Wisata

Taman Pendidikan Mangrove Jadi Ikon Kabupaten Bangkalan

Kamis, 01 Agustus 2019 - 18:37 | 292.69k
Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron bersama pejabat Pemprov Jawa Timur dan pejabat PHE WMO menyusuri Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu. (FOTO: Doni Heriyanto/TIMES Indonesia)
Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron bersama pejabat Pemprov Jawa Timur dan pejabat PHE WMO menyusuri Taman Pendidikan Mangrove di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu. (FOTO: Doni Heriyanto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANGKALANTaman Pendidikan Mangrove (TPM) di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, telah resmi dibuka kembali setelah sempat vakum selama kurang lebih 20 bulan. Hutan mangrove itu, kini menjadi ikon Kabupaten Bangkalan.

"TPM menjadi destinasi wisata alam pesisir, sekaligus ikon Kabupaten Bangkalan," papar Bupati Bangkalan, R Abdul Latif Amin Imron, Kamis (1/8/2019).

Ia menjelaskan, hutan mangrove memiliki banyak manfaat. Antara lain, sebagai penghasil oksigen, penampung karbondioksida, menjaga abrasi pantai, menjaga kualitas air, dan udara serta dapat menyerap polusi yang diakibatkan sampah manusia maupun pencemaran pabrik.

Bupati-Bangkalan-R-Abdul-Latif-Amin-Imron-b.jpg

"Hari ini, mimpi kita terwujud untuk mengembangkan ekosistem mangrove di Desa Labuhan. Sehingga bisa menjadi kebanggaan kita bersama," ungkap Ra Latif sapaan akrabnya.

Menurutnya, pemeliharaan keseimbangan ekologi di TPM telah dilakukan Pemkab Bangkalan bersama Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore (PHE WMO) dan masyarakat Desa Labuhan sejak 2014.

"Peran serta masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan karena potensi di hutan mangrove sangat banyak yang bisa digali," terang Ra Latif.

Politikus PPP ini berharap, taman pendidikan mangrove dapat berkembang pesat dan mampu menyedot wisatawan luar. Terutama, wisata mangrove bisa menjadi pusat pendidikan dan penelitian untuk wilayah Jawa Timur.

"Banyak ragam mangrove yang tumbuh di TPM ini. Disediakan pula camping ground yang luas. Lokasinya sangat representatif," ucapnya.

Ra Latif menyampaikam ucapan terima kasih kepada PHE WMO yang telah memberikan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk TPM. Ke depan Pemkab Bangkalan bersama tokoh masyarakat setempat akan mengelola TPM, mungkin bisa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

"Jangan bilang pernah ke Bangkalan, kalau belum berkunjung ke TPM Desa Labuhan," kelakarnya.

General Manager WMO Ani Surahman memambahkan, program keberlanjutan atau upaya menjaga keseimbangan ekologi di TPM telah dilakukan oleh WMO sejak tahun 2014 silam. "Tiga tahun kemudian atau pada 2017 keberadaan TPM sudah exist, sudah ada kemandirian," tuturnya.

Ani menjelaskan, terjaganya keseimbangan ekologi di kawasan konservasi TPM akhirnya menarik perhatian ribuan burung migran. Beberapa di antaranya berasal dari Alaska dan Rusia. Seperti Gajahan dan Terik Asia.

"Para pengunjung bisa mengakses seluruh TPM dengan meniti geledak kayu sepanjang 350 meter yang sengaja dibangun membelah hutan mangrove," katanya.

Kemandirian dan terjaganya keseimbangan ekologi yang telah tercipta di TPM saat ini, sambung Ani, diharapkan mampu dipertahankan dan dilestarikan. "PHE WMO hanya memback-up Pemkab Bangkalan dalam proses pembukaan resmi TPM. Selanjutnya akan dilakukan program lanjutan replikasi wilayah timur ke barat," tandasnya.

Kader Lingkungan, Moh Syahril meyampaikan, lebih dari 10 ribu mangrove yang ditanam pada 2013 di atas lahan seluas kurang lebih delapan hektare. "TPM sudah berkembang. Bahkan setiap Sabtu dan Minggu, banyak mahasiswa datang berkemah melakukan penelitian jenis mangrove dan aneka burung migran," paparnya.

Mantan TKI itu mengutarakan, puluhan ribu mangrove di TPM itu terdiri dari jenis Sonneratia Alba (Prapat), Rizhophora Stylosa, Stenggi, Rhizopora Apiculata, Sonneratia Alba, Rhizophora Mucronata, Ceriops Tagal, Avicenna Marina, hingga Cemara Casuarina.   

"Pada tahun 2013, PHE WMO membawa saya berkeliling untuk studi banding ke kota-kota yang ada wisata mangrove seperti di Nusa Lembongan Bali," katanya.

TPM merupakan hasil binaan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), korporasi yang bergerak di sektor hulu migas dan menjadi kontraktor kontrak kerja sama dengan SKK Migas.

Hutan mangrove kebanggaan masyarakat Kecamatan Sepulu dan Bangkalan umumnya, kini menjadi kawasan konservasi di bawah pengawasan Badan Pengelola Hutan Mangrorve (BPHM) Wilayah I Bali.

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Proper Prof Dr Sudharto P Hadi menyatakan, keberadaan TPM sejak 2014 merupakan usia yang cukup dan sudah dipandang mandiri. "Kini waktunya PHE WMO exit (keluar), sudah banyak datangkan pengunjung, datangkan kesemparan kerja, pendapatan sudah ada," katanya.

Ia menjelaskan, berdasarkan comdev kooperatif, tidak hanya PHE yang turut serta tapi juga Pemkab Bangkalan dan masyarakat melalui BUMDes. PHE WMO sudah saatnya pindah ke tempat lain agar manfaatnya lebih besar.

"Ada kerja sama dan lebih menjamin keberlanjutan karena pemkab akan terus ada. Kalau perusahaan bisa berhenti," terangnya.

Sekadar informasi, acara ini digelar dalam momen Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2019 bertemakan Coastal Clean Up. Puluhan anak SD dilibatkan sebagai wujud peduli lingkungan dengan melakukan bersih-bersih sampah plastik di pesisir TPM.

Hadir dalam kesempatan peresmian Taman Pendidikan Mangrove (TPM) di Desa Labuhan itu, sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov Jatim, Pemerintah Kabupaten Bangkalan, dan sejumlah pejabat tinggi PHE WMO. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Madura

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES