Kopi TIMES

Memimpin dan Mendesain Pembangunan dengan Jiwa Arsitek

Jumat, 08 November 2019 - 17:05 | 80.85k
Fahmi Prayoga, Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Univeristas Brawijaya
Fahmi Prayoga, Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Univeristas Brawijaya

TIMESINDONESIA, MALANGINGATKAH Anda sosok Presiden pertama Republik Indonesia? Rasanya sangat sulit mengatakan bahwa Rakyat Indonesia melupakannya. Ya, Ir Soekarno yang merupakan seorang arsitek. Arsitek pembangunan awal republik ini.

Setiap wilayah dan daerah tentu telah memiliki visi misi yang dibawa oleh sang pimpinan daerah. Jiwa arsitek rasanya perlu dimiliki oleh setiap pimpinan daerah yang telah bersumpah untuk menjalankan amanatnya dengan sebaik-baiknya. Karena, menjadi hal yang mengganjal tentunya apabila sang pimpinan daerah mengonsep “green city” namun yang terlihat justru di dalam lingkungan gedung pemerintahan masih tidak merujuk pada konsep yang dibawa.

Misalnya, tidak artistik, tidak banyak penghijauan, dan masih boros dalam penggunaan energi. Selain bangunan lain yang menjadi icon daerah, sepatutnya pula gedung pemerintahan juga menjadi bangunan khas yang dapat dibanggakan warganya.

Atmosfer reformasi birokrasi di dalam gedung akan menjadi lebih indah apabila tampilan diluar gedung dipercantik penampilannya. Disamping itu, bangunan pemerintah yang juga ruang publik memperhatikan aspek kebermanfaatannya. Seperti? Masjid Agung Bandung yang ramai dikunjungi masyarakat.

Setiap pemerintah rasanya perlu memiliki mindset bahwa bangunan pemerintah daerah adalah sebuah nilai yang memiliki seni dan keindahan sebagai wujud bentuk upaya mendekatkan diri pada masyarakat, kebanggaan masyarakat, dan tempat berkumpulnya masyarakat. Masyarakat seakan-akan diberikan pesan terselubung agar lebih kreatiff, inovatif, tanpa meninggalkan karakter asli daerah.

Ruang publik harus mampu mendorong masyarakatnya untuk melakukan hal yang sejalan dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Hal tersebut akan memiliki dampak multiplier terhadap bangunan masyarakat yang secara tidak langsung mencontoh konsep yang dibawa oleh pemerintah. Misal saja masyarakat dapat mengikuti konsep penghijauan yang dilakukan oleh pemerintah di lingkungan tempat tinggalnya.

Ruang publik yang artistik akan mampu menciptakan nilai tambah, akan berdampak dengan adanya gelombang wisatawan yang hadir, sehingga menciptakan kegiatan ekonomi baik langsung maupun tidak langsung. Akan tumbuh sumber pendapatan bagi masyarakat, baik dari sektor makanan, akomodasi, maupun transportasi.

Ruang publik yang memiliki nilai seni dan keindahan tentu juga akan meningkatkan image daerah. Contoh saja, apabila pemerintah mendorong untuk menciptakan suasana keterbukaan terhadap masyarakat sebagai wujud transparansi, kedepannya bangunan ruang publik perlu mencerminkan tujuan yang ingin dicapai tersebut. Ketika pemerintah ingin melakukan gerakan lingkungan yang hijau, maka desain baik interior maupun eksterior sudah sepatutnya merepresentasikan tujuan itu.

Secara singkat, diperlukan seorang pemimpin yang berjiwa arsitek dalam peran membangun daerah. Karena pembangunan daerah akan selalu melibatkan visi misi yang diemban serta masyarakat yang diajak untuk menggapai tujuan tersebut. Nilai artistik pada bangunan dan ruang publik akan mampu menjadi icon dan image daerah, yang diharapkan dapat menciptakan kebermanfaatan bersama bagi seluruh warganya.

*Penulis, Fahmi Prayoga, Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Univeristas Brawijaya

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES