Peristiwa Daerah

Pengamat UBM: Pemerintah Tolak Pulangkan 600 WNI eks ISIS Harus Diapresiasi

Kamis, 13 Februari 2020 - 23:44 | 43.06k
Pengamat politik Universitas Bunda Mulia (UBM) Silvanus Alvin (FOTO: Edi Junaidi Ds/TIMES Indonesia)
Pengamat politik Universitas Bunda Mulia (UBM) Silvanus Alvin (FOTO: Edi Junaidi Ds/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengamat politik Universitas Bunda Mulia (UBM) Silvanus Alvin menilai, rencana pemerintah untuk tidak memulangkan 600 WNI eks ISIS patut diapresiasi. 

Menurut Silvanus Alvin, alasan pemerintah tersebut sangat kongkrit dan jelas yakni untuk memberikan jaminan rasa aman bagi warga negara di dalam negeri, termasuk di dalamnya rasa aman dari bahaya terorisme. 

Kata dia, pemerintah harus zero tolerance terhadap para pendukung aksi terorisme. Mereka harus menerima konsekuensi atas tindakan dan pilihan yang mereka sudah ambil.

"600 Eks ISIS tersebut diketahui memang sudah membakar passport Indonesia, yang memang menunjukkan mereka sudah tidak ingin menjadi bagian dari Indonesia yang tercinta ini. Meskipun kebijakan pemerintah tersebut jadi pro dan kontra karena mayoritas dari kalangan WNI Eks ISIS tersebut adalah perempuan dan anak-anak," ujar Silvanus Alvin kepada TIMES Indonesia di Jakarta, Kamis (13/2/2020).

"Nah, bagi saya pemerintah perlu memperhatikan dan melihat secara jernih untuk anak-anak. Menurut saya, anak-anak masih bisa diselamatkan. Sebab, dalam tahapan sosialisasi menurut George Hebert Mead, terdapat tahapan prepatory stage, game stage, dan generalized stage," imbuhnya.

Selanjutnya, dia melihat masalah itu dengan pendekatan prepatory stage dan game stage, mereka yang berada di kategori anak-anak masih dalam tahap meniru orang dewasa, dan mulai mengenal cara kerja dunia. Nah terkait hal ini kata dia, bila masih dalam dua tahap tersebut, berarti anak-anak ini masih bisa diselamatkan. 

Untuk penangan khusus anak-anak ini, menurutnya, ajaran terorisme yang menerpa mereka semasa hidup di lingkungan ISIS, masih berpeluang dinetralisir. 

"Pemerintah bisa mempersiapkan camp khusus bagi anak-anak yang pernah hidup di lingkungan ISIS ini. Bagaimana pun juga anak-anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Masih ada kesempatan untuk membentuk serta mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Pemerintah pun saya rasa akan mendapat respon positif karena masih menunjukkan belas kasihan dan sisi kemanusiaan," ujar pengamat politik UBM ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES