Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pembangunan Daerah Butuh Perempuan Terdidik

Selasa, 25 Februari 2020 - 13:38 | 66.47k
Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis Buku dan Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.
Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis Buku dan Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Dunia pendidikan merupakan dunia seumur hidup yang yang harus diwarnai atau mewarnai kehidupan  perempuan. Mental kerja atau lemahnya etos kerja dapat dibangkitkan dengan penguatan pendidikan (pelatihan khusus) untuk perempuan.

Dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam UU  Pendidikan itu jelas sekali menyebut, bahwa pendidikan berfungsi membentuk setiap peserta didik, tanpa kecuali, tanpa membedakan atau mendiskriminasikan gender. Baik laki maupun perempuan  sama-sama merupakan subyek didik yang mempunyai hak yang sederajat untuk dikembangkan potensi akademik dan karakternya.

Kalau di daerah semakin banyak warga masyarakat misalnya Jatim yang berkembang atau maju pendidikannya, maka mereka menjadi terdidik untuk membentuk dirinya sebagai pejuang atau pekerja keras dalam kehidupannya. Mereka akan menjadi manusia-manusia yang terdidik untuk terus bersemagat dalam mencari jalan yang terbaik demi dirinya,masyarakat, dan bangsanya.

Pakar pendidikan bernama Carter V. Good  menyebut, bahwa pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

Pandangan ahli tersebut menunjukkan, bahwa penyelenggaraan pendidikan haruslah memberikan yang terbaik pada anak didik/perempuan. Pembentukan dan pengembangan kepribadian yang sesuai dengan kepentingan masyarakat dan tentu saja seseuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, adalah model pendidikan yang dicita-citakan mampu membentuk karakter perempuan, termasuk karakter berwirausaha.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ketika perempuan fokus dalam memedulikann dunia pendidikan, mengkritisi penyelenggaraan pendiidikan di sekolah maupun di rumah, maka hal ini akan memberikan manfaat terhadap terbentuknya generasi atau bibit komunitas perempuan yang andal. Kalau peremuan melakukannya untuk kepentingan daerah, maka daerah yang menjadi pusat pengabdian perempuan ini akan bisa diantarkannya mencapai kemajuan pesat, khususnya di bidang perekonomian.

Kontribusi perempuan terhadap pembangunan di daerah tidak hanya di satu sector, tetapi banyak sector yang menjadi garapan perempuan. Pendidikan ini merupakan menjadi contoh dari salah satu aspek penting dalam pembangunan di Indonesia. Kalau kemudian perempuan mempunyai banyak aktifitas kewirausahaan, maka kegiatannya ini dapat mendukung terhadap terjadinya banyak perubahan di banyak sector, khususnya pembangunan di daerah.

Dunia pendidikan bagi perempuan merupakan dunia yang bisa memberikan banyak perubahan, karena di dalam dunia pendidikan ini, banyak diajarkan tentang teori atau ilmu pengetahuan serta khususnya karakter yang bisa berpengaruh besar terhadap kebutuhan masyarakat di daerah. Ketika sumber daya manusia di daerah banyak yang memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan, serta karakterkuat maka otomatis hal ini dapat disebut sebagai modal besar untuk melakukan perubahan besar.

Mengingat banyak sector kewirausaan yang menjadi garapan perempuan, maka hal ini memungkinkan perempuan bisa melakukan peran perubahan yang berskala makro, sehingga kondisi lain di wilayah masyarakat di daerah, yang semula   sulit dianggap berubah, akhirnya benar-benar bisa berubah berkat “keperkasaan”  perempuan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Perlu kita pahami bersama, bahwa secara kuantitas jumlah perempuan Indonesia tidaklah sedikit. Misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, bahwa  berdasarkan data Susenas 2014 dan 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Data BPS ini menunjukkan, dari total jumlah populasi tersebut, penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa sementara perempuan sebanyak 126,8 juta jiwa. Jumlah tersebut naik dari 2014 yang berjumlah 252 juta jiwa,

Selain itu, BPS menunjukkan, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia pada 2014 dan 2015 relatif sama, yaitu sebesar 101,02 dan 101. BPS menunjukkan bahwa dari 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Adapun, komposisi penduduk kota atau desa menunjukkan bahwa penduduk Indonesia pada 2015 lebih banyak di pedesaan, yakni 128,5 juta jiwa. Sementara di perkotaan besar hanya sebanyak 126,3 juta jiwa. Meskipun jumlah penduduk di pedesaan lebih besar, pertambahan penduduk dari 2014 ke 2015 di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan perdesaan. Tercatat, pertambahan penduduk di perkotaan mencapai 1,75% sementara di perdesaan 0,52%.

Jumlah perempuan Indonesia yang mencapai 126 juta lebih jelas merupakan asset besar dan berharga. Menjadi kekuatan yang benar-benar bisa dirasakan manfaatnya jika besarnya jumlah diikuti dengan besarnya peran atau kontribusi yang diberkannya di tengah kehidupan masyarakat di daerah  (Jatim).

Selain terus mengasah perannya secara fisik supaya bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat di daerah (Jatim), perempuan juga harus meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuannya atau kompetensinya supaya perannya di tengah pemerintahan daerah tetap sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Sumberdaya perempuan yang terdidik di daerah merupakan modal yang diandalkan untuk melakukan banyak perubahan dan percepatannya sekaligus. Kalau hal ini bisa diwujudkan, maka pemerataan dan percepatan kesejahteraan bukanlah hal yang tidak mungkin.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pembangunan di daerah (Jatim) merupakan cermin pembangunan nasional. Gagal tidaknya pembangunan nasional adalah ditentukan oleh berhasil tidaknya pelaksanaan pembangunan di daerah. Gagal atau suksesnya pembangunan ini ditentukan oleh kontribusi yang diberikan oleh perempuan.

*)Penulis: Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis Buku dan Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES