Kopi TIMES

Seberapa Penting Aminuddin Ma'ruf?

Jumat, 22 November 2019 - 09:47 | 421.09k
Moh Syaeful Bahar (Grafis: TIMES Indonesia)
Moh Syaeful Bahar (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Lama saya tak menulis. Kesibukan demi kesibukan terus memaksa saya untuk enggan menulis, menoleh ke komputer saja jadi malas tak kepalang.

Tapi, kemaren sore, setelah Presiden Jokowi mengumumkan staf khusus presiden, saya tergelitik untuk menulis kembali. Ada sedikit catatan yang ingin saya bagi untuk didiskusikan. Apa itu? Tentang Aminuddin Ma'ruf dan posisi santri di mata pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Stafsus Milenial

Tanpa banyak tahu siapa ke tujuh staf khusus presiden dari kalangan milenial tersebut, saya langsung angkat topi, beri dua jempol dan apresiasi tinggi atas keberanian Presiden Jokowi. Keberanian untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak muda untuk berbuat pada negeri.

Presiden Jokowi seakan-akan ingin membuka kembali lembaran sejarah cemerlang peran pemuda di negeri ini. Presiden Jokowi seperti mengingatkan bahwa setiap tahapan genting dan penting negeri ini, selalu ada campur tangan para pemuda.

Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, tumbangnya Orde Lama dan Orde Baru adalah sedikit bukti dari sekian banyak bukti sejarah akan sentralnya posisi pemuda. Pemudalah yang selalu muncul menjadi pahlawan, menjadi pemecah kebuntuan dan mendobrak kejumudan para orang tua.

Saya yakin, Presiden Jokowi sadar betul tantangan Indonesia ke depan. Presiden percaya, tanpa melibatkan anak muda dalam peta pembangunan nasional adalah kesalahan fatal.

Era milenial butuh cara-cara milenial untuk membaca dan memahaminya dan karena itu, juga butuh sentuhan anak-anak muda untuk menyelesaikan semua tantanganya. 

Anak-anak muda yang kelahirannya di antara tahun 1980an hingga tahun 1990an. Mereka yang juga dikenal dengan sebutan generasi Y, generasi yang menggantikan generasi X. Merekalah generasi milenial yang kita kenal sekarang.

Cara kerja era milenial hanya bisa dipahami oleh mereka yang tumbuh dan berkembang di era milenial itu sendiri, dan itu adalah mereka yang saat ini masih muda, yaitu mereka yang sedang menikmati dan menanfaatkan semua fasilitas tekhnologi informasi dan tekhnologi industri di era milenial.

Generasi milenial adalah mereka yang dengan riang gembira memanfaatkan tekhnologi terutama internet sebagai gaya hidup keseharian. Hampir semua kebutuhan informasi dan layasan jasa, mereka dapatkan dengan cepat melalui internet.

Tidak hanya sebagai pemenuh kebutuhan, para anak muda generasi milenial ini, juga memanfaatkan internet untuk pengembangan diri, membuktikan diri.

Sebagian sebagai basis bisnis mereka. Berbagai bisnis dengan model bisnis online adalah bukti kuat atas pemanfaatan internet dalam dunia bisnis oleh anak-anak muda milenial. 

Sedang, sebagian anak muda yang lain memanfaatkan internet sebagai basis pengabdian untuk kerja-kerja sosial mereka. Sudah banyak kegiatan sosial yang diinisiasi dan digarap dengan serius oleh anak-anak muda, baik dalam bentuk pendidikan, pendampingan dan advokasi serta pelatihan yang semuanya bersifat online.

Ketujuh anak muda yang dipilih Jokowi, semuanya adalah mereka yang bisa dianggap sukses di era milenial. Mereka adalah para pekerja bisnis online yang tangguh di usia muda, dan sebagian dari mereka juga adalah para pekerja sosial yang tulus mengabdi bagi negeri.

Aminuddin Ma'ruf

Dari tujuh orang stafsus milenial yang diumumkan Jokowi, satu di antaranya menyita perhatian saya, dan karena dia pula, saya menulis.

Aminuddin Ma'ruf namanya. Mantan ketua PB PMII. Mantan sekretaris jenderal solidaritas ulama muda Jokowi (Samawi). 

Sejak masih menjabat sebagai ketua PB PMII, periode 2014-2016, hubungan Aminuddin Ma'ruf dengan Jokowi dapat dibilang dekat. Beberapa kegiatan PMII dihadiri langsung Presiden Jokowi, dan itu, nyata adalah hasil lobi Aminuddin Ma'ruf.

Pertanyaannya, kenapa Aminuddin Ma'ruf yang PMII, kenapa bukan tokoh pemuda dari Organisasi Ekstra Kampus lain? Atau, jika karena dianggap mewakili anak muda NU, kenapa harus PMII, kenapa bukan Ansor atau Fatayat?! Berikutnya, apa tujuan penunjukan Aminuddin Ma'ruf oleh Jokowi?! Pertanyaan-pertanyaan ini yang ingin saya diskusikan.

Pertama, penunjukan Aminudin Ma'ruf adalah bukti hebatnya Aminuddin Ma'ruf dalam membangun dan menjaga komunikasi dengan Jokowi. Hal pertama ini menunjukkan kelas Aminuddin Ma'ruf. Tentang luar biasanya Aminuddin Ma-ruf. 

Bukan barang mudah menjalin dan menjaga komunikasi dengan presiden. Terlalu banyak orang yang berkepentingan di sekitar presiden yang kapan saja dapat membuat Aminuddin Ma'ruf terpental, namun dia bisa menjaga diri agar tetap mendapat tempat istimewa di hadapan Jokowi. 

Diakui atau tidak, gaya komunikasi dan performa Aminuddin Ma'ruf berhasil memikat Jokowi.

Barang tentu, banyak anak muda, para aktivis yang berusaha merengsek masuk ke tengah-tengah lingkaran kekuasaan, namun, dari sekian banyak anak muda yang berkompetisi tersebut, hanya Aminuddin Ma'ruf yang berhasil.

Aminuddin Ma'ruf berhasil mempersonifikasi dirinya sebagai perwakilan aktivis, melampui rekan-rekan di organisasi ekstra lainnya. Dia berhasil meyakinkan Presiden Jokowi bahwa PMII, organisasi yang pernah dipimpinnya layak diperhitungkan sebagai organisasi ekstra kampus selevel dengan HMI atau GMNI.

Kedua, Aminuddin Ma'ruf juga berhasil meyakinkan Jokowi, bahwa kader PMII lebih tepat menempati posisi strategis dibandingkan Ansor atau Fatayat. Sebagai sesama Banom di NU, PMII dapat dianggap sebagai perwakilan anak muda yang cerdas, anak sekolahan. Hal ini tak berlebihan, karena basis PMII adalah perguruan tinggi. Beda dengan Ansor dan Fatayat. Meskipun keduanya juga organisasi kepemudaan di bawah naungan NU, namun, keanggotannya sangat luas, tidak khusus bagi mereka warga NU yang pernah menikmati pendidikan tinggi di perguruan tinggi.

Sederhananya, PMII lebih berwajah akademis dibandingkan Ansor dan Fatayat. Dan, sekali lagi, Aminuddin Ma'ruf berhasil mempertahankan citra santri aktivis yang berhasil secara akademis di depan Jokowi. Tercatat, Aminuddin Ma'ruf berhasil menempuh pendidikan tingginya dengan baik, S1 dan S2nya di sekolah bonafit. S1 di UNJ dan S2 di Trisakti.

Ketiga, penunjukan Aminuddin Ma'ruf tak bisa dilepaskan dari proyek besar Jokowi, yaitu memerangi radikalisme. Jokowi sadar betul bahwa, NU, pesantren dan semua kader NU adalah ujung tombak yang paling konsisten untuk diajak bersama memerangi radikalisme. 

Menunjuk Aminuddin Ma'ruf, paling tidak, dua target Jokowi terpenuhi sekaligus. Pertama, Jokowi akan terus mendapatkan amunisi ala santri untuk memerangi radikalisme. Jejaring pesantren dan santri yang dimiliki Aminuddin akan menjamin, bahwa konsep Islam Ramah, Islam Rahmatan Lil'alamin hingga ke persoalan adu argumentasi tentang wajah Islam, akan terus kuat secara argumentatif dan hampir bisa dipastikan otoritatif karena akan didukung oleh pesantren dan santri. Artinya, kebijakan Jokowi memerangi radikalisme akan legitimate secara hukum Islam. Kedua, Jokowi akan mendapatkan informasi yang valid dan up date terkait merebaknya paham radikalisme di kalangan mahasiswa. Pengalaman Aminuddin Ma'ruf sebagai ketua PB PMII adalah jaminannya, bahwa dia memiliki jaringan kuat ke berbagai perguruan tinggi. Dengan hanya mengandalkan jejaring PMII saja, bisa dipastikan, informasi terbaru tentang radikalisme di kalangan mahasiswa akan dengan mudah didapatkan.

Keempat, penunjukan Aminuddin Ma'ruf ini sekaligus bukti bahwa pesantren dan santri masih memiliki posisi istimewa di hadapan Jokowi. Baik secara politis maupun secara strategis-sosilogis. 

Secara politis, Jokowi tak ingin kehilangan dukungan pesantren dan NU. Kekecewaan sebagian besar tokoh NU atas susunan kabinet, sedikit banyak telah mengkoreksi posisi Jokowi di mata tokoh NU dan pesantren. Sebab itu, Jokowi ingin memperbaiki komunikasi politiknya, sekaligus ingin membuktikan bahwa dia masih konsisten sebagai teman bagi NU dan pesantren. 

Secara strategis-sosiologis, Jokowi juga berharap besar, agar pesantren dan santri menjadi bagian dari lompatan perubahan yang luar biasa di era revolusi industri 4.0. Jokowi tak ingin, pesantren dan santri hanya menjadi penonton, apalagi sampai jadi korban dari era revolusi industri 4.0 yang sangat kompetitif. 

Penunjukan Aminuddin Ma'ruf, hemat saya, adalah untuk menjalan fungsi tersebut. Sebagai komunikator politik Jokowi ke pesantren dan santri, pada saat yang sama, dia harus menjadi santri dan mahasiswa yang secara terus menerus memberikan informasi kepada Jokowi terkait dunia santri dan dunia mahasiswa. (*)

*)Penulis adalah Wakil Ketua IKA PMII Jawa Timur dan Dosen Fisip UIN Sunan Ampel Surabaya.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES