Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Problematika Perpindahan Ibukota di Indonesia

Selasa, 10 Desember 2019 - 11:54 | 80.22k
Sayyida Amalia, Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Islam Malang (Unisma)
Sayyida Amalia, Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Islam Malang (Unisma)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGBERAGAM tanggapan muncul atas rencana Pemerintah memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Sebagian mendukung rencana tersebut, namun sebagian yang lain justru mempertanyakan proyek besar negara yang diproyeksikan akan menelan biaya Rp 466 triliun itu. Salah satunya Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung. Ia menilai upaya pemindahan ibu kota tak ubahnya memindahkan masalah yang ada di Jakarta ke tempat yang baru, yakni Kalimantan. Hal itu jika Pemerintah tidak memiliki konsep baru yang baik dan matang

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Wacana pemindahan ibu kota memang sudah ada sejak era kepemimpinan Soeharto. Namun, siapa sangka bahwa sejarah telah mencatat Indonesia pernah memindahkan ibu kota setidaknya satu kali. Berkaca pada sejarah, rencana pemindahan ibu kota yang saat ini dilakukan pemerintahan Jokowi dianggap telah memenuhi 2 unsur penting yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong itu ada seperti kemacetan yang kita bisa bayangkan 40 tahun lagi gimana, kemudian banjir, tenggelamnya Jakarta Utara karena kenaikan air laut 2 cm yang terus meningkat.

Alasan mengapa ibu kota dipindahkan? Diungkap oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, keinginan pindah kota harus di luar Jawa karena pulau ini dinilai sudah terlalu lelah. "Alasan pertama, karena Jawa sudah lelah. Lebih dari separuh penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa yang luasnya lebih kecil dibandingkan Papua, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi," kata Bambang, beberapa waktu lalu. Kepadatan penduduk di Jawa, apabila terus berlanjut maka tak akan ada lagi ruang yang tersisa di pulau tersebut. Terutama, dari sisi ketersediaan air bersih dan pangan. Apalagi di Jakarta, dengan segala masalah yang hadir yakni macet, banjir, lahan, serta masalah air. Hitungan pemerintah, kerugian yang ditimbulkan akibat macet bisa mencapai Rp 100 triliun dan 50% wilayah Jakarta masuk kategori rawan banjir. Tidak hanya berdampak bagi sebuah kawasan, pembangunan ibu kota baru tentu berpengaruh bagi masyarakat, baik positif maupun negatif. Akan ada perubahan drastis di masyarakat lokal. Sekilas masyarakat menyatakan senang dan siap menjadi warga ibu kota, tetapi di balik itu.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Di depan MPR, DPR hingga DPD dan disaksikan seluruh masyarakat melalui media digital dan televisi, Jokowi meminta izin kepada anggota legislatif mengenai rencana pemindahan ibu kota. Melalui pidato kenegaraannya pada 16 Agustus lalu, Jokowi menyebut pasti bahwa ibu kota pindah ke Kalimantan. "Untuk itu, rencana pemindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan diletakkan dalam konteks ini, sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi baru, sekaligus memacu pemerataan dan keadilan ekonomi di luar Jawa.

Informasi soal lokasi ibu kota baru di Kalimantan memang masih belum pasti sampai saat ini. Presiden Jokowi belum mengumumkan lokasinya, karena masih menunggu beberapa kajian yang belum tuntas. Bukti Soeharto, Bukit nyuling, dan Kawasan Segitiga Palangkaraya disebut-sebut menjadi alternatif ibu kota baru menggantikan Jakarta. Ketiga wilayah ini berada di Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Rencana pemindahan Ibu Kota telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 edisi revisi bulan Juni 2019 Proyek ini berada dalam program prioritas nasional nomor 2. "Pada tahun 2024 kita mulai proses pemindahan," ujar Bambang.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Sayyida Amalia, Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Islam Malang (Unisma)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES