Peristiwa Daerah

Dina Oktavi yang Ditinggal Suami karena Lahirkan Anak Cacat Mendapat Bantuan Rusun

Selasa, 03 Desember 2019 - 19:24 | 395.55k
Dina Oktavi dengan penuh kasih sayang menggendong dan mencium buah hatinya yang menderita Facial Cleft Tessier Hydrocephalus Myelomeningocele, Selasa (3/12/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Dina Oktavi dengan penuh kasih sayang menggendong dan mencium buah hatinya yang menderita Facial Cleft Tessier Hydrocephalus Myelomeningocele, Selasa (3/12/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Viral pemberitaan Dina Oktavi, ibu muda yang ditinggal oleh suami karena melahirkan putra dengan kondisi cacat wajah dan Hydrocephalus, mengundang simpati banyak pihak. Pemerintah Provinsi Jawa Timur bergerak cepat. Dina Oktavi (21) mendapat bantuan tempat tinggal layak di Rumah Susun atau Rusun Gunungsari, Surabaya.

Dina tiba di Rusunawa Gunungsari bersama pihak Pemkot Surabaya, Pemprov Jatim, Komunitas Tolong Menolong, Camat Gubeng, dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim. Dina mengaku sangat terbantu karena selama ini hanya berjuang dengan ibunya.  

"Karena saya nggak kerja dan harus fokus pengobatan anak saya. Respon dari Pemprov Jatim cepat, saya terharu bisa secepat ini," kata Dina, saat ditemui TIMES Indonesia, Selasa (3/12/2019).

Ke depan, Dina ingin fokus pada pengobatan anaknya serta menata hidup. Tidak ada lagi kekhawatiran dikejar setoran sewa rumah per bulan seperti sebelumnya.  Beban itu makin ringan. Biaya bulanan listrik dan air dibebaskan. Tidak ada biaya yang dibebankan.

Daniel Lukas Rorong, Ketua Komunitas Tolong Menolong, mengatakan, ia telah  mendampingi Dina sejak bayi Pandu lahir, terutama untuk mendapatkan rusun ini. Termasuk membantu menyelesaikan beberapa tanggungan lain.

"Agar Bu Dina bisa fokus merawat putranya tidak ada beban dan kami bisa mendampingi sisi kemandiriannya," ujar Daniel.

Sebelumnya, Dina tinggal di sebuah rumah petak kawasan kumuh Jojoran bersama ibunya. Rumah sempit itu tidak memadai untuk tinggal bersama buah hatinya.

Sedangkan sang suami, Muhammad Abdul Aziz (23), meninggalkan dirinya saat mengetahui kondisi bayi mereka mengalami “cacat” sejak lahir. Bahkan mertuanya juga merasa malu dan tidak mau mengakui cucunya dengan kondisi memprihatikan.

“Sejak lahir sampai sekarang, mertua tidak pernah sekalipun menengok anak saya. Katanya, malu punya cucu seperti ini”, kata Dina.

Muhammad Pandhu Firmansyah, putra pertamanya yang  berusia lima bulan, baru saja menjalani operasi pemasangan selang untuk saluran cairan di kepalanya di Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Soetomo Surabaya. Berdasarkan rekam medik, Pandhu mengidap penyakit Facial Cleft Tessier Hydrocephalus Myelomeningocele.

Saat hamil, Dina rajin periksa kandungan di bidan setempat. Janin itu aktif bergerak. 

"Sejak enam bulan kandungan aktif karena rutin cek ke bidan usia 2 - 5 bulan. Baru usai cek USG usia kandungan enam bulan ada kelainan Hydrochepalus," kata Dina sembari sesekali mencium putranya.

Dokter hanya memberikan vitamin untuk mengoptimalkan pertumbuhan janin. Namun, selang sebulan setelahnya, ketika usia kandungan memasuki tujuh bulan, dokter kembali menyampaikan hasil cek USG jika wajah bayinya tidak berbentuk sempurna.

"Kalau wajah sempurna belum kelihatan jadi dokter cuma kasih vitamin. Tahunya ada kelainan lain waktu tujuh bulan kalau memang wajahnya tidak berbentuk sempurna," terangnya.

Dina lantas bercerita jika pernah dua kali digigit tikus di bagian kakinya saat usia kehamilan menginjak lima bulan. Bahkan sampai berdarah. Sempat diperiksakan ke dokter, hanya diberi obat oles luar saja.

"Karena kondisi hamil dokter tidak berani kasih obat hanya obat oles," katanya.

Rumah Dina masuk dalam lingkungan kumuh. Tikus bersliweran sudah menjadi pemandangan sehari - hari. Bahkan saat hujan turun banjir masuk ke rumah hingga atap bocor. Akibat gigitan tikus saat hamil, kemungkinan besar menjadi penyebab bayinya lahir dengan kondisi seperti ini.

“Kata dokter yang pernah memeriksa saya serta Pandhu, demikian,” ungkap Dina.

Karena selama hamil, Dina mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat  saat sakit atau memakan makanan seperti seafood atau ikan bakar berlebihan.

“Untuk makan sehari-hari saja susah, bagaimana bisa membeli makanan seafood atau ikan bakar,” ujar Dina.

Bahkan saat hamil, Dina pun mengaku tidak pernah ngidam dan mempunyai permintaaan aneh. “Ya, mungkin ini sudah menjadi takdir saya dan Pandhu,” kata Dina pasrah.

Bayi Pandhu lahir melalui operasi cesar. Ia aktif bergerak dan mampu menangis dengan normal. Meskipun keluarga sempat shock melihat kondisi tersebut, pada akhirnya bisa menerima dan memberi semangat agar Dina merawat putranya dengan baik.

"Keluarga memang shock tapi bagaimanapun juga menerima kondisi ini," tuturnya mengenang.

Muhammad Abdul Azis sempat menjenguk sejak bayi itu lahir sepanjang satu bulan terakhir. Namun dari pihak keluarganya tidak mau menerima kelahiran cucu.

"Ayahnya sejak ia lahir sampai satu bulan terakhir masih jenguk anaknya tapi dari keluarganya tidak mau terima kondisi itu dan tidak mau menerima," tambah Dina.

Memang, sejak Pandu lahir mereka tidak lagi tinggal satu rumah. Karena kondisi rumah tidak memungkinkan. Sedangkan untuk tinggal di rumah mertua adalah hal mustahil. 

Meskipun pada awalnya, Muhammad Abdul Azis sempat menolak kehadiran putranya. 

"Awalnya kayak denial belum bisa terima karena dia nggak sekuat aku kalau aku dari kecil udah biasa menerima hal yang berat," ungkap Dina. 

 

Menggugat Cerai Sang Suami

Berbagai masalah yang menimpa, membuat Dina harus cepat membuat keputusan. Tidak ada jalan lain, selain menatap masa depan lebih baik dan fokus merawat putranya. Dina pun menggugat cerai sang suami. Karena cukup lama Abdul Azis tidak menengok putranya. Namun, ia membuka kesempatan lebar bagi Muhammad Abdul Azis untuk dapat menemui anaknya setiap waktu.

"Saya tidak mungkin menghalangi seorang bapak untuk bertemu anaknya," jelasnya.

Bulan kemarin, Dina berencana mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama. Tapi tertunda.

"Saya menggugat dia. Seharusnya bulan kemarin saya urus ke PA tapi karena ada jadwal Pandhu operasi saya tunda dulu. Mungkin bulan depan," paparnya.

Pernikahan itu mungkin hanya seumur jagung. Sekitar kurang dari dua tahun. Abdul Aziz sempat mengunjungi pada Senin (2/12/2019) malam untuk meminta maaf. Tepat sehari sebelum Dina bersama ibu dan putranya pindah ke Rusunawa Gunungsari.

"Sempat menengok untuk minta maaf. Dulu, kalau nggak nikah sama aku nggak mau. Bahkan alasannya ibunya sakit pengen segera gendong cucu," tambah Dina.

Mendapat Bantuan 

Dina mendapat bantuan dari Pemkot  Surabaya sejak tiga bulan lalu untuk mengurus administratif kependudukan dan bantuan susu dari Dinas Sosial. Biaya pengobatan Pandhu ditanggung oleh BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI). Sedangkan dari Pemprov Jatim, kini Dina mendapat bantuan rusun. 

Dina adalah sosok wanita cerdas. Bicaranya santun dan runtut. Bahkan beberapa istilah akademik ia kuasai. Meskipun di tengah kondisi ekonomi yang serba terbatas, masih tersimpan asa untuk bisa meraih cita di perguruan tinggi.

"Dulu rencananya mau kuliah tapi belum ada dana. Masih ada sih cita-cita kuliah tapi fokus anak dulu. Karena dengan pendidikan katanya lebih mudah mendapatkan pekerjaan," ungkapnya berharap yang terbaik.

Dina merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan pariwisata. Ia memiliki rencana mandiri dengan berwirausaha. Membuat produk home made seperti minuman segar.

"Saya harus bisa mandiri menghasilkan uang dengan usaha di rumah," tandasnya.

Namun, sebagai ibu ia akan terus berjuang demi kesehatan putranya. Ia juga akan tetap fokus pada pengobatan Pandhu. "Planning terutama pengobatan anak bisa jalan," tutup Dina Oktavi(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES