pembahasan kali ini merupakan kemampuan atau keterampilan seseorang khususnya bagi mereka para mahasiswa. Skill biasanya bisa mahasiswa dapatkan melalui mengikuti berbagai macam organisasi atau program-program kreativitas mahasiswa yang ada di kampus. Hal itulah yang menyebabkan ada dua golongan mahasiswa, yaitu mahasiswa yang hanya kuliah terus pulang, dan mahasiswa yang sibuk dengan segudang aktivitasnya baik di kuliah maupun organisasi. Dua hal itulah yang menjadikan pembahasan kali ini menarik, mana yang lebih dibutuhkan masyarakat antara kemampuan dan IPK.

Sebenarnya antara skill dan IPK yang mereka peroleh harusnya memang sama-sama penting. Orang tidak akan dengan mudah percaya seseorang yang berbicara bahwa dia memiliki kemampuan yang baik jika orang tersebut tidak bisa menunjukkan bukti nyata yang biasanya bisa kita lihat dengan sertifikat atau ijazah yang dimiliki. Ijazah akan meyakinkan seseorang bahwa kita merupakan seseorang yang memiliki kemampuan yang memang telah diakui. Dari ijazah dan nilai-nilai itulah merupakan syarat awal kita akan diterima dalam sebuah perusahaan, melalui bukti IPK menjadi pertimbangan dan tolok ukur kemampuan kita. Setelah itulah kita baru, membuktikan bahwa IPK yang ditunjukkan sesuai dengan kemampuan yang akan kita tunjukkan. Jadi sebenarnya antara bukti nyata berbentuk IPK dan skill saling mengisi satu sama lain, meskipun memang sebenarnya ada beberapa pekerjaan yang lebih mengutamakan salah satu di antaranya. Misalnya, seorang desainer. Seorang desainer yang memiliki nilai besar dalam hal teori pelajarannya namun dalam kemampuannya menciptakan sebuah busana kurang maka ia akan mengalami kesulitan dalam menjalankan proesinya. Karena, yang dituntut dari seorang desainer adalah kemampuanya secara nyata membuat sebuah busana. Berbeda lagi dengan seorang guru, seorang guru tentu lebih mengutamakan wawasan dan ilmunya untuk mengajar daripada keterampilannya, karena yang paling utama adalah memberikan ilmu kepada anak didiknya. Itu merupakan salah satu contoh bagaimana skill dan IPK yang menunjukkan kecerdasan bekerja di dunia kerja secara nyata.

Dari pembahasan di atas, bisa dilihat bahwa baik skill maupun IPK, sama-sama penting bagi masa depan. Tinggal bagaimana memilih, mana yang ingin ditonjolkan dan menyelaraskan dengan jurusan yang diambil. Jadi buat mahasiswa yang sedang mempersiapkan masa depannya, nggak usah kawatir dengan banyaknya persepsi orang lain tentang apa yang tengah kamu kerjakan. Kerjakan apa yang menurutmu baik dan menarik, dan tetap ingat tugas utama dari seorang pelajar atau mahasiswa tetaplah belajar.

***

*) Penulis Risna Windika Cahyani, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra di Universitas Peradaban Bumiayu

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES