Peristiwa Daerah

Penghayat Kepercayaan Nilai Yogyakarta Masih Jadi City of Tolerance

Rabu, 12 Februari 2020 - 21:57 | 110.51k
Peserta Sarasehan Kebangsaan bersama perwakilan 42 paguyuban penganut kepercayaan di Hotel Burza, Yogyakarta Rabu (12/2/2020) petang. (FOTO: Dwijo Suyono/TIMES Indonesia)
Peserta Sarasehan Kebangsaan bersama perwakilan 42 paguyuban penganut kepercayaan di Hotel Burza, Yogyakarta Rabu (12/2/2020) petang. (FOTO: Dwijo Suyono/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Kalangan penganut penghayat kepercayaan di Yogyakarta merasa sampai saat ini masih merasa aman dan nyaman dalam menjalani aktivitas keseharian di Yogyakarta.

"Penghayat kepercayaan masih merasa aman dan nyaman tinggal Jogja. Di sini kami dapat melaksanakan ibadah tanpa ada tekanan maupun intimidasi dari pihak manapun," kata Ketua Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Indonesia (MLKI) DIY Bambang Purnomo usai Sarasehan Kebangsaan bersama perwakilan 42 paguyuban penganut kepercayaan di Hotel Burza, Yogyakarta Rabu (12/2/2020) petang.

Bambang mengungkapkan bagi para penganut kepercayaan, Yogya dengan jargon sebagai 'City of Tolerance' masih dapat dirasakan oleh mereka.

Dengan kondisi itu, pihaknya pun sebagai warga Yogyakarta berkomitmen turut aktif menjaga kerukunan antar umat beragama, komit terhadap perdamaian, menjaga persatuan dan kesatuan. Khususnya menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang heterogen.

“Jadi secara tegas kami pun menolak segala bentuk kekerasan fisik ataupun non fisik yang mengatasanamakan agama. Aspek ini sangat berbahaya dan bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat," katanya.

Bambang mengatakan pihaknya juga menentang keras segala tindakan ujaran kebencian (hate speech) dan sikap saling hujat antar anak bangsa yang masih kerap mewarnai media sosisl belakangan ini.

"Upaya yang kami lakukan menjaga perdamaian itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai sopan santun, tata karma, saling respect, persuasif dan memprioritaskan dialogis ataupun musyawarah mufakat untuk memecahkan suatu masalah,” ujarnya.

Bambang mengatakan, pihaknya menghimbau kepada seluruh paguyuban yang bernaung di MLKI untuk terus menjaga kesolidan dan kekompakan agar tidak mudah terprovokasi.

“Terlebih sebentar lagi di Sleman, Bantul dan Gunungkidul akan dilaksanakan Pilbup 2020. MLKI harus berperan aktif dan bersinergi dengan aparat terkait untuk ikut menjaga kondusifitas kamtibmas,” ungkap Bambang.

Anggota Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) DIY Harjo Sudarjono mengatakan secara umum penganut kepercayaan lancar dalam melaksanakan ritual maupun peribadatan masing-masing di setiap sanggar paguyubannya.

"Sehingga MLKI DIY saat ini bisa memiliki kurang lebih 10.000 anggota yang tergabung dalam 42 paguyuban. Hak-hak dalam beribadah dilindungi pemerintah daerah, sama halnya yang diberikan kepada umat enam agama lain yang ada di tanah air," kata Harjo.

Direktorat Pembinaan Masyarakat (Ditbinmas) Polda DIY Kompol Cahyo Wicaksono mengaku prihatin, akhir-akhir ini banyak gesekan yang timbul di tengah masyarakat akibat sikap egosentris dan kurang menghargai perbedaan.

Pihaknya menegaskan keamanan dan ketertiban serta iklim kondusif merupakan tanggungjawab bersama. Seluruh elemen masyarakat harus memiliki kesadaran untuk menciptakannya, minimal di wilayah tempat tinggalnya masing-masing. 

“Pemahaman akan pentingnya menghargai suatu perbedaan harus dipupuk secara berkala” ujar Cahyo.

Kepala Kesbangpol DIY, Agung Supriyono berharap wadah MLKI bisa eksis dan menjadi wajah dari seluruh penghayat kepercayaan di Yogyakarta sehingga apa yang menjadi persoalan-persoalan penghayat di Yogyakarta ini, bisa difasilitasi di MLKI.

"Wadah MLKI ini juga  menginventarisasi jumlah penghayat kepercayaan di Yogyakarta ini ada berapa sih sebenarnya," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES