Peristiwa Daerah

Peringati Hari Kanker se-Dunia, Dinas Kesehatan Sleman Gelar Seminar

Rabu, 05 Februari 2020 - 14:44 | 28.03k
Kepala Dinas Kesehatan Sleman dr Joko Hastaryo MKes dalam acara seminar Hari Kanker se-Dunia 2020. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Kepala Dinas Kesehatan Sleman dr Joko Hastaryo MKes dalam acara seminar Hari Kanker se-Dunia 2020. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Saat ini angka pravelansi penyakit tidak menular menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Diantaranya adalah kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes militus serta hipertensi. Untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan deteksi kanker, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menggelar seminar bertema Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Nasofaring dan Kanker Anak, Selasa ( 4/2/2020).

Seminar yang diselenggarakan di RM Pringsewu Jalan Magelang, Sleman, Yogyakarta diikuti sebanyak 125 peserta. Mereka terdiri dari unsur SKPD kabupaten Sleman, PKK, Polsek wilayah Polres Sleman serta Kodim Sleman.

Ketua penyelenggara sekaligus Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dr Novita Krisnaeni MPH mengatakan, kegiatan ini sekaligus untuk memperingati Hari Kanker Se-Dunia tahun 2020 yang diperingati setiap 2 Februari.

“Kegiatan ini mengulas perihal kanker nasofaring serta kanker darah yang kasusnya cukup meningkat dibanging kanker yang lainnya,” kata Novita.

Novita menerangkan, kanker merupakan salahsatu penyakit yang tidak menular yang kita ketahui. Menurutnya, sebetulnya kanker bisa di cegah.

“Nah, dengan seminar ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan menginformasi kepada masyarakat lain bagaimana mencegah atau bisa segera mendapatkan pengobatan,” ungkap Novita.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman dr Joko Hastaryo MKes mengatakan setiap tahun pihaknya selalu menggelar sosialisasi menyangkut penyakit menular. Salah satu yang menyita perhatian adalah virus Corona. Juga sibuk memantau dan menangani penyakit yang merajalela di musim leptospirosis, Demam Berdarah  dan Liptopirosis.

“Disamping itu, kami ikut menangani persoalan penyakit yang tidak mengenal musim. Maupun potensi penyakit hewan ternak yang disebut antrak. Sebab, Kabupaten Sleman harus tetap mewaspadai. Mengingat jadi jalur transportasi ternak antar wilayah. Perlu diketahui juga saat ini makin banyak penderita penyakit kronis yang tidak menular. Misalnya, kanker, stroke, gagal ginjal, diabetes millitus, hipertensi dan lain sebagainya,” papar Joko.

Joko mengingatkan, sebagian jenis penyakit yang diderita masyarakat dapat dicover oleh JKM (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Namun, tidak bisa dipungkiri penyakit kanker dan lain sebagainya yang notabene merupakan penyakit tidak menular inilah yang paling banyak banyak menyedot anggaran.

Sedangkan penyakit-penyakit yang menular seperti DB, asal sudah diketahui dapat segera tertangani dan selesai dalam waktu kisaran tiga sampai hhari sudah sembuh. Tentu, penyakit semacam ini biaya yang dibutuhkan standar berkisar Rp 5 jutaan termasuk penyakit Leptopiroses (kencing tikus).

“Asal sudah diketahui, penyakit menular ini mudah  di obati. Bahkan di tangani Puskrsmas juga bisa sembuh dengan tarif yang juga relatif murah berkisar Rp 2 jutaan,” terangnya.

Joko mengakui, penyakit yang paling banyak menelan biaya pengobatan sehingga BPJS defisit biaya adalah kanker, jantung, ginjal, dan stroke. Nah, sebelum ada BPJS, biaya kesehatan  masyarakat untuk para Aparatur Sipil Negara (ASN) di cover Askes. TNI-Polri ada ASABRI.

Masyarakat tidak mampu ada Jamkesmas, ada juga Jamsostek dll. Sedangkan bagi para pendertia penyakit berat banyak yang berobat secara mandiri. Kanker misalnya.

Penderita penyakit ini biasanya pada menyerah sebelum masuk Rumah Sakit. Sekarang setelah ada BPJS mereka akan terujuk ke RS. Begitupula bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

“Kanker pada era JKM dulu karena  tidak punya biaya. Masih banyak yang tidak  tahu jika dirinya menderita kanker. Sekarang begitu tahu langsung di rujuk dan ditangani. Baik itu kanker nasofaring  atau leukimia (kanker darah),” jelas dr Joko Hastaryo.

Ia berharap, peserta yang mengikuti seminar dapat menanamkan pola pikir hidup sehat kepada masyarakat lainnya. “Berbuat sesuatu yang sifatnya pencegahan dini dan sangat bermanfaat bagi generasai yang akan datang. Serta mengenali gejala atau mendeteksi penyakit kanker nasofaring atau kanker darah,” terang Joko kepada para peserta seminar dalam rangka memperingati Hari Kanker se-Dunia 2020. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES