Peristiwa Daerah

Menelusuri Jejak Lokasi Jatuhnya Meteorit Pasuruan di Kaki Gunung Arjuna

Rabu, 08 Mei 2019 - 16:57 | 1.57m
Lokasi jatuhnya Meteorit Pasuruan pada tahun 1975 di Dusun Tambak Watu, Desa Tambak Sari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. (FOTO: Robert Ardyan/TIMES Indonesia)
Lokasi jatuhnya Meteorit Pasuruan pada tahun 1975 di Dusun Tambak Watu, Desa Tambak Sari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. (FOTO: Robert Ardyan/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PASURUAN – Munculnya fenomena hujan meteor 'Eta Aquarids' yang terjadi pada Bulan Mei ini. Dan hebohnya video penampakan komet yang melintas di angkasa, membuat penulis teringat bahwa batu meteor pernah "berhasil" menembus Atmosfer Bumi dan jatuh di wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Dari hasil penelusuran, batu meteor yang jatuh di wilayah Tambak Watu-Purwosari pada Tahun 1975 tersebut, saat ini disimpan di Planetarium-Jakarta. 

Saat menggali informasi lebih dalam tentang batu "Meteorit Pasuruan" tersebut di dunia maya, diperoleh keterangan bahwa Meteorit Pasuruan seukuran kepala manusia itu jatuh pada Jumat Tanggal 14 Februari 1975 dan memiliki bobot seberat 10,5 Kg.

Meteorit-Pasuruan2.jpg

Di keterangan hanya tertulis, jatuh di kawasan Tambak Watu, Kabupaten Pasuruan. TIMES Indonesia pun berusaha untuk menelusuri lokasi jatuhnya batu meteor berwarna hitam tersebut, pada puluhan tahun silam.

Dari hasil pencarian, Tambak Watu adalah nama sebuah dusun di kaki Gunung Arjuna, di ketinggian 1000 mdpl. Perjalanan dimulai dari jalur Sengon-Kucur hingga Desa TambakSari, Kecamatan Purwosari. Jalan menuju Dusun TambakWatu, Desa TambakSari cukup mudah dan sudah diaspal, serta bisa ditempuh dengan mobil.

Meski jalurnya cukup menanjak dan ada beberapa lokasi yang jalannya mengalami kerusakan. Namun suasana alam pedesaan yang alami dan sejuknya udara pegunungan akan membuat perjalanan terasa menyenangkan. Bila dari arah Malang, perjalanan bisa ditempuh melalui jalur Pegadaian Purwosari-Tejowangi hingga terus ke Desa Tambak Sari.

Meteorit-Pasuruan3.jpg

Tak sulit menemukan lokasi jatuhnya batu meteor tersebut, karena kebanyakan penduduk disana mengetahuinya. Ketika TIMES Indonesia bertanya kepada salah seorang penduduk yang sedang mencari getah Pohon Pinus, di mana lokasi jatuhnya batu meteor, pria tengah baya itu lalu menunjukkan sebuah lokasi yang berada di tengah Hutan Pinus dan Perkebunan Kopi.

Dari jalan penghubung antara Desa Kucur dengan Desa Tambak Sari, lokasi jatuhnya Meteorit Pasuruan itu lalu turun sekitar 50 meter dengan menyusuri jalan setapak, di antara pohon Pinus dan sela-sela pohon Kopi. Segarnya aroma Pinus dan suara deru angin, menambah semangat untuk segera mengetahui lokasi jatuhnya batu meteor itu.

Setelah itu terlihat reruntuhan bekas bangunan yang bertuliskan aksara jawa dan sebuah tugu yang menjadi penanda lokasi jatuhnya Meteorit Pasuruan. Tak ada keterangan yang menyebutkan bahwa di situ adalah lokasi jatuhnya meteor.

Meteorit-Pasuruan4.jpg

Meski semak belukar cukup rimbun dan bangunannya sudah rusak, namun terlihat bekas bakaran Hio/Dupa dan kembang yang telah mengering di sekitar tugu penanda. Menurut warga sekitar, lokasi tersebut sering dikunjungi oleh para peziarah.

Usai mengabadikan lokasi sebagai dokumentasi, TIMES Indonesia lalu berusaha mencari informasi ke masyarakat setempat. Jarak antara lokasi meteorit jatuh dan perkampungan terdekat hanya sekitar 1Km-an.

Setelah melaksanakan shalat Dzuhur di salah satu mushala di dusun setempat, TIMES Indonesia lalu berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang menjadi Imam shalat kami tadi.

Namanya Heri (23) atau biasa dipanggil Momon di kampungnya. Dari penuturan Heri, menurut cerita orang tua nya, saat meteor jatuh di dekat kampungnya itu, terdengar ledakan seperti suara petasan cukup keras.

Namun warga tidak ada yang berani mendekat ke lokasi. Hingga beberapa hari kemudian, ada sejumlah petugas yang lalu membawa batu meteorit tersebut untuk diteliti di Jakarta. "Orang kampung nggak ada yang tahu bentuk batu nya bagaimana," ujar Heri.

Usai peristiwa tersebut, tak selang berapa lama, ada seorang lelaki tua bernama Mbah Cokro yang datang ke kampung tersebut dan membangun sebuah cungkup atau bangunan sederhana di lokasi jatuhnya meteor, serta sebuah tugu sebagai penanda atau tetenger lokasi batu meteorit itu menghujam ke Bumi.

Lambat laun pengikut Mbah Cokro semakin banyak dan akhirnya mendirikan sebuah padepokan yang mengajarkan ilmu kebatinan dan spiritual. "Pengikutnya ada banyak, sekitar 200-an, dan orang desa menyebut padepokan Mbah Cokro itu dengan "Sanggar"," imbuh Heri. 

Seperti diketahui, Dusun Tambak Watu merupakan pintu gerbang atau akses utama untuk menuju Gunung Arjuna.

Jalur pendakian yang melewati Dusun Tambak Watu dikenal sebagai jalur yang penuh aroma spiritual dan mistis, karena banyak petilasan dan situs-situs peninggalan bersejarah sebelum mencapai Puncak Arjuna, yang sering didatangi oleh peziarah untuk bermeditasi dan melakukan serangkaian ritual.

Sebut saja, ada situs Onto Boego, Candi Madrim, Situs Eyang Abiyoso, Situs Eyang Sekutrem, Situs Sendang Dewi Kunti, Situs Eyang Sakri, Situs Eyang Semar, Situs Putuk Lesung, Mangkutoromo dan Situs Sepilar.

Kembali lagi ke Sanggar Mbah Cokro, orang desa pun identik dengan cerita kesaktian dan ilmu spiritual yang dimiliki oleh Mbah Cokro. Namun interaksi padepokan atau Sanggar Mbah Cokro dengan masyarakat setempat sangat baik, dan hingga saat ini masih didapati peninggalan budaya dan kearifan lokal di warga Desa Tambak Sari. Hingga akhirnya tak diketahui secara pasti, Mbah Cokro bersama pengikutnya melakukan "bedol desa" dan pindah ke wilayah lain.

"Ada yang menyebut pindah ke wilayah Malang Selatan, ada juga yang bilang ke wilayah Barat," tutur Heri. 

Tak lama setelah kepindahan Sanggar Mbah Cokro, warga Dusun Tambak Watu lalu mendengar kabar meninggalnya Mbah Cokro. Dan bekas bangunan atau sanggar yang dulu dibangun, lambat laun tidak terawat dan rusak.

"Yang ziarah ke situ biasanya bekas pengikut atau muridnya Mbah Cokro," kata Heri.

Hingga saat ini, lokasi jatuhnya Meteorit Pasuruan tetap menjadi sejarah yang tidak banyak diketahui oleh Masyarakat Pasuruan. Bahwa pada puluhan tahun silam, ada benda luar angkasa yang jatuh ke Bumi di tanah Pasuruan.

Padahal bila dikelola dan mendapatkan perhatian sedikit saja dari Pemkab Pasuruan, maka generasi mendatang akan tahu sejarah mengenai peristiwa jatuhnya meteor di Pasuruan. Tidak hanya bisa melihat dan tahu di internet, batu meteorit yang di simpan di Planetarium-Jakarta. Apalagi Desa Tambak Sari telah ditetapkan sebagai Desa Wisata, dan lokasi ini bisa dijadikan destinasi wisata edukasi bagi masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Pasuruan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES