Peristiwa Daerah

Provinsi NTB jadi Tuan Rumah 13rd South East Biosphere Reserve Network

Selasa, 18 Juni 2019 - 08:43 | 47.41k
Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah M.Pd saat mewakili Indonesia dalam agenda sidang hari pertama The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council di Perancis.(FOTO: Humas Pemprov NTB)
Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah M.Pd saat mewakili Indonesia dalam agenda sidang hari pertama The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council di Perancis.(FOTO: Humas Pemprov NTB)

TIMESINDONESIA, MATARAMProvinsi NTB ditunjuk sebagai tuan rumah untuk agenda 13rd South East Biosphere Reserve Network. Penunjukan tersebut merupakan salah satu dari hasil agenda hari pertama pertemuan The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council di Perancis, Senin (17/6/2019).

Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda Provinsi NTB, Najamuddin Amy mengatakan NTB saat ini memiliki 2 cagar biosfer yaitu Gunung Rinjani di Pulau Lombok dan Kawasan Samota di Pulau Sumbawa.

Menurutnya, berdasarkan hasil pertemuan tersebut, 2 cagar ini dianggap penting karena menjadi laboratorium untuk pembangunan berkelanjutan dengan memberdayakan komunitas lokal, untuk menghadapi tantangan global.

“Catatan tersebut juga relevan untuk NTB yang saat ini sudah resmi memiliki dua cagar biosfer. Tentu saja kita berharap bahwa dua cagar biosfer ini bisa memberikan dukungan bagi NTB untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals,” kata  Najamuddin.

Najamuddin menjelaskan pada pertemuan tersebut juga disebutkan tiga karakteristik utama dari cagar biosfer. Salah satunya adalah, mencapai tiga fungsi yang saling berkaitan, yaitu fungsi konservasi, fungsi pembangunan dan pemasok kebutuhan pokok. Cagar biosfer juga dicirikan dengan adanya upaya untuk melampaui zona konservasi tradisional yang biasanya hanya bersifat terbatas. 

Menurut dia, upaya ini dibangun melalui skema zonasi yang diselaraskan. Menggabungkan area inti yang dilindungi dengan zona di mana pembangunan berkelanjutan dipupuk oleh penduduk lokal dan perusahaan dengan sistem tata kelola yang sering sangat inovatif dan partisipatif.

“Cagar biosfer juga akan melibatkan pendekatan melalui para pemangku kepentingan yang beragam, dengan penekanan pada keterlibatan komunitas lokal dalam tata kelolanya. Dan saat ini terdapat 686 cagar biosfer yang tersebar di 122 negara,” imbuh Najamuddin. 

Mengutip hasil pertemuan itu, Najamuddin mengatakan bahwa cagar biosfer adalah perangkat untuk mencegah ancaman berkurang atau punahnya spesies-spesies yang menjadi khazanah kekayaan bumi.

“Dan kami selaku Pemprov NTB berpendapat, kesimpulan-kesimpulan dan catatan-catatan dalam pertemuan ini, sangat selaras dengan visi-misi dan program-program pasangan Dr. H. Zulkieflimansyah dan Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah. Insya Allah ini menjadi bukti bahwa saat ini NTB sedang berada di jalur yang tepat untuk menjadi daerah yang berkembang, tanpa harus merusak keseimbangan alam dan manusia,” tegas Najamuddin.

Sebagai informasi, Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalillah menjadi salah satu dari lima pimpinan delegasi yang mewakili Indonesia dalam agenda sidang hari pertama The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council di Perancis. Pada pertemuan itu juga Provinsi NTB ditunjuk sebagai tuan rumah untuk agenda 13rd South East Biosphere Reserve Network(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Mataram

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES