Ekonomi

Petani di Gresik Butuh Solusi Konkret Soal Penanganan Hama Tikus

Kamis, 13 Februari 2020 - 21:55 | 33.01k
Ilustrasi petani yang sedang panen (FOTO: Akmal TIMES/Indonesia)
Ilustrasi petani yang sedang panen (FOTO: Akmal TIMES/Indonesia)

TIMESINDONESIA, GRESIKPetani di Kabupaten Gresik, Jawa Timur meminta solusi konkret soal penanganan hama tikus yang mewabah di lahan pertanian akhir-akhir ini. Sebab, hama tikus membuat petani merugi karena gagal panen.

Sebelumnya, petani menggunakan cara setrum listrik untuk jebakan tikus, meski membuat tikus kapok, cara itu membawa duka. Petani tersetrum listrik di lahan miliknya sendiri.

Dari banyaknya korban jiwa akibat setrum listrik, Dinas Pertanian Gresik bersama PLN melakukan sosialisasi di Pendapa Kecamatan Dukun, Kamis (13/2/2020).

Dinas Pertanian meminta agar petani tak menggunakan setrum untuk membasmi tikus. Bahkan, bersama PLN akan melakukan pemutusan kabel yang terhubung ke sawah.

"Kita sosialisasi tadi di Kecamatan Dukun. Kami kumpulkan petani dan kepala desa agar tak memakai setrum listrik untuk menanggulangi hama tikus," kata Sekretaris Distan, Siti Umi Saefiah, Kamis (13/2/2020).

Diungkapkan Siti Umi, pihaknya meminta petani agar memakai cara yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan burung hantu dan obat kimia (emposan).

"Dengan menggunakan sistem emposan, salah satu pengendalian tikus dengan kimia. tapi saat ini stoknya sudah menipis, karena memang hama tikus sangat merajalela," ujarnya.

Sementara di Kecamatan Dukun sendiri dalam rentang waktu dua tahun ada 10 petani yang meninggal dunia karena tersetrum listrik di lahan persawahan.

"Ya, sekitar ada 10 yang meninggal karena tersetrum. Tadi kita bersama dinas pertanian sepakat dan meminta ke kepala desa agar sosialisasi ke petani agar tak pakai setrum listrik," tambah Camat Dukun, Fattah Hadi.

Fatah membeberkan, dari pertemuan dengan petani dan kepala desa telah disepakati agar tak ada lagi setrum listrik di sawah. Ada dua solusi yakni jangka pendek dengan melakukan gropyokan (berburu tikus bersama) yang akan dilakukan serentak di seluruh desa.

"Kemudian, jangka panjang nanti kita mendorong agar petani memanfaatkan burung hantu dengan membuat Rubuha. Nanti bisa dianggarkan melalui dana desa," ucapnya.

Sementara itu, dalam forum diskusi tersebut, beberapa kepala desa yang mewakili suara petani meminta agar dinas pertanian lebih memberikan solusi yang tepat agar untuk membasmi hama tikus.

Hama tikus tersebut membuat petani kelimpungan. Berbagai cara telah dilakukan untuk membasmi seperti dengan emposan atau obat kimia lainnya. Memakai plastik dan juga seng. Namun, tikus tetap membandel. 

Petani meminta ke dinas pertanian agar bisa melakukan pendampingan ekstra. Selain itu, petani juga meminta agar ada formulasi yang tepat untuk membasmi hama tikus.

"Kita butuh solusi yang kongkrit seperti apa. Kalau ada formulasi, petani akan meniru. Jangan hanya konsepnya saja. Petani butuh solusi," ungkap Kades Mentaras Suparto.

Lain dengan Suparto, Kepala Desa Baron Nurul Yatim beranggapan kalau hama tikus membuat petani gagal panen dan tidak bisa menikmati hasil maksimal. Dia juga menanggapi banyaknya korban jiwa akibat setrum listrik. "Selain itu harus ada langkah serius, memang tikusnya mati tapi ini sudah korban nyawa. Harus ada regulasi, misalnya lewat perda atau tindakan tegas dari pihak berwajib," tambah Yatim, yang juga ketua AKD Gresik ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Gresik

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES