Wisata

Pelukis Hamid Nabhan Jelajahi Pesona Mesir

Selasa, 22 Oktober 2019 - 00:25 | 143.20k
Pelukis Hamid Nabhan saat mengunjungi Papyrus Institute di Kairo.(Foto : Istimewa)
Pelukis Hamid Nabhan saat mengunjungi Papyrus Institute di Kairo.(Foto : Istimewa)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pelukis Hamid Nabhan bertolak ke Mesir dalam sebuah perjalanan wisata. Banyak kisah menarik selama menyusuri negeri ibu dunia ini.

Selain Mesir, negara lain yang dikunjungi adalah Israel, Palestina dan Jordania. Selama hampir dua minggu terhitung sejak 19 September 2019, pelukis berdarah Arab tersebut memuaskan diri dalam sebuah wisata sejarah dan religi. 

Mesir adalah negara lintas benua yaitu Benua Asia dan Afrika. Sebagian besar wilayah Mesir berada di Afrika Utara, kecuali Semenanjung Sinai yang merupakan bagian dari Asia Barat. Berikut beberapa tempat menarik yang disambangi oleh Hamid Nabhan selama berkunjung di dua daratan tersebut.

Egyptian Museum 

Salah satu bagian tak terlupakan saat menjelajah Mesir Afrika adalah kunjungan ke Egyptian Museum di Kairo.

Museum megah ini berisi harta karun dan sarkofagus mumi Raja Tutankhamum yang baru saja dipindah dari makamnya sejak ribuan tahun silam. “Namun kami tidak boleh melihatnya, karena ditutup,” ungkap Hamid Nabhan memulai cerita, Senin (21/10/2019).

Papyrus Institute 

Papyrus Institute terletak di Kairo. Hamid berkisah, jika papirus adalah sebuah kertas yang berusia ribuan tahun. “Kertas tersebut tidak rusak meskipun diberi air. Kertas ini juga masih ada di makam Firaun. Warnanya tidak bisa luntur,” terang pelukis asli Surabaya itu.

Bahkan kertas ini tidak disukai oleh buaya. Konon menurut sejarah Bangsa Mesir, Nabi Musa dihanyutkan ke Sungai Nil menggunakan keranjang berbahan papirus. 

“Buaya tidak menyukai papirus, itulah alasan kenapa Musa dihanyutkan ke Sungai Nil di atas keranjang dari papirus. Oleh karena itu kenapa Musa memiliki arti nama anak air terdiri dari kata Mu (anak) dan Sa (air),” sambungnya.

Ahmed Sokarno Street 

Hamid Nabhan juga terpesona dengan keramahan masyarakat Mesir menyambut pelancong Indonesia. Warga sangat menjunjung tinggi dan menghormati bangsa Indonesia karena terikat secara historis dalam hubungan diplomatik.

“Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Mesir. Setiap ada orang Indonesia mereka seolah mengangkat tangan di atas kepala semacam memberi rasa hormat,” papar Hamid Nabhan.

Dalam perjalanan itu, Hamid juga mencoba Mangga Soekarno. Semacam varietas mangga gadung yang ditanam di sekitar tanah Sunga Nil yang subur. Mangga ini telah diekspor Mesir ke berbagai negara. 

Selain Mangga Soekarno, Mesir juga memberi penghargaan nama sebuah jalan dengan sebutan Ahmed Sokarno Street. 

Museum Kairo (Museum Firaun) 

Setelah belajar papirus, Hamid diajak menuju museum Firauan yang mengagumkan. Museum bernama The Museum of Antiquities ini menyimpan mumi Ramses II. Raja Mesir yang dikisahkan mengejar Nabi Musa.

“Museum Kairo banyak menyimpan potongan sejarah penting, bahkan banyak artefak yang hilang dan tidak ditemukan,” jelas Hamid Nabhan yang rela merogoh kocek puluhan juta rupiah untuk perjalanan kali ini.

Hamid menambahkan, dalam kitab suci Alquran dikatakan Firaun dan tentaranya tenggelam. Bukti itu semakin kuat ketika ilmuwan menemukan bahwa di tubuh Firaun terdapat mineral laut merah dan garam. Di tempat tersebut juga dijelaskan sejarah Firaun Utara dan Firaun Selatan.

“Pelajaran yang sangat berharga, saya dapat banyak ilmu tentang sejarah peradaban. Mulai sandal berusia ribuan tahun dan makanan yang awet karena disimpan dalam tempat kedap udara,” tandasnya.

Selain itu selama di Kairo, Hamid melakukan kunjungan ke salah satu universitas tertua di dunia yaitu Universitas Al-Azhar.

Ia juga mencari objek aneh dan menarik untuk bahan lukisan dan juga lukisan studio. Seolah mengobati dahaga Hamid untuk menggoreskan kuas di atas kanvas berlatar pesona gurun dan kering yang identik dengan karya-karyanya selama ini.

Seperti melukis on the spot Piramida dan Sphinx. Lukisan itu ia berikan cuma-cuma kepada warga Mesir.

Makan Malam di Atas Sungai Nil 

Nille Dinner Cruise menawarkan pengalaman menakjubkan. Israel dan Negara di Timur Tengah memulai hari pertama adalah Minggu. Oleh karena itu weekend dimulai sejak malam Jumat hingga Sabtu Malam. Sedangkan hari Minggu adalah hari pertama kerja.

Hal tersebut terjadi karena Agama Yahudi tidak melakukan kegiatan apapun di Hari Sabat. 

Maka, mereka seringkali menghabiskan akhir pekan dengan menikmati panorama malam di Nille Dinner Cruise. Hamid mencicipi ragam hiburan dan menu lezat dalam pelayaran kira-kira sejauh 6000 meter. 

Kapal mewah ini terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama merupakan ruang makan dengan suguhan hiburan tari perut, sedang lantai dua adalah tarian sufi dengan baju penuh lampu. Sungguh indah.

“Pada akhir pertunjukan, sufi menyulap pakaiannya menjadi bayi. Setelah tarian sufi selesai, entah darimana tiba-tiba mereka membawa bendera merah putih lalu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya,” ulas Hamid.

Sedangkan lantai paling atas menyajikan hiburan musik dari layar televisi sambil melihat pemandangan Kota Kairo dari Sungai Nil sebagai sungai terpanjang di dunia.

Sharm El Seikh 

Setelah puas menikmati Mesir Afrika, Hamid melanjutkan perjalanan menuju Mesir Asia melalui bus yang melewati lorong bawah laut. 

Hamid sampai pada sebuah destinasi wisata dengan panorama pantai dan sebuah kota paling indah Sharm El Seikh di Sinai Selatan. Paduan keindahan Laut Merah dan kegagahan hamparan Gurun Sinai. 

“Kota ini sangat indah seperti Pulau Bali,” tuturnya.

Pesona Yordania 

Petra adalah kota batu yang terletak di Yordania. Kawasan ini masuk dalam situs warisan budaya dunia Unesco. Keindahannya yang misterius juga terlihat dalam film Indiana Jones. 

Wisatawan datang ke Yordania untuk menikmati Petra dan Laut Mati. Selain itu juga terdapat Gua Ashabul Kahfi yang diceritakan dalam kitab perjanjian lama. “Jordan lebih banyak muslim namun tidak pernah terjadi konflik agama,” urainya.

Dalam keseharian, masyarakat Yordania menggunakan tiga bahasa yakni Bahasa Ibrani, Arab dan Inggris.

Selama di Yordania, Hamid menyimpan kisah menggelitik. Ia harus menderita gatal selama dua hari karena buah berbintik dan berwarna oranye yang dijual oleh seorang pedagang pinggir jalan. 

“Saya membelinya namun saya kaget ketika saya pegang banyak orang berteriak jangan dipegang karena gatal. Benar akhirnya saya gatal dua hari lalu saya disarankan mengoleskan garam,” kenangnya.

Jerussalem 

Kunjungan Hamid berlanjut ke Jerussalem yang dikenal sebagai kota bagi banyak agama. Hamid mengunjungi Masjidil Aqsa dan Dome of Rock di Masjid Kubah Emas. 

Kompleks ini sendiri berada dalam tembok Kota Lama Yerusalem. Tempat ini disucikan dalam agama Islam dan Yahudi. 

Tel Aviv

Di luar rute perjalanan tour, Hamid melancong menuju Tel Aviv. Ia tinggal di sebuah hotel yang berdekatan dengan kedutaan Indonesia. Hamid bercerita jika para Rabbi tidak mau masuk Tel Aviv karena hukum Taurat tidak berlaku di sana. Tel Aviv adalah pusat hiburan yang tidak ada matinya. 

“Sebuah pepatah mengatakan, jika ingin bermain pergilah ke Tel Aviv, tapi jika ingin berdoa pergilah ke Yerusalem,” pungkas Hamid Nabhan yang mengaku mendapatkan banyak ilmu berharga dalam perjalanannya ke Mesir kali ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES