Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Literasi dan Tradisi Lisan

Senin, 02 Desember 2019 - 08:20 | 157.14k
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Unisma, Aktif di LPM Fenomena, HMJ-PBSI Unisma, Lapak Baca Gratis Gerilya Literasi.
Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Unisma, Aktif di LPM Fenomena, HMJ-PBSI Unisma, Lapak Baca Gratis Gerilya Literasi.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Peradaban selalu ada disebabkan adanya dua kearifan lokal yang masih bisa diterapakan dan dipertahankan dalam kehidupan. Pertama dengan menggemari literasi, kedua bisa membudayakan cerita-cerita sejarah di masa lalu (budaya bercerita lisan). Kedua tersebut tentunya akan menjadi sebuah pilihan, tidak semua bisa dipukul rata, sebab penadaan fasilitas buku dan alat berkaitan dengan literasi belum merata, sehingga akan menjadi tidak maksimal ketika pelosok desa belum terjamah oleh fasilitas literasi tersebut bisa jadi tidak bisa memahami esensi baca. Akan tetapi budaya cerita (budaya lisan) bisa membantu menjaga dan merawat peradaban. Terkhusus dalam budaya lokal minimal menjadi pilihan mampu dipahami dan diamini dalam keseharian terbentuk.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam buku berjudul Literasi Sebagai Episentrum Kedudayaan dan Peradaban. Buku tersebut berisi esai panjang ditulis seorang Prof. Djoko Saryono, Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM), bentuk buku, minimalis dan praktis, kecil (buku saku) belum masuk standart ukuran pada umumnya. Ukuranya (105x148). Walaupun kecil bentuknya namun isinya memiliki nafas panjang, sekilas membahas perkembangan literasi, hingga masuk pada pembahasaan mengenai kondisi letak geografi yang bisa mempengaruhi atas kultur budaya manusia hidup di wilayah tersebut, mengapa wilayah kepualauan tidak begitu gemar dalam membaca dan menulis, namun lebih gemar berbicara dan mendengarkannya. Namun hal ini menjadi sebuah kritikan namun pula memberikan sebuah pendangan baru dalam memiliki asumsi akan negeri sendiri. Dan mampu menemukan indikator, lalu bisa memberikan sebuah kontribusi didalamnya.

Namun, buku tersebut bukan hanya membahas perspektif saja, melainkan mengenai sebuah dinamika era ini terkait budaya literasi. Era sekarang bukan melulu membaca buku saja melainkan banyak cara menggemari literasi, secara umum literasi secara harfiah memberi arti kegiatan baca dan tulis. Namun dalam era saat ini tidak hanya membaca buku, namun salah satunya dengan mengunjungi akun youtube dengan menonton video resensi buku, potcest resensi buku, bahkan dalam menulis bukan hanya menulis ke dalam buku catatan, kini sudah tersedia pada elektronik keseharian kita smartphone ada watpaat, blogs, dsb. Dengan begitu banyaknya pilihan dalam dunia literasi diera ini, hanya butuh kearifan dalam menggunakannya, memanfaatkan media yang begitu banyak tersebut. yang harus diperhatikan yaitu mainside. Pola pikir mengenai perubahan.

Dua hari ini digugah kembali rasaku; rasa mengenai apa yang telah tulis olehnya,  meminjam hasil teksnya Prof. Joko Saryono bahwa literasi ialah episentrum kemajuan kebudayaan dan peradapan. Hal tersebut akan menjadi narasi panjang ketika dimaknai secara rinci, apa yang terjadi dengan diri kala literasi di negeri tidak begitu dewasa, atau dalam diri masih belum bisa ditemukan bantuk dari pentingnya literasi.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Secara umum literasi merupakan kegiatan baca dan tulis, yang akan menjadi dasar dalam menjalankan proses-proses intelektual, dan praktik-praktik para kaum akademik atau kaum cendikiawan sebagai kaum intelektual. Bahwa proses kehidupan manusia memiliki tingkatan pendengar, pembaca, pembicara, dan penulis. Dari tingkatan tersebut merupakan representasi dari hidup manusia memiliki perspektif dalam menyikapi hidup.  

Dalam memperjelas literasi tidak hanya mengacu pada globalisasi; namun hal itu bisa kita telusuri dari kerja diri ketika menjawab apa makna dari literasi. Pada beberapa hari lalu ada mahasiswi menanyakan mengapa kita harus suka baca dan apa rumus bisa suka baca?.
Pertanyaan itu sederhana kalau kita dengar untuk menjawab pun akan mudah ketika berkaitan dengan pertanyaan itu. Titik pembahasaan sebenarnya kita harus bangun cara pandang yang bermula bagaimana awal mulanya harus kita baca, dan membaca apa fungsinya, sedangkan sudah beberapa banyak buku yang sudah dibacanya; dari itu saya bisa menjawab dari mana datangnya semangat baca kita. Dari kebutuhan baca sebagai manusia.

Ketika pertanyaan itu terjawab bukan selesai dari jawaban tersebut, namun bagaimana bisa membuka kesadaran, bahwa membaca tugas manusia kewajiban, sedangkan ketika bisa menulis, itu bonus dari hasil bacaan kita. Lantas apa yang membuat kita tidak membaca karena malas atau memang kekurangan fasilitas. Hal itu akan menjadi tantangan untuk bisa melawan dari keduanya diera globalisasi tersebut.

Faktor malas tidak menjadi permasalahan konpleks manusia karena itu telah dikudrotkan (diciptakan oleh Tuhan sebagaimana, salah satu kesempurnaan manusia), makanya manusia diberikan sifat id, ego, dan superego. Sebagaimana manusia mampu membuka, menemukan, serta memilih. Ketika malas menghantui bukan tidak mungkin menjadi penghalang manusia membuka diri dengan bisa menguasai ruang, selagi masih bisa berdetak nadi dan sadar akan sebuah perubuhan secara evolusi dan revolusi tidak lain dan tidak bukan dicipta dan dilakukan oleh setiap individu.

Masyarakat dan Mahasiswa sebagai denyut perubahan, walau pada dasarnya perubahan sosial yang menggerakkan adalah masyarakat namun dari dalam arah pemikiran bukan tidak mungkin kaum terdidik berperan. Bisa dikatakan dalam sekala pemikiran Mahasiswa bisa namun, denyut paling sentral akan ada dalam jiwa rakyat yang bisa membawa sebuah tujuan. Dari mana akan itu tercipta dari kesadaran jiwa dan kritis kreatif manusia; tanpa itu hanya menjadi manusia tanpa identitas hanya nama mulia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kembali pada sebuah permasalahan manusia yang terletak pada diri lagi, dan mempermasalahkan mengenai fasilitas; bahwa kesadaran terbentuk dengan adanya fasilitas manusia akan menemukan integritas dan kualitas manusia itu. Namun hal itu ketika berbicara dengan adanya fasilitas di era sekarang, khususnya dalam ranah literasi. Kini semua bisa mengembangkan kedua intisari dari literasi itu sendiri terdiri dari tradisi baca-tulis.

Buku bukan hanya terletak pada bentuk teks yang seperti halnya bertumbuk berbentuk buku bisa dipegang secara visual, kini buku sudah bisa tidak dipengang bentuknya namun ada diganggaman kita di daring sudah sangat banyak tidak ada bedanya dengan bentuk buku pada biasanya; tidak ada alasan di era a world without limits, sepertinya dunia ada digenggaman dan semuanya menjadi mungkin ketika ingin menjadi bagian dari literasi. Di dunia daring sudah tersiapkan.

Mengapa hal itu penting karena manusia terdiri dari cairan air lebih banyak, maka manusia akan lebih mudah melebur dan menjadikan dirinya mudah menerima apa yang bisa berdamai dengan darinya. Apa yang berdamai dengan diri kita akan mampu menguasai dan literasi yang menjadi peperangan diri bukti implemintasi nyata.

Puncak literasi akan menembuhkan tradisi membuka diri sikap kritis yang kreatif. Kedua hal itu mengacu pada dua hal membaca dan menulis. Garis paling membatasi ialah gerak hati yang mampu melebur pada setiap tradisi dan jati diri mampu diinterpretasi oleh para diri yang belum berdamai. Berdamai dengan sebuah keadaan yang ada dalam jiwa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam bukunya Prof. Joko Saryono menjelaskan bahwa literasi ialah cahaya kesadaran budi setia menyinari akal dan hati menjaga tahta kuasa nurani merawat kejernihan pikiran insani di pelataran kehidupan bersama agar kemanusian terjaga. Senjata kaum terdidik yaitu berpikir, dan mengasahnya dengan membaca.

*)Penulis: Akhmad, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Unisma, Aktif di LPM Fenomena, HMJ-PBSI Unisma, Lapak Baca Gratis Gerilya Literasi.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES