Gaya Hidup

Maestro Ponorogo, Sang Pengendang Dan Seniman Reyog Tempo Dulu

Kamis, 20 Februari 2020 - 16:45 | 202.00k
Hadi, Maestro Kendang Kesenian Reyog Ponorogo. (Foto: Evita Mukharomah/TIMES Indonesia)
Hadi, Maestro Kendang Kesenian Reyog Ponorogo. (Foto: Evita Mukharomah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Kesenian Reyog Ponorogo tidak terlepas dari sejarah Ponorogo yang menjadi identitas karakter serta pakem tari dan iringan gamelan reyog. 

Hal tersebut disampaikan salah satu seniman Reyog tempo dulu, Hadi (57) asal Desa Bancangan Sambit Ponorogo. Pengalamannya selama ini di bidang kesenian Reyog sudah cukup lama. Dia telah pergi ke daerah-daerah dalam melatih kesenian Reyog bahkan juga pergi luar pulau Jawa. Beberapa daerah yang sudah dia kunjungi seperti Samarinda, Pekanbaru, Jember, Banyuwangi, Blitar dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.

Hadi menceritakan kepada TIMES Indonesia sejak usia 16 tahun, dirinya sudah  berlatih alat musik yang dimainkan dalam kesenian Reyog berupa kendang termasuk seni tarinya. 

Selanjutnya dengan adanya semangat ditambah hobi yang menjiwainya pada tahun 1981, Hadi mendirikan grup Reyog yang terbuat dari kertas sebagai dadak meraknya dan untuk gamelannya mengunakan perabotan dapur berupa "JOUN" yang terbuat dari tanah liat.

Hadi-Maestro-b.jpg

Pada tahun 1983 Hadi bersama teman-temannya berupaya merubah dadaknya dalam kesenian Reyog dengan  bulu ayam dan diiringi dengan gamelan asli berupa kendang, kenong, terompet dan gong

."Kesenian Reyog tempo dulu pemainnya semuanya pria dan juga pemeran penari jathilanya juga pria," ungkap Hadi.

Dalam era tahun 1990 penari jathil laki-laki jarang muncul dan akhirnya muncul penari jathil perempuan. 

"Jadi dulu jathil laki-laki sama masyarakat sering di sebut Gemblak Warog dan sebutan itu sekarang sudah tidak ada lagi," katanya.

Hadi menambahkan dengan maraknya gending campursari dangdut yang populer di masyarakat akhirnya mempengaruhi iringan gamelan yang asli sesuai pakem dalam gending-gending kesenian Reyog Ponorogo.

"Kesenian Reyog boleh saja mengikuti kemajuan jaman, namun tidak boleh keluar dari pakemnya. Pada tahun 2000 kami pernah membandingkan  pagelaran Reyog tempo dulu dan masa kini," sambung Hadi. 

Menurut Hadi, kesenian Reyog adalah budaya asli yang di miliki Kabupaten Ponorogo. 

"Untuk itu kita semua wajib melestarikannya dan menjaga identitas keaslianya agar tetap terbangun ciri khas dari kesenian Reyog Ponorogo sebagai kesenian yang sudah memdunia yang di miliki Kabupaten Ponorogo ini," tuturnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Ponorogo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES