Kopi TIMES

Pendidikan Perdamaian

Sabtu, 09 Maret 2019 - 00:36 | 614.29k
Prof Dr Rochmat Wahab.
Prof Dr Rochmat Wahab.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada hakekatnya hidup kita berawal damai. Perlu berlangsung dengan damai dan berharap sekali berakhir dengan damai. (Walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun, QS Ali Imron, 102).

Secara historis, manusia telah tunjukkan perilaku konflik dan pertumpahan darah, antar Qabil dan Habil, sebagai Anak Adam. Konflik antara individu dengan segala variasinya berlangsung hingga kini baik pada level personil, kolektif maupun bangsa.

Konflik personal berakibat munculnya perilaku hipokrit atau munafik. Konflik dalam keluarga berakibat broken home.

Konflik antar suku berakibat “perang antar suku”. Konflik antar aliran dalam seagama berakibat “perpecahan ummat”.

Konflik antar bangsa timbulkan peperangan. Konflik tidak bisa dibiarkan. Lebih banyak merugikan.

Dengan begitu, upaya menciptakan perdamaian baik itu yang sifatnya preventif maupun kuratif sangat diperlukan. Salah satu stategi preventif perdamaian yaitu pendidikan perdamaian.

Pendidikan perdamaian mengandung input pendidikan yang memiliki potensi dan misi perdamaian. Pendidikan perdamaian seharusnya berlangsung dalam suasana damai dan saling respek.

Pendidikan perdamaian sangat diharapkan mampu menghasilkan kedamaian, keharmonisan, dan ketentraman.

Pendidikan perdamaian merupakan suatu upaya untuk merespon problem konflik atau violance pada skala global dan nasional sampai dengan skala lokal dan personal. Pendidikan perdamaian lebih diorientasikan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Pendidikan perdamaian itu sangat penting, mengapa? Karena merupakan aktivitas yang mampu mempromosikan pengetahuan, keterampilan dan sikap membantu orang lain. Baik bersifat pencegahan terhadap terjadinya konflik, resolusi konflik secara damai, maupun menciptakan kondisi sosial yang kondusif untuk perdamaian.

Pendidikan perdamaian merupakan suatu konsep yang menggambarkan nilai yang mencakup penghargaan terhadap ras, gender, agama, budaya, penampilan fisik, usia, kesatuan, kerjasama, dan fairness.

Pendidikan perdamaian bertujuan mengajar siswa/mahasiswa untuk menangani konflik tanpa violance, mengajar siswa untuk menghargai diversitas lintaskultural. Respek terhadap semua aspek kehidupan. Sangat bersemangat terlibat dalam kegiatan sosial.

Walaupun pendidikan perdamaian itu menjadi harapan semua, namun tidak lepas dari hambatan.

Menurut Zamir, bahwa hambatan universal dalam implementasi pendidikan perdamaian, dapat didentifikasi sebagai berikut. (1) Mistrust towards the peace process, (2) Expressions of stereotypes, demonization and de-humanization of the enemy, (3) Peace education as a political education, dan (4) War as a culture.

Memperhatikan hambatan pendidikan perdamaian yang sungguh berat ini, sangat dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Untuk bisa sukseskan pendidikan perdamaian dengan memasukkn nilai-nilai kedamaian baik secara separated maupun integrated di semua jalur dan jenis pendidikan.

Bahkan jika mungkin bisa dimulai dari pendidikan keluarga. Jika cinta damai telah terbentuk dalam keluarga, insya Allah selanjutnya di masyarakat dapat dibangun kerukunan, persatuan, dan kedamaian.

Dewasa ini, strategi pendidikan perdamaian sudah bergeser. Dari berfokus pada pelatihan anti violance ke fokus pada pembelajaran konstruktif tentang human rights, nilai-nilai kooperatif, komunikasi aktif, resolusi konflik, perlucutan senjata dan peace-building.

Bahkan belakangan pendidikan perdamaian sangat diharapkan dapat memberikan perhatian khusus terhadap gerakan radikalis, fundamentalis, dan agresivitas. Dengan harapan dapat terbangun perspektif yang sama demi terciptanya perdamaian dunia untuk semua.

Dalam perspektif Islam, bahwa pendidikan perdamaian seharusnya dibangun berdasarkan kesadaran akan kejadian manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal dan menolong.

Selanjutnya, sesungguhnya seluruh orang mukmin itu bersaudara dan wajib berdamai. Karena itu tidak ada alasan untuk konflik. Demikian juga Islam hadir bukan untuk golongan tertentu, melainkan untuk rahmat seluruh alam.

Dunia aman dan damai menjadi impian besar kita. Dengan hidup damai, manusia di manapun bisa hidup harmoni dan bahagia. Walaupun potensi konflik ada dimana-mana, hidup damai harus tetap bisa menjadi cita-cita.

Karena itu, kita upayakan untuk respek dan toleransi antar sesama, kuatkan jalinan persaudaraan dan persatuan. Semoga terbangun keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia yang damai. (*)

 

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES