Indonesia Positif

Mars Kota Batu, Pariwisata yang Mendunia

Kamis, 12 Desember 2019 - 17:19 | 309.36k
Ahmad Fanani
Ahmad Fanani

TIMESINDONESIA, BATU – Berawal dari diadakannya Lomba Cipta Mars Kota Batu pada tahun 2014, Ahmad Fanani, yang sudah beberapa kali menciptakan mars untuk sekolah- sekolah, memberanikan diri untuk mendaftarkan karyanya.

"Pada saat itu, Istriku sedang hamil anak pertama, kalau menang berarti rejeki anakku," ungkapnya.

Menurutnya, untuk memenangkan lomba itu selain harus punya skill, tapi juga karena keberuntungan. Gaung bersambut, karyanya memperoleh juara I. Mulai saat itu, Mars Kota Batu ciptaannya menjadi sebuah lagu wajib yang dinyanyikan saat upacara ataupun acara resmi lainnya di kantor Dinas, Desa, Kelurahan, dan Sekolah- Sekolah di seluruh Kota Batu, bahkan berulang diputar di Alun- Alun Kota Batu setiap harinya.

Banyak yang menyangka nama aslinya adalah Fanani Ahmad, seperti yang tertera di video musik Mars Kota Batu di channel youtube Humas Pemerintah Kota Batu. Beberapa siswa di sekolah- sekolah kota Batu banyak yang kebingungan tentang mana nama yang benar, padahal Fanani Ahmad digunakannya untuk nama alias pada portal media sosialnya saja.

Di dalam setiap lirik Mars Kota Batu yang diciptakannya mempunyai esensi semangat, motivasi, dan harapan pada Kota Batu yang semoga bisa menjadi kenyataan.

"Pendidikan yang berdaya saing, pariwisata yang mendunia" yang dimaksudkan adalah Sumber Daya Manusia warga kota Batu. Ilmu pengetahuan yang bisa didapatkan baik dari sekolah formal maupun di luar itu, seperti pengalaman- pengalaman dalam bertani, berkebun, dan lain sebagainya yang bisa diaplikasikan dalam pariwisata yang mendunia.

Mindset yang harus dibangun pada masyarakat adalah kesadaran bahwa mereka bisa membangun tanah- tanah mereka sendiri, selain untuk kebutuhan sehari- hari juga untuk pariwisata. Pengelolaan tanah ataupun daerah- daerah di kota Batu untuk pariwisata yang dikelola sendiri oleh masyarakatnya.

“Jadi, jika ada tamu yang datang, maka keunggulan pariwisatanya ya peternakan, pertanian, dan perkebunan penduduk seperti di Swiss, karena Kota Batu adalah The little Switzerland," ujarnya.

'Lihatlah lihat ufuk di timur itu' adalah semangat untuk menyongsong hidup baru, karena hidup selalu bergerak, jadi manusianya harus bersiap dengan adanya lompatan- lompatan (pembagunan ataupun kemajuan) dalam kehidupan.

'Bergandeng tangan bersatu bersama maju' tidak hanya membangun kotanya tapi juga membangun jiwa masyarakatnya, untuk maju bersama.

'Dengan niat suci bertekad sekeras baja, menuju masyarakat sejahtera' bahwa niat untuk membangun kota Batu harus murni suci demi warganya bukan untuk kepentingan- kepentingan yang lain.

'Siap bersiap segera, sumbang semua peran dan dayamu' menyumbang tidak harus melalui materi, tapi bisa dimulai dari hal terkecil, seperti misalnya membiasakan hidup bersih. Kesadaran peran, dari RT sampai Pemerintahannya.

'Jujur dan Ikhlas setia selalu, demi kejayaan Kota Batu' siapapun orangnya baik dari masyarakat kota Batu sendiri ataupun pendatang, bersama sama untuk turut serta membangun Kota Batu.

'Dengan Kreatifitas dan Inovasimu' semoga kreatifitas dan inovasi warga kota Batu bisa selalu berkembang.

"Kalau Wage Rudolf Soepratman, menciptakan lagu Indonesia Raya untuk Negara ini, saya berharap karya ini bisa menjadi wujud cinta dan sumbangsih saya pada Kota Batu," jelasnnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES