Kopi TIMES

Pilkada Pacitan: Untuk Menang Terhormat Setiap Demokrat Wajib Saling Merapat

Selasa, 18 Februari 2020 - 11:08 | 193.93k
Imam Fauzi Surahmat, S.AB, M.AB, Peneliti di Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) Dan Kandidat Doktor Kebijakan Publik Di Universitas Brawijaya
Imam Fauzi Surahmat, S.AB, M.AB, Peneliti di Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) Dan Kandidat Doktor Kebijakan Publik Di Universitas Brawijaya

TIMESINDONESIA, PACITAN – Pacitan sebagai kotanya Demokrat semakin menasbihkan dirinya pada moment pilkada serentak 2020 ini, uforia itu benar-benar terasa dengan hingar bingar alat peraga kampanye yang tersebar masif di setiap penjuru wilayah, tentu dengan gambar, tagline dan pesan pesan politiknya, dimana kesemuanya itu lebih dari 80% didominasi oleh APK (Alat Peraga Kampanye) dari kader kader Partai Demokrat, kalaupun ada APK di luar kader Demokrat nyatanya mereka adalah para bakal calon yang lebih memilih afiliatif dengan sang Mercy Biru untuk menarik simpati dari para loyalis SBY.

Nyaris jika direview sampai saat ini hanya ada satu bakal calon Bupati di luar Demokrat yang mencoba mengambil ceruk pemilih di luar klan SBY, dan itu adalah pemain lama, yang sudah mempublish dirinya sebagai bakal calon Bupati sejak bursa pilbup dalam periode pilkada pilkada sebelumnya, yang mungkin beranggapan inilah saatnya untuk tampil saat Demokrat bukan lagi sebagai Partai penguasa dalam konstelasi nasional. Potensi itu ada dan tidak boleh dipandang sebelah mata.

Pertanyaannya kemudian adalah, menguntungkan pihak manakah kedua hal di atas, apakah Demokrat akan mampu memenangi pilkada ini dengan terhormat atau justru dilibas oleh mereka yang menganggap tidak semua harus dari dinastinya Mas Ibas.

Tentu masing-masing kemungkinan itu sangat terbuka peluangnya, tinggal kemudian bagaimana strategi dari masing-masing mereka untuk saling counter atack tentu dalam koridor startagi politik yang positif dan mendidik, bukan money politik ataupun intrik.

Namun melihat pacitan tentu tidak bisa menafikan figur SBY, kharisma dan ketokohanya dirasa masih sangat kuat dalam masyarakat Pacitan, SBY masih dianggap sebagai role model kesuksesan yang kemudian mampu terus memberikan energi positif bagi segenap masyarakat Pacitan untuk kemudian di ikuti jejaknya, hal tersebut tentunya bisa menjadi senjata pamungkas oleh Demokrat karena besar kemungkinan masyarakat Pacitan akan sangat mendengarkan dan mengikuti siapa sekiranya yang secara terbuka di dukung dan di restui oleh SBY siapapun itu orangnya.

Oleh karenanya sudah seharusnya setiap kader demokrat yang mencoba maju dalam kontestasi ini benar-benar melakukan review secara komprehensif dengan melakuan survey oleh lembaga yang kredibel, untuk mengukur seberapa besar peluang dan kekuatannya serta dimana kelemahaanya masing masing untuk kemudian bisa secara rasional mengambil sikap harus bagaimana seharusnya, jangan sampai masing-masing kader kader Demokrat Pacitan yang sejatinya potensial justru habis energi di pertarungan internal saat ini dengan saling menjatuhkan, tentu ini adalah kerugian besar yang kemudian sangat terbuka kemungkinan hal tersebut dimanfaatkan oleh mereka yang berada pada poros penantang yang tentunya sangat ingin menyalip di tikungan akhir.

Satu sisi uforia dari kader kader Demokrat untuk maju dalam peruntungan pilkada 2020 ini adalah keuntungan yang karenanya asosiasi bahwa Pacitan adalah tanah biru Demokrat benar benar semakin menguat, akan tetapi hal tersebut juga membuka peluang terjadinya friksi yang tajam di antara para kader tersebut, karena tentunya rekomendasi DPP Partai itu pada akhirnya pasti hanya akan turun kepada satu pasangan saja. Kemudian sejauh mana para kader Demokrat ataupun para bakal calon yang sedari awal mencoba mengambil hati Demokrat dengan harapan mendapatkan rekomnya dengan bijak dan dewasa bisa menerima itu, dan tidak justru berbalik arah untuk menyeberang dan menyerang balik Demokrat.

Dan jika pilihan terakhir itu yang di ambil oleh para bakal calon yang kecewa percayalah itu justru jadi bunuh diri politik yang fatal, karena itu artinya yang bersangkutan harus siap kehilangan segalanya, karena jika opsi menyeberang dan bergandengan dengan pasangan di luar Demorkat, tentu yang bersangkutan harus keluar dari partai dan itu artinya tidak punya lagi kendaraan politik dan jika sudah tidak punya kendaraan politik tentu bergaining positionnya sangatlah lemah. Pastinya akan sangat kecil peluangnya menjadi bakal calon Bupati mentok hanya menjadi bakal calon wakil bupati.

Nah jika pada akhirnya opsi tawaran untuk menyeberang adalah hanya sebagai pasangan Wakil Bupati dengan peluang kemenangan yang belum tentu kepastianya, akan jauh lebih rasional jika dua poros yang diyakini terkuat di internal Demokrat saling bersatu untuk menjadi pasangan Cabup dan Cawabup yang kesemuanya dari Demokrat, toh jelas Demokrat dengan 14 Kursi yang ada, bisa mengusung pasangan sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Di mana format siapa nantinya di posisi bupati dan siapa di posisi wakil bupatinya sekali lagi harus tergantung review secara rasional dari hasil kajian dan rekomendasi survei-survei yang dilakukan secara simultan oleh lembaga survei mainstream nasioanal yang jelas track record dan kredibilitasnya. Dan bisa juga didasarkan pada pemetaan strategis antar kandidat dalam distribusi peran politik kedepanya, artinya sharing power di internal Demokrat bisa jadi salah satu opsi untuk terus menjaga kader kader Demokrat tetap dalam satu naungan Mercy Biru yang solid.

Pilkada Pacitan juga terasa semakin dinamis dan makin panas setelah belum lama ini LSI Denny JA merilis hasil survei Pilkada Pacitan, menariknya hasil temuan survei menempatkan tingkat elektabilitas empat bacalon internal Partai Demokrat berada di posisi teratas. Hasil temuan faktual ini sudah seharusnya bisa dijadikan salah satu acuan rasional oleh Partai Demokrat untuk semakin memantapkan diri dalam mengusung kader terbaiknya atau bahkan mengawinkan 2 kandidatnya yang dianggap punya elektoral yang bagus untuk kemudian memberikan restu untuk maju sebagai Cabub dan Cawabub di Pilkada Pacitan.

Empat kandidat bacalon dengan tingkat elektabilitas tertinggi dari internal Partai Demokrat tersebut mulai yang teratas yaitu Indrata Nur Bayuaji 19,1%, Yudi Sumbogo 5,0% Ronny Wahyono 4,1% Luki Tri Baskorowati 3,4%. Jika mengacu pada tingkat elektabilitas kandidat bacalon tersebut sangat memungkinkan jika kemudian dua diantara mereka saling ditandemkan. Tokoh muda bertalenta Demokat tentunya tidak akan puas dalam satu titik capai, tapi akan terus membutuhkan panggung lebih besar untuk bisa lebih berkarya, dan moment pilbup inilah seharusnya bisa menjadi pembuktian panggung tersebut sebagai salah satu bagian mempertahankan Demokrat di Tanah Pacitan. Data-data sudah sangat mendukung, tinggal realita nanti yang akan berbicara, siapa dibalik nama yang akan mendapat rekomendasi dan berkompetisi untuk memperebutkan mahkota memimpin daerah seribu satu gua.

Selamat Berdemorkasi Pacitan.

 

Opini Oleh : Imam Fauzi Surahmat, S.AB, M.AB

Peneliti di Lingkaran Survei Indonesia ( LSI Denny JA) Dan Kandidat Doktor Kebijakan Publik Di Universitas Brawijaya

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES