Olahraga

Gubernur Jatim Dorong Pelatih Senam Shalfa Avrila Siani Minta Maaf

Senin, 02 Desember 2019 - 19:18 | 182.61k
Gubernur Khofifah bersama Shalfa usai berbincang di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (2/12/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Gubernur Khofifah bersama Shalfa usai berbincang di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (2/12/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYAGubernur Jatim Dra Hj. Khofifah Indar Parawansa bertemu dengan Shalfa Avrila Siani, atlet senam yang dipulangkan karena tudingan tidak perawan.

Gubernur menerima kedatangan atlet Persatuan Senam Indonesia (Persani) tersebut bersama sang ibunda dan kuasa hukumnya di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (2/12/2019).

Khofifah.jpg

Orang nomor satu di Jawa Timur ini mengajak Shalfa bicara dari hari ke hati. Tampaknya, Khofifah memahami betul kondisi psikologi Shalfa usai menerima tekanan setelah dipulangkan paksa oleh pelatihnya dengan alasan sudah tidak perawan. 

Alasan itu membuat Shalfa gagal maju ke Sea Games 2019 di Filipina. Sehingga sang ibunda, Ayu Kurniawati, menjemput Shelfa dari Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) di Gresik.

Gubernur Khofifah berharap insiden ini tidak membuat Shalfa berkecil hati. Dan, jika memang pelatih melakukan tudingan tersebut, ia mengimbau agar segera menyampaikan permohonan maaf.

Shalfa-Avrila-Siani-2.jpg

"Kalau itu betul dilakukan oleh pelatih dengan mendesak jawaban atau respon tertentu, maka saya minta tolong pelatih kalau betul melakukan itu segeralah minta maaf," tegas Gubernur Khofifah.

Shalfa memang sempat drop oleh tudingan tersebut. Namun, kali ini wajahnya terlihat sedikit berbinar dan bisa tersenyum ceria. 

Ia merasa memiliki semangat baru usai bertemu dengan Gubernur Khofifah. Sebelumnya, Shalfa bahkan tidak bisa tersenyum apalagi tertawa lepas dan bahagia. Sangat represif dan tertutup atas setiap pertanyaan yang dilontarkan orang sekitarnya.

Dalam perbincangan internal sekitar satu jam tersebut, Gubernur Khofifah banyak melakukan pendekatan heart to heart atau hati ke hati. Termasuk menanyakan keinginan Shalfa untuk melanjutkan pendidikan di Kediri.

Shalfa-Avrila-Siani-3.jpg

Shalfa akan melanjutkan sekolah di Kediri. Khofifah telah melakukan komunikasi dengan wali kota setempat. Kemungkinan besar ada salah satu SMA Negeri yang akan menjadi rujukan Shalfa untuk pindah sekolah.

"Kalau di Gresik sepertinya traumanya cukup berat," tegasnya.

"Karena ini SMA, maka koordinasinya ada di Pemprov. Cuma kan seluruhnya harus menunggu proses administrasi," tambah Khofifah.

Khofifah mengutarakan, social punishment atau sanksi sosial adalah hal berat. Khofifah telah melakukan komunikasi bersama Ketua Komite Olahraga Nasional (KONI) Jatim, Airlangga Satriagung, agar psikolog di Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) memberikan terapi.

"Saya juga sampaikan tenangkan hatimu, caranya antara lain dengan banyak berdzikir," ungkap Khofifah.

Kedua, Khofifah menegaskan kemungkinan Shalfa tetap bertahan di Pelatda pada Pekan Olahraga Nasional akan datang. Namun, ia masih membutuhkan waktu untuk membuat keputusan.

"Saya rasa Shalfa dan ibunya akan melakukan proses apakah mau lanjut atau akan ada keputusan lain," bebernya.

Shalfa masuk ke Pelatnas berdasarkan prestasi. Memang, dalam proses pembinaan atlet sendiri meliputi berbagai hal antara lain seperti kedisiplinan dan pembinaan karakter. Akan tetapi, indeks prestasi menjadi indikator utama ketika seorang atlet masuk di sebuah Puslat.

"Oleh karena itu, hal di luar indikator prestasi yang mempengaruhi dan bahkan dijadikan dasar pertimbangan utama sampai kemudian mendegradasi, itu yang tidak dibenarkan," tegas Gubernur Jatim.

Apabila prestasinya memang sudah menurun menurut standar kandidat - kandidat atlet, maka boleh hal ini tidak bisa dilanjutkan. Karena itu adalah kewenangan cabang olahraga maupun persatuan olahraga yang bersangkutan.

"Jadi tentu ini adalah kritik dan koreksi bagi kita semua bahwa di dunia keolahragaan kita, masih harus melakukan pembenahan-pembenahan ini supaya apa yang kita jadikan pertimbangan utama yang kita lihat adalah prestasi sang atlet," urai Khofifah.

Ia tidak ingin ada trauma baru yang muncul bagi atlet - atlet junior.  "Kita tentu berharap semua berjalan kondusif dan produktif," imbuhnya.

Sementara itu, Imam Muklas, kuasa hukum Shalfa mengatakan komunikasi yang dilakukan oleh tim kuasa hukum dengan Gubernur Khofifah cukup menggembirakan bagi perkembangan terapi psikologi Shalfa.

Tim kuasa hukum mengapresiasi penuh semangat yang diberikan oleh Gubernur Khofifah. "Kita melihat Ibu Khofifah tidak hanya bersikap sebagai seorang gubernur, tapi juga sebagai sosok ibu," ulasnya.

Khofifah memahami betul bagaimana seluk beluk psikologi anak yang tertekan. Tidak membicarakan lagi prestasi atau indispliner.

Gubernur Khofifah juga memberikan jaminan untuk mengembalikan hak Shalfa sebagai atlet yang terampas.

Jaminan yang diberikan Gubernur Jatim kepada Shalfa Avrila Siani adalah bila ditemukan indikasi penyerangan privatisasi maka harus ditindak tegas. "Pada prinsipnya yang terpenting adalah psikologi anak. Kemudian juga ada jaminan dari Gubernur Khofifah. Namun demikian tetap menunggu kondisi psikologi Shalfa untuk pulih kembali," ungkap Imam.(Lely Yuana)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES