Kopi TIMES

Pancasila dan Sobat Ambyar

Kamis, 27 Februari 2020 - 20:32 | 92.63k
Moch. Shofwan, M.Sc., Dosen UNIPA Surabaya Sekaligus Pengurus GP. ANSOR Wates.
Moch. Shofwan, M.Sc., Dosen UNIPA Surabaya Sekaligus Pengurus GP. ANSOR Wates.

TIMESINDONESIA, SURABAYABANGSA Indonesia merupakan bangsa yang memegang betul asas pancasila sebagai pedoman bertindak dalam kehidupannya. Awal dicetuskannya pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia karena melihat keanekaragaman suku, agama, dan ras masyarakatnya, serta melihat begitu melimpahnya sumberdaya alam yang ada di bumi Indonesia yang terbentang dari Sabang-Merauke.

Melihat kondisi sekarang yang sudah 74 tahun merdeka rasanya tidak selalu linieritas dengan cita-cita para pendiri Bangsa ini ketika merumuskan Pancasila, didalam makna Pancasila salah satunya terkandung nilai kerukunan, keluhuran dan budi pekerti sehingga mampu mengontrol segala bentuk tindak dan tanduk kita didalam bernegara agar menjadi pribadi yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun khalayak umum.

Bangsa indonesia saat ini dinilai sebagian telah kehilangan jati dirinya akibat aksi kekerasan antar kelompok, pertikaian anak muda, dan korupsi yang melanda para elit politik dan kepala daerah bahkan penegak keadilan sekalipun, seharusnya mereka menjadi benteng terakhir dalam menjalankan roda pemerintahan justru sebaliknya mereka menjadi borok (baca: penyakit kulit) pemerintahan karena tidak lagi ada yang peduli terhadap kebenaran yang sejatinya menjadi ujung tombak terakhir dalam kebenaran. Kini yang masih hidup tinggal raganya bendera merah putih yang masih berkibar di tiang bendera namun sejatinya ruh keadilan sudah mati perlahan-lahan. Belum lagi banyaknya anak muda yang kini disebut sebagai kaum milenial yang seharusnya mampu menjadi ujung tombak kemajuan bangsa, malah justru sering kita mendengar peristiwa perkelahian antar supporter dan kelompok tertentu yang tidak sama sekali memperlihatkan kearifan sebagai kaum muda.

Menyedihkan bukan. Begitulah potret wajah bangsa Indonesia saat ini. Betapa tidak, puluhan bahkan ratusan kasus kekerasan seksual dan korupsi yang melanda Bangsa Indonesia akhir-akhir ini sangat menjamur. Bak jamur yang mulai tumbuh pada musim semi semakin hari semakin banyak benih tumbuh berderetan, entah kenapa dan apa yang telah terjadi terhadap bangsa ini, satu sama lain saling mengedepankan ego sektoral sehingga tidak ada langkah terpadu untuk bersama-sama membangun negeri ini.

Apakah kita semua perlu belajar kepada Didi Kempot yang mampu menyatukan keberagaman sobat ambyar dalam satu hentakan irama yang sama. Semoga Negara yang kaya akan sumberdaya alam yang melimpah ini kembali pada lintasan yang paripurna sehingga mampu melakukan lompatan yang besar yang sesuai dengan cita-cita para pendiri Bangsa. 

***

*) Penulis: Moch. Shofwan, M.Sc., Dosen UNIPA Surabaya Sekaligus Pengurus GP. ANSOR Wates

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES