Pendidikan

Ecobrick, Solusi Mahasiswa KKN UNS Atasi Sampah di Desa Bajulmati Banyuwangi

Kamis, 13 Februari 2020 - 13:27 | 216.54k
KKN mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) di desa Bajulmati dan Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
KKN mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) di desa Bajulmati dan Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Muda, berbeda dan berkarya. Itulah ungkapan yang cocok untuk untuk 20 mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang sedang melakukan pengabdian Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Dengan ecobrick, mereka menyajikan solusi yang solutif atas persoalan sampah di Desa Bajulmati dan Desa Bimorejo.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelumnya, kedua desa ini terindikasi mengalami permasalahan lingkungan berkaitan dengan manajemen pengelolaan sampah. Tumpukan sampah, banyak ditemui disekitar rumah-rumah warga setempat.

Ini karena, hunian warga berdekatan dengan pasar lokal sekitar sehingga terjadi penumpukan limbah pasar bercampur limbah rumah tangga secara terus-menerus. Dari sinilah pokok permasalahan muncul, yakni tidak adanya sentral tempat pembuangan akhir.

Masih terkait sampah, hal serupa juga didapati di Desa Bimorejo. Memiliki geografis diujung muara sungai dan pantai. Menjadikan desa ini sebagai pelabuhan akhir dari sampah yang hanyut melalui aliran air. Baik terbawa ombak laut, maupun dari aliran sungai pada muara.

UNS-2.jpg

Setelah menumpuk, masyarakat sekitar di dua desa tersebut biasanya hanya sebatas membakar sampah. Masalah lain pun muncul. Selain ancaman penyakit dari tumpukan sampah, asap pembakaran sampah menjadi ancaman baru bagi kesehatan seluruh penduduk.

Asap pembakaran sampah, justru semakin berbahaya apabila terhirup manusia. Membakar sampah dapat melepaskan bahan-bahan berbahaya, seperti karbonmonoksida, formaldehida, arsenik, dioksin dan furan. Belum termasuk resiko lain ketika partikel pembakaran sampah mengkontaminasi makanan.

Setelah dibakar, sampah akan menyisakan residu berupa bahan kimia berbahaya, yang bisa saja terserap tanaman sayuran atau buah yang tumbuh di sekitarnya. Manusia bisa ikut terpapar jika mengonsumsi sayuran dan buah tersebut.

UNS-3.jpg

"Setelah melakukan penelitian dan analisa dampak kebiasaan masyarakat sekitar, baru kita rumuskan solusi apa yang sesuai," kata ketua KKN UNS Surakarta, Rizaldi Yazid Purnama Putra, Kamis (13/2/2020).

Kampanye gerakan solusi cerdas pengelolaan sampah ini, mereka gelar selama 45 hari. Dimulai sejak tanggal 4 Februari 2020 lalu. Selama itu, mereka terus melakukan sosialisasi terkait bahaya dan solusi mengatasi persoalan sampah.

Bersinergi dengan pemerintah desa setempat, tak hanya menyajikan solusi yang solutif, mereka juga menawarkan solusi pemanfaatan sampah yang bisa berdampak ekonomis. Yakni dengan pemanfaatan ecobrick.

Dengan memasukkan plastik-plastik kedalam sebuah botol plastik hingga menemukan sebuah kepadatan. Dalam jumlah yang banyak, botol padat tersebut nantinya bisa digunakan sebagai bata bangunan sederhana. Maupun dapat disusun menjadi meja atupun kursi.

UNS-4.jpg

Botol bekas juga dapat digunakan sebagai peralatan dirumah tangga. Sebagai pengganti pot bunga ataupun barang-barang lainnya.

"Kita lakukan workshop dan sosialisasi ecobrick. Memanfaatkan plastik untuk menjadi bermanfaat," katanya.

Bahkan, dari tumpukan sampah yang sudah dikelola ini, apabila sudah dikemas dengan tampilan menarik, dapat memiliki nilai jual yang ekonomis.

Selain itu, mereka juga menawarkan solusi sampah organik yang menjadi sumber penyakit utama ketika sudah membusuk. Lalat yang banyak menghinggapi, menjadi sumber penularan penyakit paling sering mengancam.

"Untuk organik kita ajak masyarakat memanfaatkan biopori," katanya.

UNS-6.jpg

Yakni dengan membuat lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air. Dengan tujuan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.

Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. 

Biopori memiliki segudang manfaat secara ekologi dan lingkungan, yaitu memperluas bidang penyerapan air, sebagai penanganan limbah organik, dan meningkatkan kesehatan tanah. Ketika biopori digunakan disekitar rumah masing-masing, maka dapat menjadikan solusi sederhana terkait persoalan sampah organik rumah tangga.

UNS-5.jpg

"Biopori juga dapat mengubah sampah organik menjadi kompos. Pengomposan sampah organik mengurangi aktivitas pembakaran sampah yang dapat meningkatkan kandungan gas rumah kaca di atmosfer," katanya.

Setelah proses pengomposan selesai, kompos ini dapat diambil dari biopori untuk diaplikasikan ke tanaman. Kemudian biopori dapat diisi dengan sampah organik lainnya.

Setelah kepulangan kegiatan KKN mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) di Desa Bajulmati dan Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi ini, masyarakat sekitar diharapkan dapat secara mandiri mengatasi persoalan sampah dengan solusi ecobrick maupun biopori. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES