Kesehatan

Kenali Gejala Pneumonia, Penyakit Pembunuh Anak Nomor Dua di Indonesia

Minggu, 08 Desember 2019 - 01:11 | 731.82k
dr. Dini Adityarini, SpA, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) & Paediatrician, Sabtu (7/12/2019).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
dr. Dini Adityarini, SpA, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) & Paediatrician, Sabtu (7/12/2019).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYAPneumonia merupakan virus pembunuh anak nomor dua di Indonesia. Penyebab terbesarnya adalah serangan bakteri Streptococcus pneumonia.

Bakteri penyebab virus pneumonia menyumbang angka terbesar sebanyak 50 persen. Sedangkan 30 persen disebabkan himofilus influenza tipe B.

97d9e5b6ce7c40531c1ce4efd1a054fe.jpg

Gejala awal pneumonia berupa batuk, pilek, panas, namun tidak membaik dengan pengobatan sederhana seperti anti inflamasi atau anti piretik.

Jika bayi mengalami panas di atas tiga hari, maka orang tua harus segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat sebelum bakteri menginvasi paru-paru.

Sebab, dokter bisa langsung mendeteksi dari pemeriksaan fisik tanpa harus melalui rontgen. 

Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pneumonia menyerang 81 persen anak di bawah usia dua tahun.

"Jadi memang pneumonia menyumbang angka kematian anak yang cukup besar di Indonesia," jelas dr. Dini Adityarini, SpA, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) & Paediatrician, Sabtu (7/12/2019).

Cara untuk mencegah pneumonia adalah dengan vaksin PCV atau vaksin pneumokokkus. Harganya memang cukup mahal. Sekali vaksin mencapai Rp 700 ribu. 

Vaksin PCV sendiri belum masuk dalam jajaran prioritas subsidi pemerintah. Namun beberapa daerah di Indonesia telah menetapkan vaksin PCV sebagai pilot project. Seperti di Mataram NTB dan beberapa daerah di Jawa Timur.

"Namun untuk seluruh Indonesia belum," tandasnya.

Vaksin PCV diberikan pada bayi berusia 2 - 15 bulan. Butuh empat kali vaksin ini dalam rentang waktu tersebut sebagai upaya preventif.

Jika anak berusia di atas satu tahun, hanya perlu dua kali vaksin. Sedangkan di atas usia dua tahun, cukup satu kali vaksin saja.

"IDAI merekomendasikan pemberian vaksin PCV meskipun bayi tidak menderita pneumonia," paparnya.

Selain tambahan vaksin PCV, pencegahan virus pneumonia bisa dimulai dengan asupan ASI eksklusif. ASI memberikan dasar imunitas pada bayi terutama pada bayi prematur dan mampu mencegah kematian 800 ribu anak balita. Sehingga risiko menderita penyakit semakin kecil. Terutama bagi bayi prematur agar bisa survive.

e171b61ffb034ee239b7d2b23713fdb0.jpg

PCV bukan vaksin dasar yang disubsidi oleh pemerintah. Sejauh ini, IDAI berupaya mendorong pemerintah untuk memberikan vaksin tersebut secara cuma - cuma. Kampanye bahaya pneumonia terus digencarkan. Karena harga vaksin ini tergolong mahal untuk masyarakat kelas bawah.

Sebagai tambahan, bahkan negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina menggratiskan vaksin ini. "Kami harap pemerintah bisa mensubsidi PCV," tambah dr Dini.

Perencanaan Imunisasi

Bagi keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, sangat mungkin memberikan vaksin PCV. Namun sayangnya, banyak ibu rumah tangga yang kurang peduli pada vaksinasi atau imunisasi. 

Sedangkan manfaat imunisasi sangat penting. Terutama merangsang anti bodi untuk membunuh kuman yang masuk.

Untuk imunisasi yang tidak disubsidi oleh pemerintah, ibu harus melakukan perencanaan keuangan yang cukup matang agar bisa menyelesaikan imunisasi.

"Karena imunisasi itu minimal tiga hingga empat kali. Jadi perlu peningkatan pengetahuan supaya ibu bisa mengatur keuangan agar bayinya bisa mendapatkan imunisasi," sambungnya.

Strategi tersebut bisa dicapai jika ibu melakukan breast feeding yang bagus atau ASI eksklusif.

Dengan ASI eksklusif, bayi akan mendapatkan benefit dari ASI tanpa memerlukan pengeluaran yang cukup besar.

Otomatis dana untuk membeli kebutuhan gizi maupun susu formula bisa dialokasikan untuk vaksin. "Kita tahu harga pengganti ASI sangat tinggi, sehingga jika ingin bayinya mendapatkan vaksinasi yang bagus dan lengkap, maka dengan melakukan ASI eksklusif sudah memotong biaya yang cukup besar," jelas dr Dini usai mengisi materi talkshow tentang imunisasi dan pneumonia bertajuk Imunisasi Sebuah Investasi & Gaya Hidup Kekinian, persembahan Jurnalis Sahabat Anak dan PT Pfizer Indonesia di Bonami, Surabaya.

Dalam kesempatan tersebut, Bambang Chriswanto, Public Affairs Director PT  Pfizer Indonesia menjelaskan, jika perencanaan keuangan Pfizer memperhatikan micro financing untuk membantu pasien.

Terutama bagi para mitra potensial atau ikatan instansi dalam jumlah besar agar berperan dalam tindakan intervensi. Salah satunya, mendorong perusahaan tersebut untuk mengajak karyawan sadar imunisasi. "Kami sangat mendorong perusahaan besar masuk mengajak masyarakat untuk sadar imunisasi PCV," ungkap Bambang.

Sebab, Pneumonia merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Bukan penyakit bawaan sejak lahir. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES