Glutera News

Faktor Kali yang Menentukan

Minggu, 03 November 2019 - 09:36 | 68.07k
FOTO: Glutera
FOTO: Glutera

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Orang kaya mengumpulkan uang jauh lebih banyak dari pada orang biasa dalam rentang waktu yang sama, karena orang kaya menggunakan nilai tambah dan faktor kali. Sementara orang biasa hanya menggunakan nilai tambah.

Nilai tambah, adalah kelebihan yang dimiliki oleh produk atau jasa yang kita tawarkan kepada konsumen.
Faktor kali, adalah bagaimana kita bisa menjual jauh lebih banyak produk atau jasa tersebut sehingga penjualan dapat meningkat jauh dari cara menjual yang biasa.

Ada Empat Tipe Orang yang Berkaitan dengan Faktor Kali

1. Orang Biasa-Biasa Saja

Anda harus terus membuat nilai tambah pada diri Anda, tapi tidak membuat faktor kalinya. Contohnya ada orang yang mempunyai bengkel. Ia membuat bengkelnya sedemikian bagusnya: servisnya bagus, cepat, bersih, dan murah. Itu adalah nilai tambah yang luar biasa, karenanya bengkelnya ramai. Tapi ia lupa faktor kali.

’’Ketika begitu banyak pelanggan datang, ia tidak bisa tangani dengan baik karena ia mempunyai kapasitas tertentu. Bisakah ia kaya? Ya bisa kaya. Kaya sekali? Tidak!

2. Orang Kaya Raya

Orang tipe ini dia terus membuat nilai tambah pada dirinya, dan menggunakan faktor kali. Misalnya bengkel tadi. Ia menggunakan karyawan tambahan, ia memperluas bengkelnya, ia menggunakan teknologi sehingga ia bisa melayani dengan sangat-sangat lebih cepat dan lebih baik lagi. Kemudian ia juga membuka cabang, lalu ia menjual franchise sebagai faktor kali.

Orang seperti ini menggunakan faktor kali akibatnya ia menjadi sangat kaya. Lebih kaya dibandingkan dengan satu orang yang mempunyai bengkel satu yang ramai pengunjung tadi.

3. Orang Pembawa Celaka

Harus hati-hati dengan tipe. Orang yang celaka di dalam hidup, mereka tidak mempunyai nilai tambah dan mereka tidak mempunyai faktor kali.

Misalnya, mereka bekerja sehari-hari dan terus bekerja dengan biasa saja. Fungsi mereka bisa digantikan dengan orang lain, otomatis ia tidak mempunyai nilai tambah. Karena posisinya bisa digantikan oleh orang lain.

Misalnya seperti orang yang membukakan pintu dan dia hanya bukakan pintu saja, pekerjaan ini bisa digantikan oleh siapapun yang masih hidup dan normal. 

4. Orang Pembawa Bencana

Tipe ini dia tidak membuat nilai tambah pada dirinya, tapi sibuk dengan faktor kalinya. Contoh tipe ini seperti orang yang membeli satu perusahaan dan kemudian ia merekayasa keuangan perusahaan itu, kemudian sahamnya digoreng naik dan dijual kepada banyak orang, seolah-olah orang lain mempunyai nilai tambah dan mendapatkan nilai tambah dan perusahaan tadi. 

Tapi ternyata dalam beberapa saat perusahaannya jadi hancur. Bahkan jadi kosong karena ia jual lagi sahamnya dan ia dapat uang yang banyak. Betul ia bisa kaya dengan cara seperti itu, tapi orang ini adalah pembawa bencana, dan ia bukan miliarder yang mencerahkan.

Abunawas dan Kolor Ijo

Alkisah ada sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh Raja Harun Al Rasyid, beliau mempunyai wilayah-wilayah kecil yang masing-masing dipimpin oleh Senopati. Ada seorang Senopatinya bernama  Kolor Ijo yang memliki kekayaan berlimpah, tetapi dia tidak disukai oleh beberapa Senopati, karena sifatnya yang tidak pernah memperhatikan dan selalu kejam terhadap rakyatnya. Hari-harinya hanya dihabiskan untuk bermain catur, sudah menjadi rutinitas.

Senopati Kolor Ijo sangat membanggakan keahliannya dalam bermain catur bahkan tidak ada satu orangpun yang bisa mengalahkan, sampai dia bosan karena tidak mendapatkan lawan yg seimbang. Karena sangat kecanduan bermain catur, Ia membuat sayembara bahwa siapa saja yang bisa mengalahkan dia akan diberikan hadiah apapun yang diminta. Tanpa sepengatahuannya, beberapa Senopati menghadap ke Raja Harun Al Rasyid atas adanya sayembara tersebut. 

Kemudian Raja mengutus Abunawas untuk mengikuti sayembara tersebut. Singkat cerita, akhirnya Senopati Kolor Ijo dan Abunawas bermain catur, dan diluar dugaan ternyata Kolor Ijo mengalami kekalahan.

Oleh karena itu Kolor Ijo ingin segera memberi hadiah kepada Abunawas. Selanjutnya, permintaan Abunawas hanya meminta kepada Kolor Ijo untuk memberikan 1 karung beras dikotak ke-1 yang ada di papan catur, kemudian 2 karung beras ke kotak ke-2, 4 karung beras pada kotak ke-3, 8 karung beras pada kotak ke-4 dan seterusnya sampai pada kotak ke- 64.

Senopati Kolor Ijo hanya tertawa terbahak-bahak dan tak henti-hentinya mengomentari permintaan Abunawas yang hanya meminta karungan beras. Kemudian dia memerintahkan para pembantunya untuk menghitung berapa karung beras yang harus diberikan kepada Abunawas.

Para pembantunya langsung menjalankan tugasnya. Kemudian mereka sangat terkejut dengan permintaan karung beras dari Abunawas dan segera melaporkan kepada Kolor Ijo, selang beberapa saat kemudian Kolor Ijo pingsan seketika ! Karena  dalam waktu singkat stok beras yang dipunyai Kolor Ijo akan habis.

Coba Anda ambil secarik kertas dan hitunglah permintaan dari Abunawas. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES