Pendidikan

Fakultas MIPA Sumbang Dua Profesor Baru Universitas Brawijaya

Selasa, 03 Desember 2019 - 15:25 | 121.04k
Dua profesor baru Universitas Brawijaya (UB) Malang. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
Dua profesor baru Universitas Brawijaya (UB) Malang. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGFakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahan Alam) menyumbang dua profesor baru untuk Universitas Brawijaya. Mereka adalah Luchman Hakim, S.Si., M.Agr.Sc., PhD sebagai profesor Bidang llmu Manajemen Lingkungan dan Pariwisata dan Dr. Drs. Warsito, MS. sebagai Profesor Bidang Ilmu Kimia Organik. Keduanya akan dikukuhkan secara resmi Rabu (4/12/2019) besok.

Dalam penelitiannya, Luchman Hakim mengangkat judul Penguatan Aspek Lingkungan dalam Industri Wisata Alam di Indonesia yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan.

Luchman menilai, sumber daya alam memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembangunan pariwisata nasional. Sebab itu, ia menginginkan pemerintah Indonesia selayaknya mendorong pengelolaan sumber daya hayati dan ekosistem untuk mewujudkan destinasi wisata alam yang berdaya saing serta berkelanjutan.

“Apalagi kebutuhan wisata minat khusus semakin meningkat,” ungkapnya saat konferensi pers di ruang Senat UB, Selasa (3/12/2019).

Semakin berkembangnya wisata berbasis ekossitem alami, kata dia, maka menjadi potensi keuntungan yang dapat diambil dari kondisi tersebut. Beragam kegiatan wisata berbasis SDA muncul dan banyak diantaranya tumbuh sebagai special interest tourism yang mampu menggerakkan perekonomian lokal.

“Berbagai perubahan dan perbaikan dari sisi ekonomi, sosial dan pendidikan memberikan peran besar sebagai faktor pendorong orang melakukan kegiatan rekreasi ke tempat-tempat alami,” ungkapnya.

Ia mengatakan, destinasi wisata alam adalah sebuah entitas ekosistem. Orientasi pendapatan ekonomi saja tidak cukup untuk menjamin daya saing dan keberlanjutan destinasi.

Ia pun menilai pengelolaan destinasi wisata berbasis dasar keilmuan ekologi dan biologi konservasi sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan destinasi wisata.

Dua-profesor-baru-Universitas-Brawijaya-b.jpg

Sementara, Dr. Drs. Warsito, MS mengusung judul penelitian tentang Potensi Minyak Atsiri sebagai Bahan Baku Obat dan Sintesis Obat untuk Mendukung Program Kemandirian Obat Nasional.

Ia mengatakan, dalam masa bonus demografi ini membawa Indonesia pada perubahan pengaruh pola makan. Dalam penelitiannya, ia menjelaskan seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dibanding sayur dan buah berakibat pada meningkatnya jumlah penderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung, stroke, gagal ginjal.

Meningkatnya jumlah penderita penyakit degeneratif, kata dia, menuntut pemerintah untuk menyediakan obat secara memadai, kualitas dan kuantitasnya. Namun, kebutuhan ini belum terpenuhi dengan baik.

Beberapa di antaranya disebabkan seperti belum mampunya industri kimia untuk menyediakan bahan baku obat, pemanfaatan sumber daya alam yang terbatas serta belum mendukungnya teknologi sintesis dan pemurnian obat.

“Minyak atsiri sebagai zat alami yang diekstrak dari tanaman aromatik memiliki efek biologis, Seperti aktivitas anti-oksidan dan anti-inflamasi, sehingga minyak ini telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Minyak atsiri juga mampu meningkatan keseimbangan lipid, fungsi hati, fungsi endotel, meningkatkan relaksasi vaskular dan menghambat perkembangan diabetes,” bebernya gamblang.

Selain itu, minyak atsiri juga mengandung senyawa mayor dengan struktur kimia unik, yaitu memiliki lebih dari satu pusat reaksi (gugus fungsional) yang dapat direkayasa menjadi berbagai senyawa turunannya yang berkhasiat obat.

Ia melanjutkan, keanekaragaman ekosistem Indonesia menghasilkan beragam jenis dan genetik sumber daya hayati. Berkat itu, Indonesia dikenal sebagai biodiversitas minyak atsiri dunia, baik dari rempah, mikroganggang, ganggang, herbal, tanaman budidaya, tanaman berkayu dan non kayu.

“Untuk meningkatkan nilai tambah minyak atsiri berkualitas tinggi, perlu diperluas pemanfaatannya baik sebagai bahan baku maupun komponen tunggal bahan sintesis obat baru berbasis komponen mayor minyak atsiri dengan proses modern yang efektif dan efisien,” kata profesor Fakultas MIPA Universitas Brawijaya itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES