Glutera News

Survei WHO: Kecanduan Game Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental

Jumat, 13 September 2019 - 16:32 | 64.16k
FOTO: Glutera
FOTO: Glutera

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Kesehatan Dunia (WHO) kini menggolongkan kecanduan bermain game sebagai gangguan mental. WHO memasukkan kecanduan game sebagai salah satu kategori gangguan jiwa baru, disebut sebagai gaming disorder (GD). 

Hasip survei WHO, bermain game lebih dari 1 jam sehari mengakibatkan orang mudah emosi, malas bekerja, lemah dalam berkomunikasi dengan orang lain. Jangka panjangnya otak semakin mengecil. Dimana ukuran otak manusia lebih besar dari ukuran otak binatang.

Apa yang Dimaksud dengan Gaming Disorder?

Kecanduan main game ditandai dengan ketidakmampuan diri untuk mengendalikan hasrat bermain, sehingga susah dan/atau tidak mampu untuk menghentikan perilaku tersebut.

Tanda dan gejala klasik dari kecanduan game adalah sebagai berikut.

1. Selalu menghabiskan waktu yang lama untuk bermain, bahkan durasinya makin meningkat dari hari ke hari.

2. Merasa mudah marah dan tersinggung saat dilarang atau diminta berhenti bermain game.

3. Selalu berpikir tentang game tersebut ketika sedang mengerjakan aktivitas lainnya.

Apa Penyebab Seseorang Kecanduan Game?

Setiap benda atau hal-hal yang membuat Anda merasa senang akan merangsang otak menghasilkan dopamin, hormon pembuat bahagia. Dalam keadaan normal, hal ini tidak akan menyebabkan kecanduan. Hanyalah rasa bahagia dan puas pada umumnya. 

Akan tetapi saat Anda mengalami kecanduan, objek yang membuat Anda senang tersebut malah merangsang otak menghasilkan dopamin yang berlebihan. Jumlah dopamin yang kelewat batas akan mengacaukan kerja hipotalamus, bagian otak yang bertanggung jawab mengatur emosi dan suasana hati sehingga membuat Anda merasa sangat bahagia tidak wajar, bersemangat, dan percaya diri berlebihan hingga merasa ‘teler’.

Efek membahagiakan ini akan membuat tubuh secara otomatis ketagihan dan mengidam untuk merasakannya lagi. Pada akhirnya, efek ini membuat Anda terus menggunakan candu tersebut secara berulang dalam frekuensi dan durasi yang lebih tinggi demi memuaskan kebutuhan akan kebahagiaan ekstrem tersebut. Jika hal ini terus terjadi berkepanjangan, lama-lama akan merusak sistem dan sirkuit reseptor motivasi dan penghargaan otak sehingga menyebabkan kecanduan. 

Apakah Semua Pemain Game Berisiko Kecanduan?

Dalam batas wajar, bermain game tentu tidak dilarang. Bermain game dapat menjadi aktivitas pengusir stres yang baik dan juga bermanfaat bagi kesehatan otak. 

Ada sejumlah bukti medis yang mengatakan bahwa bermain game dapat dijadikan terapi alternatif mengobati gangguan mental seperti Alzheimer dan ADHD. Pasalnya selama bermain game, otak Anda akan dituntut untuk bekerja keras mengatur fungsi kognitif (misalnya perencanaan strategi) yang dibarengi dengan kerja fungsi motorik yang kompleks (misalnya, sambil melihat layar Anda juga harus menggerakkan tangan untuk memainkan joystick atau menekan tombol). 

Namun, jika hobi bermain game ini tidak dikendalikan, barulah bisa berkembang menjadi kecanduan game. Seseorang disebut kecanduan apabila candunya juga telah menyebabkan gangguan atau bahkan konflik pada hubungan sosialnya dengan orang lain maupun di lingkungan profesional, seperti sekolah atau tempat kerja. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES