Peristiwa Daerah

Kisah Tragis Ibu Muda Dicerai Suami Karena Miliki Putra Hydrocephalus

Senin, 02 Desember 2019 - 15:46 | 216.24k
Dina Oktavi bersama putranya tinggal di sebuah rumah petak Kawasan Jojoran, Surabaya, Minggu (2/12/2019). (Foto: Istimewa)
Dina Oktavi bersama putranya tinggal di sebuah rumah petak Kawasan Jojoran, Surabaya, Minggu (2/12/2019). (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dina Oktavi berusaha tegar menghadapi kenyataan hidup. Ibu muda berusia 21 tahun asal Jojoran, Surabaya, ini diceraikan suami setelah melahirkan putra yang menderita hydrocephalus.

Muhammad Abdul Aziz (23), meninggalkan dirinya saat mengetahui kondisi bayi mereka mengalami “cacat” sejak lahir. Bahkan mertuanya juga merasa malu dan tidak mau mengakui cucunya dengan kondisi memprihatikan.

“Sejak lahir sampai sekarang, mertua tidak pernah sekalipun menengok anak saya. Katanya, malu punya cucu seperti ini,” kata Dina mengawali kisahnya.

Saat ditemui di rumah petaknya di kawasan Jojoran, Minggu (1/12/2019), Dina yang saat itu didampingi Isa Anshori (Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur) dan Daniel Lukas Rorong (Ketua Komunitas Tolong Menolong), baru saja pulang dari rumah sakit, sehari sebelumnya, Sabtu (30/11/2019).

Muhammad Pandhu Firmansyah, putra pertamanya yang  berusia Lima bulan, baru saja menjalani operasi pemasangan selang untuk saluran cairan di kepalanya di Rumah Sakit Umum (RSU) dr.Soetomo Surabaya.

Pandhu, demikian panggilannya, sesuai dengan yang tertulis di rekam mediknya di diagnosa mengidap penyakit Facial Cleft Tessier Hydrocephalus Myelomeningocele.

Di mana, selain mengidap Hydrocephalus , Pandhu juga mengalami “kerusakan” pada wajahnya, khususnya di bagian bibir, hidung dan kedua matanya.

Dengan kondisi seperti ini, otomatis Pandhu tidak bisa memakai dot untuk minum susu formula. Bahkan, untuk minum ASI pun, Pandhu tidak bisa, Sehingga, harus disuapi sedikit demi sedikit dengan memakai sendok.

Dina-Oktavi-b.jpg

“Sebenarnya saya ingin memberinya ASI, namun ASI saya tidak keluar. Pernah saya coba pompa, namun tetap tidak keluar”, kata Dina sambil menggendong Pandhu yang saat itu sedang rewel.

Derita Dina tidak berhenti sampai disitu. Suaminya sudah menyuruh dirinya untuk mengurus surat cerai.

“Asal itu membuatnya bahagia, saya tidak masalah. Karena yang terpenting adalah kesembuhan anak saya, Pandhu,” ujar Dina yang berencana akan mengurus surat cerainya setelah kondisi Pandhu sudah stabil pasca operasi.

Sempat Tidak Direstui

Diceritakan oleh Dina, sejak awal berpacaran, hubungan mereka memang sudah tidak mendapatkan restu dari orangtua suaminya,  faktor ekonomi dan strata sosial keluarga Dina adalah penyebab utamanya.

“Saya sudah seringkali mengingatkan untuk menyudahi hubungan ini namun dia tidak mau. Bahkan, dia pernah teriak-teriak di depan rumah agar saya bersedia untuk menikah dengannya, akhirnya saya pun luluh,” kenang Dina menceritakan kisah asmaranya.

Mantan customer service di toko elektronik terbesar di Surabaya dan kru toko donat ini akhirnya menikah pada tahun 2018 di usianya yang masih 20 tahun.

Setelah menikah dan akhirnya hamil, maka Dina pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada kehamilan pertamanya tersebut.

Hamil, Digigit Tikus Dua Kali

Sempat “menumpang” di rumah mertuanya, karena satu dan lain hal, akhirnya Dina memutuskan untuk tinggal kembali bersama ibu dan kakak ketiganya di rumah petaknya di kawasan Jojoran.

Di rumah petaknya yang berukuran 2×6 meter ini, Dina pernah dua kali digigit tikus di bagian kakinya saat usia kehamilan menginjak Lima bulan. Bahkan sampai berdarah. Sempat diperiksakan ke dokter, hanya diberi obat oles luar saja.

“Di rumah saya memang banyak tikusnya. Maklum, lingkungannya kumuh. Bahkan saat hujan turun, ya banjir lantainya karena atapnya ada yang bocor”, kata Dina sambil menunjukkan bagian atap yang bocor.

Nah, diduga akibat digigit tikus saat hamil, kemungkinan besar penyebab bayinya lahir dengan kondisi seperti ini.

“Kata dokter yang pernah memeriksa saya serta Pandhu, demikian,” ungkap Dina.

Karena selama hamil, Dina mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat  saat sakit atau memakan makanan seperti seafood atau ikan bakar berlebihan.

“Untuk makan sehari-hari saja susah, bagaimana bisa membeli makanan seafood atau ikan bakar,” ujar Dina.

Bahkan saat hamil, Dina pun mengaku tidak pernah ngidam dan mempunyai permintaaan aneh.

“Ya, mungkin ini sudah menjadi takdir saya dan Pandhu,” kata Dina pasrah.

Berharap Bantuan Rumah Susun

Kini, anak terakhir dari empat bersaudara ini hanya berharap agar Pandhu anaknya bisa sembuh. Menurut jadwal, operasi selanjutnya yakni operasi plastik akan dilakukan lima bulan ke depan.

Sambil menunggu jadwal operasi selanjutnya, Pandhu juga harus rutin kontrol. Dina juga berencana akan membuka usaha di bidang minuman yakni es juice dan es puding susu.

Bantuan donasi yang diterimanya dari para donatur seperti Komunitas Tolong Menolong, Yayasan Hidayatullah dan Komunitas Bendino Masak akan dipakainya untuk menyambung hidup.

Karena sejak melahirkan sampai sekarang, suaminya tidak pernah memberinya nafkah. Ditambah kondisinya sekarang belum bisa membuatnya bekerja karena harus merawat Pandhu.

“Saya sempat diterima kerja sebagai kasir di perusahaan retail di kawasan Rungkut, pertengahan November ini. Tapi baru sehari masuk kerja, saya tidak bisa masuk lagi dikarenakan Pandhu rewel saat itu sehingga saya putuskan untuk mengundurkan diri saja,” ungkap mantan Sales Promotion Girl (SPG) di perusahaan terkemuka ini.

“Untuk saat ini, saya ingin bekerja di rumah saja, seperti membuat es juice atau puding susu yang dijual melalui online. Supaya saya bisa fokus merawat Pandhu”, lanjut lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Pariwisata, di dekat rumahnya ini.

Dina juga berharap ada bantuan rumah susun dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya, dikarenakan rumah petak yang ditinggalinya  saat ini merupakan milik dari adik ibunya, yang akan dijual dalam waktu dekat.

Dina-Oktavi-c.jpg

“Semoga Bu Khofifah (Gubernur Jawa Timur) dan Bu Risma (Wali Kota Surabaya) mendengar harapan saya ini”, ujar Dina.

Bantuan dari Donatur

Sementara itu, Daniel Lukas Rorong, relawan pendamping dari Komunitas Tolong Menolong berencana akan mencarikan rumah kontrakan yang lebih layak ditempati untuk sementara waktu.

“Sembari menunggu bantuan rumah susun dari pemerintah, kami Komunitas Tolong Menolong akan berupaya untuk mencarikan tempat tinggal yang lebih layak untuk Ibu Dina dan Bayi Pandhu,” tegas Daniel yang juga Humas “Perhimpunan Driver Online Indonesia” (PDOI) Jawa Timur.

“Kami juga akan mendampingi dari segi finansial termasuk membantu rencana Ibu Dina untuk membuka usaha agar beliau bisa mandiri ke depannya dan memiliki penghasilan”, ungkap Daniel yang sudah 8 tahun ini berkecimpung di dunia kemanusiaan ini.

Hal senada juga diucapkan Isa Ansori, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur.

“Pihak kami (LPA Jawa Timur) akan mendampingi Bayi Pandhu dan ibùnya agar mendapatkan bantuan rumah susun serta kebutuhan yang diperlukan lainnya. Kami tidak akan tinggal diam dan main-main dengan kondisi yang dialami keluarga tidak mampu ini,” tegas Isa Ansori.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES