Pendidikan

Doktor Mengabdi UB: Pemberdayaan Peternak Sapi Perah di Desa Krisik Blitar

Jumat, 06 Desember 2019 - 18:10 | 148.39k
Program doktor mengabdi, melakukan pemberdayaan masyarakat dengan cara pembinaan kepada kelompok ternak sapi perah di Desa Krisik Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. (FOTO: Istimewa)
Program doktor mengabdi, melakukan pemberdayaan masyarakat dengan cara pembinaan kepada kelompok ternak sapi perah di Desa Krisik Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, BLITAR – Desa Krisik jika dilihat dari topografi dan kontur tanah, secara umum berupa persawahan dan perbukitan yang berada pada ketinggian antara 656 - 718 meter di atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 17 - 20 derajat celsius. Sebagian besar mata pencaharian pokok masyarakat Desa Krisik adalah sebagai petani atau berkebun. Namun seiring dengan berjalannya waktu, banyak masyarakat desa setempat yang mulai menjadi peternak sapi perah.

Populasi ternak sapi perah di Desa Krisik mencapai 95%, dari beternak sapi perah ini banyak mendongkrak perekonomian masyarakat. Setiap harinya dapat dihasilkan sekitar 12.000 liter susu segar. Sebuah potensi yang sangat besar, dari susu dapat dijadikan produk makanan olahan susu yang akan menambah pendapatan bagi peternak. Selain itu, dari kotorannya dapat dijadikan sebagai biogas dan pupuk kompos. Dalam rangka untuk mensukseskan program hemat energi, Desa Krisik sangatlah memungkinkan untuk menjadi desa mandiri energi yang berasal dari biogas.

Namun masyarakat setempat mayoritas pendidikan terakhirnnya hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), menjadikan potensi besar yang terdapat di desa Krisik tidak dapat termanfaatkan secara optimal. Maka dari itu, dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), dengan ketua tim Kuswati beserta ke tiga anggotanya Tri Eko Susilorini, Trinil Susilawati dan Ahmad Fauzi melalui program doktor mengabdi, melakukan pemberdayaan masyarakat dengan cara pembinaan kepada kelompok ternak sapi perah di Desa Krisik Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.

Doktor-Mengabdi.jpg

Penyuluhan mengenai pelatihan peningkatan efisiensi reproduksi ternak, yang berlangsung  1 – 2 Agustus 2019 diikuti 45 orang peserta dari peternak sapi perah desa setempat. Efisiensi reproduksi dapat diartikan sebagai kemampuan seekor ternak sapi untuk bunting dan menghasilkan keturunan yang layak atau mutu genetic nya bagus. Program inseminasi buatan (IB) adalah salah satu teknik untuk meningkatkan efisiensi reproduksi, karena dengan di lakukannya inseminasi buatan dapat memperbaiki mutu genetic secara cepat, mencegah kemajiran (mandul) pada ternak, dan mencegah penularan penyakit reproduksi pada ternak.

Pelatihan selanjutnya, pembuatan silase dan konsentrat, pada 22 – 23 Agustus 2019 dengan diikuti 45 orang peserta peternak sapi perah. Silase yang di buat berasal dari limbah hijauan dari pertanian seperti tebon jagung, tebon padi, rumput gajah serta dari limbah perkebunan desa setempat. Pembuatan silase ini bertujuan agar hijauan tetap dalam keadaan segar seperti pasca panen, karena silase dapat mempertahankan kesegaran dari hijauan serta dapat meningkatkan palatabilitas ternak. 

Tim dosen menghibahkan 1 buah mesin copper hijau dengan harapan dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan baik. Limbah dari perkebunan banyak yang dapat dijadikan sebagai konsentrat karena kaya akan kandungan protein seperti bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, jagung, ongok dan berbagai produk lainnya.

Doktor-Mengabdi-3.jpg

Kuswati selaku ketua tim mengungkapkan bahwa pembuatan silase dan konsentrat dapat meningkatkan aspek komersil untuk peternak.

”Dengan diadakannya pelatihan mengenai pembuatan silase dan konsentrat, limbah dari perkebunan dan pertanian dapat termanfaatkan dengan baik serta dapat dibangun pabrik pakan sendiri di Desa Krisik, sehingga dapat dikomersilkan dan bisa menambah income bagi peternak,” katanya.

Pelatihan yang terakhir yakni pelatihan upaya peningkatan kesehatan induk untuk mengurangi kematian pedet. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2019 dengan diikuti kurang lebih 45 orang peserta peternak sapi perah desa setempat. Pedet atau anak sapi yang baru lahir sangat membutuhkan perawatan yang intensif karena masih rentan terhadap penyakit. Selain itu juga dapat dilakukan pengandangan pedet dengan induknya minimal 40 hari setelah sapi induk beranak. 

Pemberian Pakan yang berkualitas atau pakan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi wajib tersedia pada kandang baik hijauan, leguminosa dan pakan tambahan, air minum harus disediakan secara ad libitum, meningkatkan kualitas hijauan pada padang penggembalaan menggunakan varietas unggul, serta induk dan pedet dipelihara pada paddock yang berbeda.

Kepala Desa Krisik mengatakan potensi pada sektor peternakan sapi perah cukup besar sehingga ada keinginan untuk membuat desa wisata susu.

”Dengan banyaknya potensi pada sektor peternak sapi perah yang cukup besar, saya memiliki rencana program untuk menjadikan Desa Krisik sebagai desa wisata susu dimasa mendatang,” paparnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES