Kopi TIMES

Gantungkan Hidup Hanya kepada Tuhan, Bukan Manusia

Minggu, 19 Mei 2019 - 19:44 | 111.40k
Aqua Dwipayana.
Aqua Dwipayana.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Selama ini banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada seseorang atau beberapa orang. Kesannya tanpa dibantu orang-orang tersebut, dirinya tidak bisa bertahan hidup dan melangkah maju.

Akibatnya, apapun akan dilakukannya untuk tetap bisa bertahan pada gantungan hidupnya tersebut. Terkadang sampai mengorbankan harga dirinya. Bahkan "melacurkannya".

Ironisnya, orang yang menjadi tempat untuk menggantungkan hidupnya itu tidak kekal. Ada masa "edarnya". Begitu tiba waktunya, orang yang menjadi tumpuhan harapan tersebut akan turun dan tidak bisa dimintai tolong apa-apa.

Itu adalah risiko dan konsekuensi jika mengandalkan hidup pada manusia. Tidak ada yang kekal dan abadi. Semuanya bakal berakhir. Hanya masalah waktu saja.

Durasinya bisa panjang, menengah, dan pendek. Semuanya tergantung pada kehendak Sang Pencipta. 

Begitu orang yang jadi gantungannya jatuh atau tidak berkuasa lagi, maka orang-orang yang selama ini menggantungkan diri pada orang tersebut, akan ikutan jatuh juga.

Karena pada dirinya sudah ada cap negatif, sebagai bagian dari orang yang jatuh itu. Maka agak sulit atau butuh waktu lama untuk bangkit. Di samping itu membutuhkan energi tambahan.

Sudah banyak orang yang mengalami seperti hal di atas. Tadinya merasakan enaknya bersama orang yang jadi tempat gantunganya. Belakangan kondisinya berubah 180 derajat. Menyakitkan sekali.

Bagaimana solusinya? Agar tidak mengalami sakit yang berkepanjangan, terutama batin atau psikis, ynang terbaik adalah menggantungkan hidup sepenuhnya hanya ke Tuhan. Yakinilah bahwa itu adalah segala-galanya.

Tuhan sangat sayang pada hambaNya. Bagi Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin dan tidak  bisa. Hanya hitungan detik, semuanya bisa berubah sesuai dengan kehendak-Nya.

Keyakinan bahwa yang terbaik adalah menggantungkan hidupnya hanya pada Tuhan, tidak perlu diragukan lagi. Mereka yang melakukan ini biasanya hidupnya nyaman, tentram, dan bahagia lahir batin.

Meski menggantungkan hidup hanya pada Tuhan, sebagai hambanya tetap harus berusaha secara optimal dan selalu berdoa. Memohon kepada Yang Maha Kuasa agar semua keinginannya dapat terwujud.

Berperilaku seperti ini - hanya menggantungkan hidup pada Tuha  - secara konsisten perlu terus-menerus diupayakan dan digelorakan. Sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging dan banyak orang yang mengikuti hal positif tersebut.

Selama ini kesannya menggantungkan hidup hanya ke Tuhan gampang diucapkan, namun sulit dan berat untuk dilaksanakan. Mindset-nya seperti itu sehingga realitanya benar-benar sulit.

Cobalah berusaha secara konsisten mengubah mindset-nya. Mengucapkannya yang diiringi dengan doa agar terkabul: gampang diucapkan dan sangat bisa dilaksanakan. Dengan begitu dibantu alam bawah sadarnya insyaAllah keinginanya bisa terwujud.

Menggantungkan hidup pada Tuhan jangan ada keraguan sedikit pun. Yakinlah bahwa itu adalah yang terbaik sejak manusia pertama lahir hingga kiamat.

Anda tidak percaya? Lihatlah orang-orang di sekitar Anda. Orang-orang yang berperilaku seperti itu - hanya menggantungkan hidupnya pada Tuhan - biasanya hidupnya tenang, nyaman, dan tentram. Kondisinya berbeda jauh dengan orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada seseorang atau beberapa orang. Jadi Anda pilih yang mana? (*)

 

*Penulis adalah Dr Aqua Dwipayana, motivator nasional

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES