Wisata

Makam Seniman Giri Sapto, Bentuk Penghargaan Bagi Seniman Pengharum Bangsa

Kamis, 02 Mei 2019 - 17:27 | 224.04k
Jamhari, 65 tahun, Juru Kunci Makam Seniman. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Jamhari, 65 tahun, Juru Kunci Makam Seniman. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Bagi para seniman Indonesia bahkan luar negeri, Makam Seniman Giri Sapto tentu tidak asing lagi. Makam yang berada di Bukit Gajah Girirejo Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini merupakan makam khusus para seniman tanah air.

Makam seniman ini posisinya sebelah barat Makam Raja-Raja Mataram atau kompleks Pasarean Pajimatan Girirejo, Imogiri, Bantul. Untuk dapat masuki ke makam seniman harus melewati pintu gerbang berbentuk lengkung setengah lingkaran berdiameter 10 m.  Gebang pintu utama tersebut dibuat struktur bertingkat sepuluh teras mengikuti kontur perbukitan.

Jamhari, 65 tahun, Juru Kunci Makam Seniman menceritakan, dirinya dipercaya menjaga makam ini sejak makam ini didirikan pada 6 Februari 1988. Kelak, yang akan meneruskan sebagai penjaga makam adalah putranya sendiri bernama Miswadi, 40 tahun.

Jamhari tinggal di sebuah rumah tak jauh dari makam. Setiap hari ia membersihkan makam dan melayani masyarakat yang hendak berkunjung ke makam para seniman tersebut.

“Makam Seniman ini di gagas oleh (Alm) Dr (HC) RM Sapto Hoedojo FRSA (Felloe Royal School of Art),” kata Jamhari kepada TIMES Indonesia ketika berkunjung ke makam seniman beberapa waktu lalu.

Menurutnya, seniman yang dimakamkan di tempat itu merupakan tokoh seniman Yogyakarta yang karya-karyanya sudah mendunia. Sejak 1980, almarhum Dr (HC) RM Sapto Hoedojo yang merupakan kelahiran Solo ini memang berkeinginan membuat makam khusus senimah. Hal itu perlu diwujudkan karena para seniman layak mendapatkan penghargaan atas kiprahnya membangun negeri ini dan mengharumkan nama baik Indonesia ke kancah internasional.

“Makam ini memang didedikasikan khusus bagi para seniman yang mendunia,” terang Jamhari menirukan apa yang diinginkan oleh RM Sapto Hoedojo FRSA.

Sumber lain menyebutkan, saat pendirian makam senimah sempat ada penolakan dari berbagai kalangan termasuk kalangan seniman. Penolakan itu muncul karena seniman sudah terbiasa hidup bebas sesuai dengan idealisme dan hidup sederhana. Bagi para seniman, penghargaan dan penghormatan dengan cara pendirian makam khusus seniman terlalu besar.

“Makam seniman ini bisa terwujud atas peran KRT Suryopadmo Hadiningrat yang saat itu menjabat sebagai Bupati Bantul,” terang sumber yang enggan disebutkan identitasnya ini.

Jamhari menambahkan, makam seniman dan budayawan ini dibangun pada 6 Februari 1988 dan dikelola oleh Yayasan Taman Makam Seniman dan Budayawan Giri Sapto. Dalam catatan sejarah tertera, Sapto Hoedojo lahir pada 6 Februari 1925 dan wafat 3 September 2003.

Pada halaman depan makam diberi nama Bangsal Asih. Begitu memasuki area makam para peziarah akan menemukan suasana yang berbeda dengan pemakaman raja-raja atau tempat pemakaman umum.

Jika pemakaman lain terkesan penuh suasana mistis. Makam Seniman Giri Sapto justru terkesan modern, rapi, dan artistik. Tempat ini mirip sebuah taman yang luas (park). Terlihat indah, penuh sensasi dan sangat menarik untuk dikunjungi.

Sehingga, makam kerap menjadi tujuan wisata dan lokasi aktifitas oudoor lainnya. Apalagi jaraknya dengan terminal (parkiran) makam Pajimatan Imogiri hanya puluhan meter saja.

Di bagian depan makam Seniman Giri Sapto kini telah berdiri bangunan seluas 1.000 meter per segi. Bangunan ini akan difungsikan sebagai museum, ruang pamer, dan ruang audio visual. Selain itu, gedung ini akan dilengkapi perpustakaan, amphitheater, Joglo serta gardu pandang.

Gedung ini merupakan gagasan Sapto Hoedoyo. Kemudian, gagasan itu diteruskan oleh istrinya yaitu Yani Sapto Hoedojo bersama Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (LKNI) Pusat. Untuk mewujudkan gedung ini, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY dan Barahmus DIY ikut berperan aktif.

Tercatat, tanggal 20 Maret 2017 para penggagas ini menghadap dan menjelaskan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan Yogyakarta. Hasilnya Sri Sultan HB X menyetujui dan merestui rencana pembangunan Museum Seniman di Makam Seniman Giri Sapto. (bersambung)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES