Kopi TIMES

Catatan dari Tragedi Susur Sungai Sempor Sleman

Minggu, 23 Februari 2020 - 12:16 | 82.99k
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psyco Education Centre. (Grafis: TIMES Indonesia)
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psyco Education Centre. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Jumat biasanya kita mengharapkan datangnya berkah. Tetapi, Jumat 21 Pebruari 2020 justru mendatangkan musibah. Semua orang menjadi terperangah. Karena siswa SMPN 1 Turi Sleman tergilas dengan air bah. Peristiwa yang tidak mudah, tetapi bikin susah.

Gubernur meminta tanggung jawab kepala sekolah. Polda DIY menginvestigasi dengan teliti dan cermat untuk hindari keputusan salah. Kita hanya tinggal mencari hikmah dan pasrah. Semoga tidak timbulkan fitnah.

Hari Subarkah (2020) menjelaskan, bahwa susur sungai adalah kegiatan mengenalkan ekologi sungai. Terdiri dari pengenalan arus air, komponen yang ada di sungai, bentukan sungai, lingkungan sekitar sungai, badan sungai baik itu lingkungan pertanian, hutan, mata air dan sebagainya.

Selanjutnya, susur sungai bermanfaat melatih seseorang untuk memahami jenis bahaya yang ada di sungai. Dan kegiatan melatih ketahanan fisik. Memang kegiatan pramuka tidak hanya di sekolahan saja. Ada juga kegiatan penyelamatan. Yang salah satunya berupa susur sungai. Namun, pada prakteknya, susur sungai Sempor Sleman, mendatangkan musibah yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Tragedi susur sungai Sleman diikuti oleh 124 siswa kelas 7 dan 135 siswa kelas 8. Sehingga total sebanyak 249 siswa. Tercata hingga hari ini 216 siswa selamat sedangkan 23 siswa luka-luka. Sebanyak 10 siswa dinyatakan wafat dan 2 siswa diantaranya baru ditemukan pada Minggu (23/2/2020) pagi.

Para peserta pramuka tersebut di bawah 6 pembina pramuka. Seorang pembina yang menjaga semua bareng milik siswa, seorang pembina yang ijin ada kegiatan lain, dan 4 pembina yang ikut turun sungai. Semua siswa dibagi beregu dengan jumlah siswa 15 untuk setiap regunya dengan pendampingan kakak kelas untuk setiap regunya.

Kegiatan susur sungai dimulai pk 14.30. Baru berlangsung 30 menit air bah datang berangsur-angsur dan menghantam semua siswa yang ada di sungai. Ada yang bisa selamatkan diri dengan menepi dan naik ke atas, ada yang minggir dan berpegangan tali, akar dan pohon yang ada di pinggir sungai. Ada yang terbawa air dan menghilang dengan cepat hingga tak tampak.

Menurut hemat saya, setidak-tidaknya ada dua faktor utama yang menyebabkan tragedi: Pertama faktor internal, yang berkenaan kecakapan dan keterampilan berenang dan penyelamatan diri yang dibuktikam tidak semua anak sudah dibekali keterampilan menguasai diri di sungai.

Kemudian faktor eksternal, yang di antaranya, (a) anak tidak dibekali alat penyelamat sungai (pelampung), kedatangan air bah secara mendadak, (b) pakaian lengkap serangan pramuka yang dipakai di sungai mempersulit penyelamatan diri, (c) terbatasnya pembina dewasa, (d) abaikan peringatan orang di sekitar sungai, dan (e) tidak ada ijin dari Kepala sekolah.

Memang sikap yang terbaik adalah kita ambil hikmah sebanyak-banyaknya dan tawakkal ‘alallah atas ketentuan hidup setiap orang. Namun akan lebih terhormat, jika ada pertanggungjawaban yang harus dimintakan kepada kepala sekolah dan atau pembina pramuka.

Pihak yang berwajib dan pengadilan seharusnya ikut mengambil keputusan terbaik dengan tetap mempertimbangkan rasa keadilan dan aspek edukatif, sehingga Kepala Sekolah dan pembina ke depan lebih berhati-hati, terutama dalam membuat agenda kegiatan yang bisa memberikan manfaat dan libdungi keselamatan para pramuka.

Kegiatan ekstra kurikuler pramuka memang sangatlah bermanfaat bagi para siswa, baik terkait dengan kegiatan yang bermisi untuk meningkatkan kecakapan personal (kemandirian, tanggung jawab. disiplin, praktek ibadah) dan kecapan sosial (kerja tim, kepedulian, kepemimpinan, peduli lingkungan).

Sesuatu yang ideal dan bermanfaat ini tidaklah mudah diwujudkan. Sebab kadang-kadang terjadi peristiwa dan mushibah yang tak terduga sebelumnya, terutama kegiatan outdoor. Karena itu semua yang bertanggung jawab untuk kegiatan outdoor perlu lebih berhati-hati dalam perencanaan dan implementasi pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian diharapkan lebih menjamin keselamatan semua.

Kita salut dan terima kasih kepada semua pihak mulai dari Bupati Sleman Sri Purnomo, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Mendikbud RI Nadeim Makarim, Menkopolkam Mahfud MD hingga Presiden RI Joko Widodo. Semuanya telah memberikan perhatian khusus. Semoga kejadian yang tragis ini dapat diambil hikmah dan pelajaran sebanyak-banyaknya.

Tentu kita berempati kepada keluarga atas mushibah, semoga korban wafat dengan husnul khatimah. Bahkan dalam batas tertentu kurban susur sungai Sempor menjadi mati syahid. Sebab, mereka dalam proses belajar. Kepala sekolah, pembina pramuka dan guru lebih berhati-hati, dan siswa juga tidak trauma dan lebih berhati-hati dakam mengikuti kegiatan pramuka yang outdoor. (*)

***

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psyco Education Centre.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES