Pendidikan

Peneliti Reptil Asal AS Gelar Observasi Herpetofauna di Universitas Jember

Jumat, 10 Januari 2020 - 20:56 | 75.35k
Deirdre Conroy (tengah), Agung Kurnianto (kanan), dan mahasiswa saat melakukan observasi herpetofauna di Kampus Tegalboto, beberapa waktu lalu. (Foto: Humas Unej for TIMES Indonesia)
Deirdre Conroy (tengah), Agung Kurnianto (kanan), dan mahasiswa saat melakukan observasi herpetofauna di Kampus Tegalboto, beberapa waktu lalu. (Foto: Humas Unej for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Seorang peneliti hewan amfibi asal Amerika Serikat (AS), Deirdre Conroy melakukan Observasi Herpetofauna di Kawasan Universitas Jember (Unej). Observasi yang dilakukan peneliti jebolan College of Natural Resources and Enviroment Virginia Polytechnic Institute and State University (Virginia Tech) itu didampingi Agung Kurnianto, peneliti dari Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unej serta sejumlah mahasiswa.

Dalam observasinya yang dilakukan 28 Desember 2019 tersebut, Agung dan Conroy bersama tim menemukan fakta menarik. Di antaranya, mereka menemukan satu jenis amfibi dan dua reptil yang seharusnya memilkiki habitat di hutan namun justru ditemukan di wilayah kampus Unej.

Observasi-Herpetofauna-2.jpg

“Herpetofauna adalah observasi terhadap hewan amfibi dan reptil yang biasanya dilakukan malam hari, saat hewan amfibi dan reptil aktif. Dan temuan kami cukup menggembirakan, kami menemukan jenis katak kecil, kadal serasah, dan ular hijau viper yang berbisa yang biasanya ditemukan di hutan,” jelas Agung saat ditemui di Kampus Tegalboto (10/1/2020).

Agung mengatakan, penemuan katak kecil (Occidozyga sumatrana) di wilayah Kampus Tegalboto ini patut disambut gembira. Pasalnya keberadaan katak berukuran maksimal 1 sentimeter ini menandakan bahwa kondisi alam Kampus Tegalboto, khususnya kondisi airnya tergolong baik.

“Hewan amfibi seperti katak hidupnya sangat tergantung pada air, mengingat sebagian besar daur hidup dan proses reproduksinya ada di air. Jadi penemuan katak kecil ini membuktikan bahwa kualitas air di wilayah Kampus Tegalboto tergolong baik. Sebab jika kondisi air di suatu wilayah tercemar, maka yang pertama kali terkena dampaknya adalah hewan amfibi. Apalagi untuk katak kecil yang kulitnya sangat sensitif teradap perubahan kualitas air,” terangnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa keberadaan hewan amfibi dan reptil di Kampus Tegalboto yang beraneka ragam menunjukkan keberhasilan Unej menjaga kelestarian wilayahnya.

”Umumnya hewan amfibi dan reptil mendiami satu daerah tertentu saja selama hidupnya, berbeda dengan hewan lain yang mampu berimigrasi. Jadi, jika di dalam satu wilayah hewan amfibi dan reptilnya berkembang biak dengan baik, maka ini artinya kelestarian wilayah tersebut terjaga dengan baik dari waktu ke waktu. Sebab jika sebuah daerah kondisi alamnya rusak maka amfibi dan reptil yang paling rentan punah mengingat mereka tidak bisa pindah ke daerah lain, berbeda dengan burung yang bisa berimigrasi. Salah satu contohnya penemuan kadal serasah tadi yang jarang ditemukan di daerah lain,” kata Agung yang juga aktif meneliti burung tersebut.

Selain penemuan katak kecil dan kadal serasah, temuan istimewa lainnya adalah ular hijau viper sepanjang kurang lebih 70 sentimeter dengan diameter sekitar 7 sentimeter. Cukup besar untuk ukuran ular jenisnya.

Observasi-Herpetofauna-3.jpg

Ada pula temuan ular kobra jawa, weling hingga sanca batik. “Adanya beragam jenis ular ini karena makanannya berlimpah sehingga ular tersebut bisa tumbuh dengan maksimal, kami menemukan cukup banyak katak, kadal dan beberapa jenis cecak yang menjadi pakan ular. Jadi tak perlu khawatir ular ini bakal masuk ke ruangan untuk cari makanan, tapi tentu harus tetap wapada jika bertemu dengan jenis ular berbisa seperti ular hijau viper mengingat bisanya menyerang jaringan saraf manusia,” kata Agung serius.

Kekayaan flora dan fauna di Kampus Tegalboto membuka kesempatan yang luas untuk melakukan riset lanjutan.

Pihaknya sudah mengagendakan observasi untuk kupu-kupu di Kampus Tegalboto dalam waktu dekat. Untuk diketahui kupu-kupu memiliki peran dalam perkembangan tanaman dengan cara membantu penyerbukan tanaman.

“Termasuk meneruskan kegiatan observasi burung atau birdwatching yang sudah kami lakukan. Pasalnya pada kegiatan birdwatching lanjutan kami menemukan satu jenis burung yang selama ini masuk dalam kategori dilindungi karena hampir punah justru ada di wilayah Kampus Tegalboto. Untuk itu kami terus melakukan birdwatching agar hasil observasinya benar-benar akurat,” imbuhnya.

Sementara itu, saat dimintai pendapatnya Conroy berharap kondisi alam di Kampus Tegalboto patut disyukuri dengan cara dijaga agar tetap lestari.

“Saya suka dengan kondisi kampus Universitas Jember yang hijau dengan ditumbuhi banyak pohon, apalagi saat melakukan Observasi Herpetofauna saya menemukan hewan amfibi dan reptil yang menjadi minat saya. Keberadaan Kampus Tegalboto ini penting di saat pelestarian lingkungan seringkali harus berhadapan dengan masalah pemenuhan kebutuhan manusia. Maka habitat, flora dan fauna yang ada harus kita lindungi,” ujar Conroy yang pernah melakukan penelitian khusus pada salamander. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Jember

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES