Pendidikan

Disiplin Positif, Metode Guru Mendidik Siswa Tanpa Hukuman

Jumat, 15 November 2019 - 12:14 | 207.67k
Irfan Amalee, pemateri dalam Compassionate School saat menyampaikan materi tentang disiplin positif. (Foto: Dody Bayu Prasetyo/TIMES Indonesia)
Irfan Amalee, pemateri dalam Compassionate School saat menyampaikan materi tentang disiplin positif. (Foto: Dody Bayu Prasetyo/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBERDisiplin positif menjadi metode untuk mengajarkan seorang siswa memiliki sifat Welas Asih. Hal tersebut disampaikan Irfan Amalee yang didapuk menjadi pemateri dalam Compassionate School di Pendapa Wahyawibawagraha, beberapa waktu lalu.

Irfan menerangkan bahwa displin positif yaitu pendisiplinan yang bukan berdasarkan hukuman dan hadiah, tapi berdasarkan internal anak atau siswa.

“Sehingga, tidak ada anak yang merasa sesuatu karena dipaksa atau karena takut hukuman, atau karena takut termotivasi oleh faktor eksternal seperti hadiah,” tuturnya.

Hal ini diyakini dapat menumbuhkan sifat empati, sikap welas asih dari dalam diri secara pribadi anak-anak.

Kepada para peserta Compassionate School, Irfan membagikan pengetahuan teknis tentang disiplin positif ini.

Menurutya, untuk menerapkan disiplin positif, seseorang harus tegas tetapi tetap welas asih.

“Jika hanya tegas, anak-anak menjadi takut. Tapi, jika terlalu welas asih anak-anak menjadi susah dikendalikan,” tuturnya.

Untuk bisa menerapkan hal itu, lanjutnya, seseorang harus membangun hubungan dengan anak atau siswa itu, sebelum mengoreksi mereka.

“Jadi, bukan bilang jangan ini-itu, tetapi kita harus membangun dulu hubungan dengan anak-anak. Harus mengendalikan emosi kita dulu, sebelum mengendalikan emosi anak-anak,” lanjutnya.

Lebih jauh, untuk bisa menerapkan hal ini, seorang guru diharapkan dapat melakukan sifat unlearn yaitu menghapus lagi metode-metode lama dan megoreksi lagi materi lama itu.

“Karena belum tentu metode lama transkipnya masih relevan dengan sekarang,” jelasnya.

Seorang guru juga harus dapat melakukan sifat relearn, yaitu mempelajari hal-hal baru, karena tantangan sekarang berubah.

Edisi-Jumat-15-November-2019-Didi-Kempot.jpg

“Jadi kita tidak bisa menggunakan cara-cara lama untuk tantangan-tantangan baru,” katanya lagi.

Materi disiplin positif, bagi Nurul, menyampaikan pelajaran tentang keberanian untuk menyuarakan pendapat, salah maupun benar.

Guru TK di Balung ini menyatakan, ia akan mengubah cara mengajar, dari yang memberikan hukuman ke sesuatu yang relevan dan sesuai.

“Karena tidak sambung kalau hukuman itu berupa mengaji. Ini berati Alquran adalah hukuman. Jangan sampai anak berfikir Alquran sebagai hukuman,” katanya.

Nurul menyatakan, bahwa program ini bagus, sehingga membuat guru bisa memilah-milah hal yang harus dan pantas dilakukan kepada anak.

“Agar anak-anak itu tahu atau mengerti tidak akan melakukan atau berbuat lagi kesalahan, tetapi dia sadar dari alam bawah sadarnya. Jadi kita harus melatih bawah sadarnya agar sadar secara pribadi,” jlentrehnya.

Materi disiplin positif merupakan salah satu materi yang disampaikan kepada guru untuk menuju Jember sebagai Kota Welas Asih. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Jember

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES