Pendidikan

Profesor Universitas Brawijaya Dorong Kaum Milenial dan Perempuan untuk Bertani

Selasa, 19 November 2019 - 21:28 | 95.26k
Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S., (kiri) dan Prof. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, S.U., saat konferensi pers. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)
Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S., (kiri) dan Prof. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, S.U., saat konferensi pers. (Foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Dua profesor anyar Universitas Brawijaya mempunyai komitmen yang sama, yaitu mendorong milenial dan perempuan untuk mulai bertani. 

Kedua profesor tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S., sebagai Profesor dalam bidang Ilmu Sosiologi Pertanian dan Prof. Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, S.U., sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Hama Tanaman.

Mereka berasal dari fakultas yang sama yaitu Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Bertambahnya dua profesor ini, UB kini memiliki 254 dari keseluruhan profesor.

Prof Yayuk Yuliati, dalam penelitiannya menyoroti perihal Feminisasi Pertanian. Penelitian Yayuk tersebut berjudul "Peningkatan Kapasitas Perempuan Tani dalam Menguatkan Feminisasi Pertanian".

Yayuk menerangkan feminisasi dalam konteks penelitiannya terkait dengan peran perempuan dalam segmentasi pertanian.

konferensi-pers-2.jpg

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, jumlah angkatan kerja perempuan di sektor pertanian pada 2016, sebesar 52,7 persen, lalu pada Februari 2017 mengalami peningkatan sebesar 55 persen. 

Dalam periode yang sama, hal sebaliknya terjadi pada jumlah angkatan kerja laki-laki di sektor pertanian, yang mengalami penurunan dari 83,4 persen menjadi 83,05 persen. 

"Feminisasi pertanian mengacu pada peningkatan partisipasi perempuan dalam pertanian. Fenomena tersebut tidak menjadi masalah jika perempuan yang melakukan kegiatan pertanian sudah siap," terang Yayuk, Selasa (19/11/2019). 

Kesiapan tersebut kata Yayuk, yakni menyangkut bekal keterampilan pengetahuan dan keterampilan informal yang dimiliki oleh perempuan sama dengan yang dimiliki oleh laki-laki. 

"Kenyataannya, perempuan jarang sekali memperoleh pendidikan pertanian berupa penyuluhan pertanian seperti laki-laki. Bahkan dalam program pemerintah jarang sekali perempuan dilibatkan dalam pengambilan keputusan," ujarnya. 

Padahal menurut Yayuk, terkait kesetaraan dan keadilan gender sudah diatur dalam konstitusi UUD 1945, UU Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Diskrimasi terhadap Perempuan sampai Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. 

"Maka dari itu ada beberapa strategi pemberdayaan perempuan yang dapat dilakukan yaitu pemberian akses sumberdaya kepada perempuan seperti akses pendidikan tentang pertanian seperti penyuluhan," terang Yayuk.

Selain itu kata Yayuk, perempuan juga diberikan akses langsung berhubungan dengan sumber modal pertanian yaitu perbankan. "Selanjutnya yaitu pengurangan beban perempuan, di Indonesia juga beban perempuan itu tinggi di pedesaan," lanjut Yayuk. 

konferensi-pers-3.jpg

Kemudian terang Yayuk, yaitu merumuskan pembangunan yang berperspektif gender dan perlu adanya diskusi dan sosialisasi gender bagi seluruh elemen masyarakat. 

"Dalam konteks ini kasus yang diambil adalah para perempuan yang ditinggal oleh suaminya untuk bekerja di kota atau luar negeri. Sedang mereka masih tetap bertahan di desa menggarap lahan pertanian," tutup Yayuk.

Senada dengan itu, Prof Bambang pun mengajak kalangan muda untuk menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Ia mengusung soal Era Baru Pengelolaan Hama Tanaman dengan Manipulasi Habitat.

Dalam penelitiannya, Prof. Bambang menjelaskan mengenai pentingnya manipulasi habitat dalam perspektif pengelolaan hama tanaman.

Sampai saat ini pada umumnya petani masih menggunakan pestisida secara intensif dalam sistem budidaya tanaman, sehingga berdampak buruk karena matinya berbagai jenis binatang bermanfaat," ujarnya. 

"Di alam telah tersedia faktor pengendali alami tetapi terabaikan akibat sistem budidaya tanaman yang tidak ramah lingkungan. Perlu upaya untuk mengembangkan faktor pengendali alami melalui manipulasi habitat sehingga keseimbangan alam akan kembali normal," paparnya.

Dua profesor Universitas Brawijaya tersebut secara resmi akan dikukuhkan besok, Rabu (20/11/2019) di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Kota Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES