Kopi TIMES

Islam Nusantara Sebagai Tiang Utama Umat Islam dalam Menancapkan Nasionalisme di dalam Sanubari dan Karakter Mahasiswa Unisma Malang

Kamis, 23 Januari 2020 - 14:39 | 114.63k
Aldi Reza Rizkiofa, Mahasiswa Prodi Administrasi Bisnis
Aldi Reza Rizkiofa, Mahasiswa Prodi Administrasi Bisnis

TIMESINDONESIA, MALANG – Indonesia adalah Negara yang kita semua paham akan kekayaan nya. Baik itu dari unsur budaya bahasa,suku,ras, dan agama. Kalau bicara tentang agama, di Indonesia secara umum yang di ajarkan di sekolah sekolah kampus dan lain lain ada 6, yaitu : Islam, Kristen, khatolik, hindu,budha, dan konghuchu. Kali ini saya akan membahas sedikit tentang  agama Islam yang saya pahami. Agama Islam adalah agama yang mempunyai prinsip rahmatallil alamin : ramat untuk alam semesta dan seisinya. Agama Islam di turunkan kepada Nabi Muhamad SAW, yaitu di Negara arab Saudi. Agama Islam sendiri sangat cepat penyebarannya di timur tengah. Dan masuk ke Indonesia pada abad ke 13 masehi atau 7 hijriah yang di bawa masuk oleh para pedagang dari suriah, dan masih banyak lagi perbedaan sejarah tentang masuknya agama Islam ke nusantara tentang berapa tepatnya Islam sendiri masuk ke Indonesia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sebelum agama Islam menjadi agama mayoritas masyarakat Indonesia agam hindu budha dan kepercayaan terhadap roh leluhhur lah yang menjadi kepercayaan yang banyak di anut dan di yakiini oleh mayoritas masyarakat Indonesia kala itu. Ketika dakwah di daerah timur tengah terkadang tak luput dengan ayunan pedang atau peperangan antar kelompok. Namun berbeda dengan teknik berdakwah ketika menyebarkan dakwah Islam di Nusantara. Mereka para ulama yang menyebarkan ajaran Islam di Nusantara mengunakan teknik merangkul perbedaan dan memperkuat persamaan. Contoh kasus ketika sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) dari Usbekistan mendapat tugas untuk menyebarkan dan berdakwah Islam di tanah jawa beliau sampai di tanah jawa tidak langsung membuat tabliq atau pengajian-pengajian seperti saat ini tetapi beliau melihat masyarakat majapahit yang sedang kesusahan akibat perang saudara mereka mengalami krisis panggan krisis sosial dan krisis militer. Melihat situasi yang seperti itu Sunan Gresik mengambil sikap untuk membantu masyarakat majapahit untuk menyelesaikan krisis kesusahan mendapatkan sumber pangan dengan cara mengajarkan cara bercocok tanam dengan sistem irigasi mengunakan air sungai Bengawan Solo.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Seiring waktu berjalan masyarakat majapahit yang semula menganut agama hindu dan kepercayaan roh nenek moyang perlahan lahan banyak yang beralih ke agama Islam berkat teknik dakwah dari Maulana malik ibrahin atau sunan gresik. Atau contoh dari sunan Bonang, Tuban Jawa timur beliau mengunakan media musik tradisional untuk media dakwah nya atau kita menyebutnya saat ini dengan sebutan music gamelan, beliau mengadakan acara musik gamelan di tanah yang luas (alun-alun) dan lirik lirik dam bahasa arab sama Sunan Bonang diubah menjadi lirik lirik jawa yang dapat menyentuh hati hati para masyarakat tanah jawa agar mereka dapat ikut memeluk ajara agam Islam. Atau pula tenik dawah dari kanjeng sunan kalijogo yang mengunakan media dakwah pertunjukan wayang beber. Sebelum sunan kalijaga mengunakan wayang sebagai media dakwahnya. Wayang adalah sebuah pertunjukan hanya untuk  kalangan kerajaan saja. Situasi tersebut yang dilihat sunan kalijaga sesuatu yang dapat di pakai untuk menyebarkan agama Islam yang efektif dan damai tampa peperangan. Dengan 3 contoh media dawah dari orang yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa mudah mudahan membuka wawasan kita untuk lebih mencintai kebangsaan atau kita sebunya NASIONALISME mereka berdakwah dengan cita kasih merangkul perbedaan dan tidak lupa mengunakan budaya bangsa dalam media dakwahnya. Islam memang turun di Negara timur tengah yang hamper 100% warganya menganut ajaran Islam yang harus  digaris bawahi adalah kita adalah warga Negara Indonesia yang beragama Islam. Kita memiliki budaya yang sangat kaya dan beraneka ragam yang tidak di miliki orang timur tengah, jangan sampai karena budaya Indonesia tidak ada di Negara timur tengah lantas kita mau melupakan dan tidak memakai budaya nusantara dengan alasan karena budaya tersebut tidak ada di timur tengah, asal asal budaya tersebut tidak samapai membawa kita kedalam kesesatan dan keburukan maka tidak ada salah nya jika kita umat Islam di Indonesia memakai budaya bangsa dan tidak melupakannya. Seperti halnya yang di contohkan di atas tentang apa saja media dakwah dari wali songgo. Ada pula budaya yang mencampurkan budaya timur tengah dan budaya Indonesia agar masyarakat Indonesia lebih nyaman beragama sesuai jati diri mereka. Contonya adalah budaya tahlilan orang yang sudah meninggal atau ziarah kubur bahkan peringatan maulid nabi dan lain lain.  budaya budaya tersebut kalau kita mencari di Negara Timur Tengah kita tidak bakalan menemukan budaya tersebut. Karena budaya budaya yang di contohkan di atas adalah murni budaya bangsa Indonesia yang di kulturasikan dengan agama Islam. Namun ketika ada budaya timur tengah yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa jangan serta merta di ikuti dan diamalkan di Indonesia. Contoh budaya-budaya tersebut: radikalisme. Radikalisme adalah tingkah laku kekerasan yang mengatasnamakan dakwah ajaran agama. Atau budaya perang, sudah menjadi rahasia umum apabila beberapa kurun waktu akhir akhir ini Negara timur tengah di cap sebagai Negara konflik baik itu konflik tentang politik, perbedaan cara beribadah yang di akhiri dengan perang saudara. Atau budaya yang menghakimi sesama umat beragama dengan cara verbal, bahasa umumnya mengkafir kafirkan sesama atau yang berbeda keyakinan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Budaya-budaya yang seperti itulah yang bakal merusak NASIONALISME bangsa Indonesia secara perlahan ataupun secara cepat. Lebih baik apabila budaya tersebut di hindari supaya kita tidak kehilangan rasa NASIONALISME dan tidak mudah terpecah belah. Maka dari itu ISLAM NUSANTARA tepat untuk di gunakan sebagai tiang utama menjaga NASIONALISME dan menjaga persatuan antar umat beragama dan antara masyarakat bernegara yang luhur budi pekertinya.(*)

*) Penulis: Aldi Reza Rizkiofa, Mahasiswa Prodi Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Islam Malang (Unisma)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES