Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Berjuang Demi Menjadi Perempuan Entrepreneurship

Senin, 24 Februari 2020 - 09:30 | 54.14k
Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis Buku dan Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.
Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis Buku dan Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Artikel saya ini dimulai dengan deskripsi tentang pengalaman saya di bidang wirausaha bahwa saya merintis usaha di bidang travelling yang bernama ‘PT. Basmallah’. Travelling ini untuk menjembatani kepentingan masyarakat dari berbagai kalangan. Kepentingannya di antaranya berwisata domestik ke berbagai destinasi di penjuru nusantara.

Selain wisata domestik ini usaha yang saya kembangkan juga untuk kepentingan berwisata internasional ke berbagai negara yang dinilai mempunyai keunggulan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI unisma.ac.id

Selain itu, saya juga mengembangkan traveling yang bersifat edukatif dan spritualitas di antaranya, dengan mengantarkan atau mendampingi para pihak. Seperti dari kalangan masyarakat akademik (Perguruan Tinggi) untuk melakukan studi banding ke berbagai negara diantaranya ke Australia, Turkey, Belanda, Singapura, Malaysia, Thailand, Korea, Brunei Darussalam dan jumlah negara lainnya.

Sedangkan, untuk wisata spiritualitas diantaranya mendampingi Jamaah menjalankan ibadah Umroh atau Haji dan lainnya.

Usaha yang saya rintis dan kembangkan itu tidaklah ringan, karena menghadapi banyak tantangan ditengah persaingan yang bersifat global ini. Banyak pihak yang juga mendirikan usaha yang sama dengan saya lakukan.

Oleh karena itu, saya dituntut untuk membangun dan menguatkan mental dan semangat berwirausaha (entrepreneurship) secara progresif, artinya usaha yang saya kembangkan ini harus saya sesuaikan atau adaptasikan dengan perkembangan daya minat publik (umat) yang memang sangat pluralistic ini.

Berdasarkan hal itu, bagi saya usaha ini menjadi tantangan untuk menjalakannya atau membuktikannya dengan sikap profesionalitas maksudnya dalam berwirausaha demikian ini kepentingan publik harus di nomor satukan sebagai bukti pemberian pelayanan yang sejiwa dengan kepentingan masyarakat (Konsumen).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI unisma.ac.id

Dari apa yang sedikit saya lakukan itu, Saya jadi teringat semboyan RA Kartini yang menyatakan, bahwa ‘Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang, itulah semboyanku! Maju! Semua harus dimulai dengan berani! Pemberani pemberani memenangkan tiga perempat dunia.

Semboyan Kartini, sang pejuang atau symbol perempuan Indonesia  itu sebagai ajakan supaya setiap warga bangsa ini, khususnya kalangan perempuannya punya keberanian. Perempuan dimintanya tidak bermental penakut. Perempuan harus maju demi memenangkan pertarungan. Perempuan harus tidak kecil nyali dengan kompetisi.

Kita para perempuan Indonesia harus menunjukkan dirinya bisa “memberi yang terbaik” untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan negaranya.  Tanpa perempuan, bangsa dan negara tidak akan pernah memperoleh kemajuan. Apa yang diperbuat perempuan akan dan abadi bisa menentukan terhadap banyak prestasi atau kemajuan pembangunan masyarakat, baik di bidang social, budaya, pendidikan, politik, maupun  ekonomi. Berwirausaha termasuk kegiatan yang harus ditunjukkan atau dipejuangkan tuada henti oleh perempuan.  

Ketika ada suatu masyrakat atau wilayah, ternyata belum banyak memperoleh prestasi yang membanggakan, maka hal ini mengindikasikan bahwa para perempuannya belum memberikan kontribusi besar dalam berwirausaha.

Era kemajuan suatu daerah atau masyarakat (bangsa) bukan hal mustahil jika para perempuannya aktif membangun atau mengembangkan diirinya atau tidak mengenal henti dalam memberikan kontribusinya terhadap hajat hidup diri, keluarga dan masyarakat.

Hajat hidup masyarakat di suatu daerah itu, misanya Jawa Timur sangat banyak dan beragam, yang untuk memenuhinya membutuhkan tangan-tangan kuat dari perempuan. Segala bentuk rintangan atau tantangan yang mencoba menghadang dan mengalahkannya, wajib disingkirkan demi panggilan pengabdian untuk masyarakat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI unisma.ac.id

Salah satu tantangan yang membutuhkan kontribusi perempuan untuk mengatasinya adalah soal etos kerja. Tidak sedikit elemen masyarakat di daerah yang belum menyadari arti pentingnya etos kerja bagi kehidupannya sekarang dan masa depan. Mereka belum menunjukkan usaha maksimal untuk membuat dirinya bebas  dari penyakit malas.

Kita perlu tahu dan memahami, bahwa setiap orang di muka bumi ini wajib melibatkan dirinya dalam proses etos kerja, karena dari etos kerja ini, seseorang bisa terbebas dari berbagai bentuk penyakit sosial, termasuk terbebas dari keterbelakangan dan kesulitan ekonomi. William Shakespeare menyatakan “sebenarnya tidak ada yang namanya kegelapan  melainkan lahir dari kelemahan”

Pernyataan Shakespeare itu menunjukkan, bahwa seseorang dapat terjerumus dalam lingkaran hidup yang menyulitkannya, bilamana dirinya terjangkit penyakit kelemahan atau keterbelakangan. Artinya kelemahan etos kerja menjadikannya bisa terjerumus dalam berbagai bentuk kehidupan yang menyusahkan atau memprihatinkan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI unisma.ac.id

*)Penulis: Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis Buku dan Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES