Kopi TIMES

Dampak Virus Corona terhadap Ekonomi Indonesia

Rabu, 19 Februari 2020 - 13:08 | 926.23k
Abid Muhtarom, Dosen Universitas Islam Lamongan Fakultas Ekonomi dan LPPM Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Lamongan Universitas Islam Lamongan (Unisla)
Abid Muhtarom, Dosen Universitas Islam Lamongan Fakultas Ekonomi dan LPPM Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Lamongan Universitas Islam Lamongan (Unisla)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Beberapa pekan lalu, peristiwa global telah menimpa kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Bahkan korban meninggal karena virus Corona atau Covid-19 di seluruh daratan China sudah lebih dari 1000 orang. Menurut WHO dampak ini bahkan lebih besar memukul Tiongkok dari SARS pada 2003 silam. 

Selain dampak kesehatan, juga tidak bisa dipungkiri Covid-19 ini berdampak pada sektor ekonomi global. Dampak wabah ini sedikit banyak pasti menghambat perputaran roda perekonomian di Tiongkok ataupun negara-negara yang mengimpor barang dari Negeri Panda tersebut. 

Apalagi data dari IMF tahun 2019, daratan China menyumbang 39,2 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia. Menurut IMF pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,1 persen dan prediksi pada tahun 2020 turun 5,8 persen tanpa melihat atau sebelum Covid-19 menerjang. 

Disamping berdampak pada sektor ekonomi, menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya ada tiga sektor yang juga terkena imbasnya. 

Pertama, sektor Pariwisata. Berdasarkan data kunjungan, wisatawan asing asal Tiongkok menduduki urutan kedua dari total kunjungan wisatawan asing pada tahun 2019. Total ada sebanyak 2,1 juta kunjungan atau 12,9 persen dari total kunjungan turis asing. 

Kedua, sektor investasi dan penanaman modal asing, pada tahun 2019 investasi dari Negeri Tirai Bambu itu menduduki peringkat kedua, dengan nilai investasi sebesar US$ 4,7 miliar atau sekitar Rp 64,4 triliun atau 16,8 persen dari total penanaman modal asing. 

Ketiga, sektor perdagangan. Sektor inilah yang paling besar terkena dampak dari wabah ini. Pada tahun 2019 Tiongkok menjadi mitra perdagangan terbesar bagi Indonesia, baik ekspor maupun impor non migas, dengan nominal import mencapai US$ 46,6 Miliar atau Rp 611 Triliun atau  30 persen dari total keseluruhan impor non migas dan nominal ekspor mencapai US$ 25,8 Miliar atau Rp 353,5 Triliun atau 16,7 persen dari total keseluruhan ekspor non migas.

Namun, dengan adanya wabah virus Corona di Tiongkok ini, Pemerintah Indonesia melakukan beberapa pencegahan; 

Pertama, memberikan sarana informasi dan hotline kesembilan kementerian terkait. Tujuannya untuk memberikan informasi dan penanggulangan jika wabah tersebut menyebar ke Indonesia. 

Kedua, penghentian penerbangan dari dan ke Tiongkok untuk waktu yang belum ditetapkan  Kebijakan ini sebagai langkah preventif untuk mencegah penyebaran virus Corona ke wilayah Indonesia melalui transportasi udara. 

Ketiga, larangan impor hewan hidup dari Tiongkok dan pengawasan langsung dari pemerintah. Keempat, perpanjangan visa overstay bagi turis atau pekerja Tiongkok. Kelima, pembatasan sementara dengan orang Tiongkok atau transit. 

Dari beberapa langkah-langkah itu, pemerintah bukan hanya mengalami permasalahan hubungan bilateral dengan pemerintah Tiongkok, melainkan juga dalam sektor ekonomi, termasuk dampak pada komoditas tertentu yang akan menjadikan inflasi pada produk-produk impor dari Tiongkok dalam kurun waktu yang belum bisa diprediksikan. 

Selanjutnya, jika kondisi seperti ini terus berlanjut maka pemerintah harus sudah mempersiapkan langkah alternatif lainnya, termasuk bersiap mencari produsen baru untuk beberapa komoditas yang biasanya diimpor langsung dari Tiongkok. Jika tidak, harga komoditas yang biasanya diimpor dari Tiongkok akan menjadi mahal karena berkurangnya atau mengalami kelangkaan stok. 

Sedangkan sektor pariwisata, pemerintah harus mencari cara untuk mengenjot pengunjung lokal agar mau berwisata di dalam negeri. 

Dan akhirnya, pemerintah Indonesia harus optimis, permasalahan virus Corona ini akan segera berakhir dan hubungan bilateral kedua negara dalam bidang ekonomi bisa berjalan lagi. Sebab, Indonesia mengalami ketergantungan akan beberapa komoditas yang diimpor dari Tiongkok. (*)

***

*) Penulis Abid Muhtarom, Dosen Universitas Islam Lamongan Fakultas Ekonomi dan LPPM Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Lamongan Universitas Islam Lamongan (Unisla).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-4 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES