Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Spirit Idul Fitri dalam Pengembangan Kecerdasan Majemuk

Rabu, 12 Juni 2019 - 12:57 | 46.20k
Abdul Halim Fathani, Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Abdul Halim Fathani, Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – style="text-align:right">تَقَبَّلَ اللهُ مِنَا وَمِنْكُمْ. جَعَلَنَا الله وَإِ يَّاكَ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ كُلُّ عَامٍّ وَأَنْتُمْ بِخَيْر

"Semoga Allah menerima amal kita semua dan semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang kembali suci dan bahagia. Semoga setiap tahun kamu dalam kebaikan"

KETIKA mendengar kata Idul Fitri, hampir dalam pikiran setiap manusia yang ada adalah kebahagiaan dan kemenangan. Idul Fitri harus dijadikan sebagai momentum yang pas untuk memulai babak kehidupan baru, setelah lulus ujian selama buan Ramadhan. Idul Fitri dapat dianalogikan seperti siswa sekolah yang berhasil melewati masa belajarnya dan telah dinyatakan lulus dan berhasil diwisuda. Pasca diwisuda, siswa tersebut harus mampu berkiprah nyata dalam masyarakat dengan bekal yang telah disiapkan selama masa belajarnya. Begitu juga setiap manusia yang telah berhasil melewati ‘masa pendidikan’ selama bulan Ramadhan, harus mampu mengarungi kehidupan baru, sejak 1 Syawal (Idul Fitri). Idul Fitri dapat juga dimaknai dengan “kembali ke fitrah, kembali kepada kesucian”. 

Dalam tulisan ini, fitrah dimaknai dengan istilah potensi kecerdasan yang ada di dalam individu manusia. Fitrah yang dibawa anak sejak lahir bersifat potensial sehingga memerlukan upaya-upaya manusia itu sendiri untuk mengembang-tumbuhkannya menjadi faktual dan aktual. Merujuk pendapat Howard Gardner (1983), bahwa sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk terus berkembang. 

Penyelenggaraan pendidikan –baik formal maupun non formal– diharapkan dapat berfungsi sebagai wahana mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan fitrahnya, yang dalam hal ini sesuai dengan potensi kecerdasannya. Ibadah dalam bulan Ramadhan (termasuk puasa) juga dapat berfungsi demikian, yakni pengembangan fitrah manusia sehingga mampu membentuk kepribadian manusia yang ideal, sebagaimana yang dicita-citakan dalam Surat al-Baqarah: 153, yakni agar menjadi orang bertaqwa.

Berdasarkan hasil risetnya, Gardner (1983) mengusulkan, sebagaimana yang ditulis dalam bukunya, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, bahwa kecerdasan memiliki tujuh komponen, meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musik, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Kemudian, sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan kecerdasan kedelapan dalam multiple intelligences, yakni kecerdasan naturalis. 

Dengan memanfaatkan momen Idul Fitri, marilah kita mengambil spirit Idul Fitri untuk pengembangan (potensi) kecerdasan setiap manusia. Pertama, kecerdasan linguistik. Pada Idul Fitri setiap manusia tentu memiliki variasi cara berbeda untuk merayakan kemenangannya. Ada yang dengan berkumpul keluarga, untuk saling berbagi cerita hikmah, ada yang menyatakan lewat sms atau telepon, ada yang dengan khusyuk membaca takbir dan al-Qur’an sebagai wujud ekspresi kegembiraan, dll. Aktivitas itu semua bisa menjadi sarana untuk mengembangkan kecerdasan linguistik.

Kedua, kecerdasan matematis. Kecerdasan jenis ini, manusia dapat mengembangkannya lewat berbagai aktivitas yang membutuhkan logika berpikir, misalnya: penetapan tanggal 1 Syawal, manajemen pengaturan waktu untuk bersilaturrahim, manajemen finansial untuk menyambut Idul Fitri, dsb. Ketiga, kecerdasan spasial. Bagi individu yang unggul di bidang kecerdasan ini, biasanya senang untuk membuat variasi desain kartu ucapan idul fitri, memperhatikan penampilan diri, hiasan rumah, termasuk juga kendaraan yang digunakan. Untuk kecerdasan jenis ini, manusia tentu tidak boleh berlebihan. Semua harus dilakukan dalam batas kewajaran.

Keempat, kecerdasan musik. Pada malam Idul Fitri, disunnahkan untuk banyak-banyak membaca takbir. Ada yang yang dilaksanakan di masjid/mushalla atau takbir keliling. Bagi yang ingin memiliki keunggulan kecerdasan musik, tentu dapat menikmati secara maksimal dalam membaca takbir, dan biasanya dilakukan secara berkelompok. Kelima, kecerdasan kinestetik. Individu yang memiliki kecerdasan kinestetik berarti memiliki kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu. Hal ini bisa dilakukan seperti senang berkunjung ke rumah tetangga untuk bermaaf-maafan. Karena, ada juga individu yang senang berdiam di rumah (agar didatangi orang lain).

Keenam, kecerdasan interpersonal. Yakni kemampuan untuk mengomunikasikan dan berempati kepada orang lain. Aktivitas yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah antar individu satu dengan individu lainnya sangat mudah untuk menghargai, saling meminta dan memberi maaf, saling berbagi kasih-sayang. Tentu hal ini dapat menjadi sarana dalam pengembangan jenis kecerdasan interpersonal. Ketujuh, kecerdasan intrapersonal. Bagi individu yang memiliki dominasi kecerdasan ini, biasanya mereka suka melakukan refleksi diri sehingga cepat menyadari kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan. Karenanya, orang jenis kecerdasan ini biasanya suka mendahului untuk meminta maaf kepada orang lain.

Terakhir, kecerdasan naturalis. Kemampuan untuk mengenali menggambarkan berbagai macam yang ada di lingkungannya. Manusia yang berkecerdasan jenis ini, biasanya suka untuk memanfaatkan momen Idul Fitri dengan bepergian ke tempat-tempat rekreasi. Namun, yang perlu diperhatikan, aktivitas tersebut harus tetap dalam bingkai semangat Idul Fitri. Bisa saja, misalnya kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka menyaksikan keindahan ciptaan Allah swt.

Itulah uraian singkat tentang pelbagai aktivitas yang biasanya muncul pada saat Idul Fitri. Tentu masih banyak aktivitas yang belum disebutkan di atas yang dapat menjadi sarana maksimal untuk pengembangan 8 (delapan) kecerdasan majemuk sebagaimana yang digagas Gardner. Di akhir tulisan ini, penulis berdoa semoga kita semua menjadi muttaqin. Dengan momen Idul Fitri, kita dapat menjadikan spirit untuk pengembangan kecerdasan yang kita miliki. Dengan kecerdasan kita dapat membangun pendididikan dengan baik, yang akhirnya dapat mewujudkan peradaban Islam yang unggul. Amin. (*)

*)Penulis: Abdul Halim Fathani, Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES